Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Universitas bebas, universitas ... universitas bebas, universitas ...

Kopertis iii jak-bar minta kejaksaan menutup univ. indonesia baru (uib). uib mulanya cabang univ. sawerigading. dianggap tidak bertanggung jawab terhadap pendidikan. diberi kesempatan oleh pengadilan. (pdk)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNIVERSITAS Indonesia Baru (UI B) tidak lama lagi nampaknya akan ditutup. Pihak Koordinatot Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah III Jawa Barat, dua minggu lalu, telah minta Kejaksaan Tinggi Bandung untuk membubarkan perguruan tinggi swasta tersebut." Kasus ini merupakan cermin penyelenggaraan pendidikan tinggi yang tidak bertanggungjawab," ucap Prof. Didi Atmadilaga, Ketua Kopertis Jawa Barat. UIB, menurut Kopertis, selain dituduh memiliki landasan hukum yang sudah goyah serta tidak mengindahkan petunjuk dan peringatan Kopertis, juga dianggapi tak mempunyai dayalaksana teknis, sosial dan ekonomi untuk melaksanakan pendidikan. Berdiri tahun 1966, UIB mulanya cabang Universitas Saweri gading (Unsa) yang berpusat di Ujungpandang. Karena Unsa yang lahir sejak 1943 itu tidak mencantumkan Pancasila dalam Anggaran Dasarnya (sebab itu belum memiliki status terdaftar di P&K), pihak pemerintah belum bisa memberikan legalitasnya hingga kini. Unsa cabang Bandung itu segera memisallkan diri dan berganti nama jadi UIB. "Tindakan itu untuk menjaga kelangsungan pendidikan para mahasiswa," ujar Soeharno SH, Rektor UIB. Namun itu belum bisa menyelamatkan perguruan tinggi swasta yang kini memiliki tiga fakultas dengan 192 mahasiswa itu. Alasannya: pergantian nama tidak dikukuhkan dengan akte notaris sebagaimana lazimnya. Kesalahan yang serupa juga terjadi lagi ketika Yayasan Prabu Siliwangi yang membawahi UIB dirubah namanya jadi Yayasan Setya Adidhamla. Sehingga makin sempurnalah kelemahan UIB. Mereka Bergerilya Tentu saja kemudian Soeharno tidak tinggal diam. Rektor UIB yang mengaku melakukan pergantian nama itu atas saran Departemen PTIP, segera menunjuk surat Kepala Biro Perguruan Tinggi Swasta No. 669/B-Swt/PP/65 - yang dianggapnya bukti bahwa Unsa cabang Bandung sudah terdaftar. Dan surat itu dianggap Soeharno otomatis berlaku untuk UIB. Tapi pihak Kopertis, berdasarkan catatan dari Direktorat Perguruan Tinggi Swasta (PTS) P&K, berpendapat lain. Surat dengan kode tersebut itu bukan surat pengukuhan untuk memiliki status terdaftar. Surat yang ternyata ditujukan kepada Unsa Pusat di Ujungpandang itu adalah teguran, agar Unsa memenuhi kelengkapan persyaratan sesuai dengan ketentuan untuk memperoleh status terdaftar. Bahkah persoalan tidak dicantumkannya Pancasila pada Anggaran Dasar Unsa sempat ditangani dr. Sjarif Thajeb, waktu itu Menteri PTIP. Namun sekalipun sudah diberi batas waktu, panggilan Sjarif Thajeb tak pernah digubris pihak Unsa, "Memang paling brengsek," ujar Prf. Didi Atmadilaga. Sampai kini Unsa Pusat memang belum terdaftar. "Tapi mereka bergerilya terus dan saya tahu mereka punya beking," ujar R. Sulaeman SH, Kepala Subdit Pengaturan dan Perizinan PTS Departemen P&K. Hanya saja gara-gara tidak terdaftar itu maka selain cabangnya di Bandung jadi UIB, yang di Malang pun berganti nama jadi Universitas Merdeka Malang. Tapi yang di Bandung itu, tambh Sulaeman lagi, surat teguran PTIP diputar balikkan menjadi surat keputusan status terdaftar. "Lebih dari 10 tahun masyarakat dikelabui. Karena itu Unsa Bandung yang sudah jadi UIB mesti ditutup," ujar Prof. Didi Atmadilaga. Tak Pernah Bubar Bagaimana dengan Unsa Pusat sendiri? Dipimpin pertama kali oleh Haji Syahadat (ayah Nuruddin Syahadat, rektornya yang sekarang) Universitas Sawerigading yang berpusat di Ujungpandang itu pernah jaya. Cabang-cabang di beberapa kota besar: di Surabaya berdiri tahun 1954, di Jakarta 1955, di Semarang dan Malang 1956, di Bandung, Madiun dan Yogyakarta 1957, di Medan' pada 1958. Periode 1950 an itulah, menurut Nuruddin Syahadat, periode gemilang. Sang rektor, yang kini berumur 55 tahun, memang mengakui sering bersitegang leher dengan beberapa Menteri P&K. Mulai ketika jabatan menteri itu dipegang Wongsonegoro sampai ketika Sjarif Thajeb jadi Menteri PTIP. Masalahnya mulai dari soal pengakuan Sawerigading sampai saat ini tetap hidup di luar pagar. Statusnya tercatat, bukan terdaftar di P&K. Saya lebih senang menyebut Sawerigading universitas bebas," ucap Nuruddin Syahadat. Sekalipun kampus Unsa yang terletak di daerah Slipi Jakarta sejak tiga tahun terakhir ini masih berupa sebuah bangunan tua berdinding bilik, rektor yang mengaku memperoleh gelar profesornya di Universitas Keio di Tokyo itu masih merasa punya mahasiswa sebanyak 2500 orang dengan dosen sebanyak 150 orang tersebar di beberapa kota tadi. "Kuliah masih berjalan. Ada secara tertulis atau sewaktu-ivaktu numpul," ujar Nuruddin Syahadat. "dan sebagian besar dosen tidak dikasih honor. Baru kalau ada uang, yah dibayar." Selain itu rektor yang sudah dinas sejak tahun 1950 itu juga mengakui banyak cabang-cabangnya rontok satu persatu. Disebutkan, selain di Bandung dan Malang, di Yogyakarta pecah jadi Universitas Yanabadra dan di Surabaya menjadi Universitas Hayam Wuruk. Tentang yang di Bandung itu, menurut Nuruddin. sekalipun sudah berubah jadi UIB. yang di bawah koordinasinya masih ada 50 orang mahasiswa Unsa. "Karena itu Sawerigading Bandung tak pernah bubar. Kuliah jalan terus. Dan Soeharno yang jadi rektor UIB itu memang anak nakal," katanya. Bagaimana kalau P&K menutup Sawerigading? "Mengapa mesti ditutup? Itu tidak Pancasila. Beri kami kesempatan untuk memperbaiki diri. Sawerigading bagaimanapun tidak mungkin bubar. Ini amanah ayah saya, biar pengadilan yang memutuskannya, bubar atau tidak," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus