Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kementerian Pendidikan Tinggi bakal membangun 40 SMA Unggulan Garuda yang masyarakat kalangan bawah.
SMA Unggulan Garuda akan merapkan kurikulum International Baccalaureate.
Lulusan SMA Unggulan Garuda ditargetkan tembus masuk ke kampus-kampus top dunia.
MEMAKAI blazer batik berwarna hijau, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie menyambangi kantor Tempo di Palmerah, Jakarta Barat, pada Rabu, 8 Januari 2025. Stella yang didampingi dua stafnya tiba sekitar pukul 18.00.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama kurang-lebih dua jam, Stella melayani wawancara khusus dengan sejumlah awak Tempo. Pembicaraannya mulai dari peniadaan tunjangan kinerja dosen berstatus aparatur sipil negara hingga rencana pembangunan SMA Unggulan Garuda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ihwal SMA Unggulan Garuda, guru besar di Tsinghua University, Beijing, Cina, ini mengatakan tujuan pembangunan sekolah unggulan itu adalah memberikan akses bagi setiap orang untuk menikmati sains dan teknologi. SMA Unggulan Garuda ini akan mengutamakan siswa dari kelompok ekonomi menengah ke bawah. “Jadi, tujuan utamanya memberi akses,” ujarnya. Selain itu, SMA unggulan ini diharapkan dapat membentuk ekosistem sains dan teknologi.
Konsep SMA Unggulan Garuda juga akan berupa sekolah berasrama. Sekolah itu, kata dia, akan dibangun di daerah-daerah yang belum memiliki SMA berkualitas. “Pembangunan SMA Unggulan Garuda bukan di kota. Akan di desa-desa dan pelosok daerah,” kata Stella.
Bagaimana konsep SMA Unggulan Garuda?
Sekolah Unggulan Garuda ingin memberikan akses kepada semua orang agar bisa menikmati sains dan teknologi yang berkualitas. Kalau boleh bercerita sedikit, dari perbandingan misalnya di Amerika Serikat atau Cina. Itu mereka sangat hebat sains dan teknologinya bukan karena mereka punya seseorang seperti Albert Einstein, atau ada beberapa Einstein, melainkan karena mereka mempunyai ekosistem yang memberikan akses kepada begitu banyak orang sehingga terbentuklah begitu banyak orang hebat.
Apakah memberi akses ke kalangan menengah ke bawah?
Tujuan utama membangun SMA Unggulan Garuda itu adalah memberikan akses kepada para pemuda kita, siswa kita yang dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah dan hidup di daerah-daerah, di luar Jawa, daerah-daerah dari seluruh pelosok Indonesia. Jadi, tujuan utamanya adalah memberi akses.
Bagaimana penjabarannya?
Di SMA Unggulan Garuda ini ada tiga pilar. Tiga pilar bagaimana membangun SMA Unggulan Garuda. Pertama adalah pilar pemerataan. Nah, ini yang tadi saya sebutkan. Kedua, sebagai inkubator pemimpin bangsa. Nah, inkubator pemimpin bangsa ini biasanya kalau kita dengar adalah sesuatu yang besar gitu, ya. Tapi kami mau konkretkan. Apa sih sebenarnya inkubator pemimpin bangsa? Seorang pemimpin bangsa itu harus mempunyai wawasan global dan kepekaan lokal.
Konkretnya seperti apa menumbuhkan wawasan seperti itu?
Tidak ada cara lain bahwa kita harus mengerti satu sama lain bahwa Indonesia itu begitu beragam. Kita harus bisa peka melihat, "Oh, kamu dari latar belakang ekonomi yang berbeda. Kamu hidup dari daerah yang berbeda." Nah, inilah yang kita ciptakan, kepekaannya ini, punya wawasan global tapi juga punya kepekaan lokal.
Kabarnya bakal berasrama?
SMA Unggulan Garuda ini akan ada asramanya. Asrama dan sekolahnya ini akan dibangun di daerah yang belum punya SMA yang berkualitas. Jadi, bukan di kota. Terutama sekali agak cukup jauh dari kota. Supaya para siswanya ini bisa hidup bersama mengemban pendidikan berkualitas, tapi juga melihat secara kepekaan lokal, "Oh, di masyarakat sekitarnya itu apa."
Lalu pilar ketiganya apa?
Akademik yang sangat berprestasi, tapi juga punya pengabdian kepada masyarakat. SMA Unggulan Garuda ini juga akan diharuskan bahwa ekstrakurikuler mereka itu harus kepada masyarakat lokal. Sehingga kami membangun SMA Unggulan Garuda itu akan lebih banyak di desa. Sebab, kalau di kota, orang kotanya bilang, "SMA enggak butuh kamu." Tapi kalau di desa itu banyak kebutuhannya. Nah, itulah yang kami bangun. Nah, ini tujuan dari mendirikan SMA Unggulan Garuda.
Menurut Anda, perbedaan menempuh pendidikan di dalam negeri dan luar negeri seperti apa?
Kalau saya boleh kembali mengutarakan, mungkin ada sedikit kesalahpahaman. Bahwa kalau ada siswa yang ke luar negeri mengemban pendidikan yang top di luar negeri, itu menguras atau mengambil resources yang ada di dalam negeri. Tapi kan sebenarnya tidak seperti itu. Yang pertama, mungkin yang jarang disadari publik adalah ada banyak universitas di luar itu yang memberikan beasiswa penuh kepada anak berprestasi dari berbagai negara.
Kalau dari pengalaman Anda seperti apa?
Saya itu mendapatkan beasiswa penuh di Harvard University. Jadi, waktu saya sekolah di Harvard, itu bukan negara yang bayar. Bukan orang tua saya yang bayar karena orang tua saya juga tidak mampu. Namun Harvard yang membayar supaya saya bisa bersekolah di tempat itu. Nah, teman saya itu banyak sekali, dari Rumania, Filipina, dan Bulgaria. Saya satu-satunya orang Indonesia yang di situ.
Apa yang terjadi kemudian?
Lalu saya jadi berpikir, "Kenapa kok cuma satu? Kenapa enggak lebih banyak lagi orang dari Indonesia yang dibayarkan oleh Harvard seperti dari Bulgaria. Teman saya dari Bulgaria itu ada belasan. Dari Rumania juga ada belasan. Dan mereka semua dibayarkan oleh Harvard. Kenapa kita tidak lebih banyak lagi seperti itu?
Bagaimana bila dikaitkan dengan upaya menyediakan pendidikan berkualitas di dalam negeri?
Kita membangun dua-duanya. Namun kita kembalikan, tujuan kita apa? Tujuan kita adalah memberikan pendidikan yang paling bagus kepada setiap orang Indonesia. Untuk sebagian orang Indonesia, mungkin pendidikan yang paling bagus itu berada di luar negeri. Untuk sebagian orang, pendidikan yang paling bagus itu ada di dalam negeri. Kenapa kita harus membatasi bahwa mereka hanya harus di dalam negeri?
Soal beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang tidak mewajibkan diaspora kembali, bagaimana ceritanya?
Kemarin kontroversinya kan ramai boleh pulang atau enggak? Ya, kembali lagi kalau waktu itu Pak Menteri sudah mengatakan bahwa suatu saat harus pulang. Namun kembali lagi, apa yang ingin kita capai? Yang ingin kita capai adalah peningkatan sumber daya manusia serta peningkatan ekosistem sains dan teknologi kita. Dan saya rasa memang akan sangat baik bahwa mereka pulang membangun Indonesia.
Seberapa yakin Anda dengan peningkatan ekosistem ini?
Kalau kita data, ini banyak sekali studinya. Data yang menunjukkan bahwa orang-orang yang berkarier di luar negeri itu sangat membantu pertumbuhan sains dan teknologi dari negeri tersebut. Secara langsung, misalnya diaspora kita, termasuk saya sebelumnya, itu kita berhubungan dengan para peneliti dari dalam negeri. Karena lebih mudah berhubungan karena kita satu negara, kan, satu bangsa. Jadi, ada pertukaran, ada hubungan penelitian bersama.
Jadi, berkarier di luar negeri itu bukan berarti tidak menyumbang kembali kepada negara. Kita harapkan menyumbang. Dengan mekanisme-mekanisme yang ada, mereka bisa menyumbang kembali kepada negara. Mungkin satu hal yang ingin kami lebih galakkan adalah bagaimana sewaktu para penerima LPDP ini sedang belajar di luar negeri, waktu mereka belajar pun kita minta sumbangsihnya.
Bagaimana kondisinya saat ini?
Nah, ini mungkin yang belum terlalu terjadi, dan kalau bisa terjadi mungkin akan lebih bisa menumbuhkan. Misalnya dibiayai kuliah di luar negeri waktu tingkat satu itu, apa sumbangsihnya kembali. Mungkin bisa bercerita tentang mata kuliah yang sudah dipelajari atau memberikan itu. Itu akan menjadi lebih baik gitu, ya? Enggak harus hal-hal yang besar. Karena yang kecil-kecil itu juga sangat berguna. Bahkan informasi saja, kita sangat minim informasi. Apa mungkin informasi atau ada mata kuliah yang mereka dapatkan di luar negeri yang di sini tidak ada dan mereka bisa ceritakan. Nah, itu adalah suatu substansi yang bisa diberikan.
Kembali ke soal SMA Unggulan Garuda, infonya 40 sekolah akan dibangun. Dalam jangka waktu berapa lama?
Lima tahun sebanyak 40. Itu ada 20 gedung baru SMA Unggulan Garuda dan 20 yang sudah ada (existing). Yang sudah ada itu kami sebut SMA Garuda Transformasi. Jadi, kami tidak mengutak-atik kurikulum atau guru atau bangunan, melainkan memberikan bimbingan supaya bagaimana mereka bisa diterima di perguruan tinggi yang top.
Berarti 20 itu pembangunan baru, ya?
Iya, dalam lima tahun ada 20 pembangunan sekolah baru. Di seluruh Indonesia, tapi terutama sekali di luar Jawa.
Bagaimana porsi kurikulumnya? Kan tadi ada cita-cita agar murid kuliah di luar negeri, porsi kurikulum internasional dan lokal berapa persen?
Kurikulum itu merupakan yang pertama sekali. Tujuannya adalah supaya bisa lebih banyak lagi setiap insan Indonesia yang mendapatkan pendidikan yang berkualitas, apakah itu di luar negeri ataupun di dalam negeri. Nah, pada saat ini memang kami ingin mengejar kesempatan supaya lebih banyak insan Indonesia yang bisa mendapat pendidikan yang sangat berkualitas di universitas dunia.
Dan kalau ditanya kurikulumnya seperti apa, sebenarnya kalau kita lihat, konten kurikulum Indonesia itu sangat baik. Kalau kita lihat dari kemampuan matematika, sains, itu baik, tapi ada satu kelemahan. Kelemahan ini adalah kurikulum kita tidak dikenal universitas-universitas top dunia. Jadi, sebenarnya ini seperti pengemasannya itu, lho. Jadi, (kurikulum kita) enggak dikenal. Kalau misalnya ranking satu dari SMA di Indonesia itu di universitas, mungkin mereka bilang, ya ranking satu saya enggak tahu ini gimana saya harus kalibrasinya. Nah, sehingga kami harus bisa berstrategi, dan pertama kami teliti dulu.
Bagaimana hasil penelitiannya?
Tim penyusun SMA Unggulan Garuda itu meneliti kurikulum apa yang sebenarnya dikenal, yang secara data itu memang bisa meningkatkan probabilitas penerimaan di universitas-universitas top dunia. Ternyata, setelah kami teliti, ada namanya kurikulum International Baccalaureate (IB). Kurikulum IB ini yang kami pertimbangkan secara mendalam akan dipakai. Kembali bukan karena soal luar negeri, melainkan untuk mencapai tujuannya.
Kalau sudah bangun SMA ini, kita harus optimalkan supaya uang negara enggak sia-sia. Berdasarkan data yang kami teliti, ada data hard number-nya itu kurikulum IB lebih dikenal dan lebih memungkinkan seseorang, saya pikir, 30 persen ada kemungkinan diterima dibandingkan dengan kurikulum lain, bahkan seperti kurikulum Cambridge atau A Level.
Apakah muatan lokal bisa terpenuhi di kurikulum itu?
Ada poin plusnya karena, berdasarkan penelitian kami, kurikulum IB mengharuskan komponen yang bersifat lokal. Jadi, komponen keagamaan bisa dimasukkan. Komponen bahasa harus dimasukkan. Lalu komponen ekstrakurikuler yang ada komponen lokalnya itu harus terus ada. Jadi, itu banyak komponen lokal. Kalau dipakai, nantinya itu dua tahun, di kelas XI dan kelas XII. Jadi, kelas X itu tentu saja masih menggunakan kurikulum nasional dan dalam komponen IB itu juga akan dicampur dengan kurikulum nasional.
Apakah bakal mendatangkan guru dari luar?
Kalau guru, kebanyakan kami ingin gurunya adalah guru lokal. Namun mungkin ada beberapa guru dari asing bukan untuk supaya asingnya, melainkan untuk bisa mungkin memberikan wawasan. Oh, mungkin seperti inilah kalau Anda tertarik ke luar negeri, inilah yang terjadi. Tapi hampir kebanyakan adalah guru-guru lokal. ●
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo