Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Yang langka, yang teraniaya

Empat binatang langka di ragunan ditemukan tewas teraniaya. ada kecurigaan, orang dalam kecewa dengan pergantian pimpinan baru.

22 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBUNUHAN di kebun binatang Ragunan, Jakarta, tampaknya tergolong terencana rapi dan dramatis. Korbannya, tentu saja, para penghuninya, yakni empat binatang langka. Semuanya mati tragis. Rangkaian pembunuhan terencana itu dimulai 20 Desember lalu. Pagi-pagi, seekor kasuari gelambir dua dari keluarga Casuaridae ditemukan tergeletak tak berdaya di kandangnya. Tulang kering sebelah kiri remuk. Dalam kondisi kritis seperti itu, kasuari dewasa sepanjang 160 cm itu tak mungkin lagi bisa disembuhkan. Untuk menghindari penderitaan berkepanjangan, dokter memutuskan melakukan euthanasia, mematikannya tanpa rasa sakit. Belum terjawab apa penyebab kematiannya, lima hari kemudian, keluarga kasuari berduka lagi. Seekor kasuari gelambir satu mengalami nasib sama. Tulang kering retak dan pahanya remuk. Ia pun "dieksekusi" serupa - euthanasia - oleh dokter. Empat hari berikutnya, kanguru asal Irian Jaya jadi korban. Hewan langka berumur lima tahun ini tewas tergorok lehernya. Kuao emas juga mati di kandangnya, dua hari kemudian. Tulang rusuk di bawah sayapnya terlihat ada luka memar akut. Yang membuat geregetan Nonot Marsono, Kepala Bidang Bina Program Ragunan, ia menemukan sepotong kayu pergu berdiameter dua sentimeter, panjangnya satu setengah meter di dekat kandang. "Sepertinya pelaku sengaja meninggalkannya sebagai pertanda," katanya. Lalu, seekor anak komodo berusia empat tahun juga tewas di kandangnya 7 Januari lalu. Spekulasi pun berseliweran. Lebih-lebih di dekat bangkai anak komodo sepanjang satu meter itu ditemukan sebongkah batu besar walau pada tubuh si korban tak ditemukan luka secuil pun. Hasil otopsi laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan IPB menunjukkan, si anak komodo mati bukan karena teraniaya. Ia sembelit, yang memang bisa mematikan bayi reptil maupun binatang mamalia lainnya. Toh cerita anak komodo itu tak membuat spekulasi reda. Sebab, empat satwa yang tewas sebelumnya terbukti dianiaya. Apalagi peristiwa itu juga diwarnai dengan pencurian dan perusakan kantor Yayasan Kebun Binatang Ragunan, 3 Januari lalu. Dua komputer dan sebuah AC raib. Sejumlah file penting diserakkan, maket proyek Yayasan berantakan, dan kabel telepon diputus. Memang, polisi belum menemukan bukti adanya kaitan antara kematian binatang langka itu dan perusakan kantor Yayasan, atau motifnya. "Kami masih terus menyelidikinya," kata Letkol Latief Rabar, Kepala Dispen Polda Metro Jaya. Nonot sendiri memperkirakan, pembantaian itu dimaksudkan untuk "mengganggu" Ketua Badan Pengelola Kebun Binatang Ragunan, Atje Dimyati Salfifi, yang baru menggantikan ketua sebelumnya, Linus Simandjuntak, 30 November lalu. Ia menduga ada ketidakpuasan "orang dalam" atas penggantian pimpinan ke tangan Atje. Atau, kata Nonot, mungkin juga itu sekadar membuat keresahan agar terjadi suasana saling curiga. Linus Simanjuntak, dokter hewan yang dikenal penyayang binatang itu, mengaku sangat terpukul mendengar kematian bekas "anak asuhnya"- keempat binatang langka itu. Dia prihatin adanya dugaan yang mencoba menghubung-hubungkan kasus itu dengan dirinya, yang kini sudah lepas sama sekali dari urusan kebun binatang. Menurut dugaan Linus, pelaku pembunuhan binatang langka itu adalah orang dalam sendiri. "Kalau orang luar, buat apa? Mending mereka curi dan jual," katanya. Begitu pula Kartini Sjahrir, Ketua Harian Yayasan sejak masa Linus memimpin Ragunan. "Ini sudah merupakan pembunuhan terhadap peradaban," katanya.Sri Wahyuni, Taufik T. Alwie, AB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum