Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Yang Pergi Bersama Demam

Seorang ayah dan dua anaknya meninggal mendadak karena demam tinggi. Diduga terserang penyakit flu burung.

18 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lin Rosalina, 35 tahun, merasa dunianya terbalik hanya dalam waktu dua pekan. Secara mendadak, warga Pondok Cempaka, Vila Melati Mas, Serpong, Banten, itu harus kehilangan suami tercinta dan dua anaknya yang lucu.

Sabtu dua pekan lalu, anak bungsunya, Talitha Nurul Azizah, 1 tahun, meninggal di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Rabu pekan lalu, giliran suaminya, Iwan Siswara, 37 tahun, mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Siloam Gleneagles, Tangerang, Banten. Hanya berselang sehari, anak keduanya, Sabrina Nurul Aisah, 8 tahun, pergi menyusul ayah dan adiknya.

Lin sempat mencoba menenangkan diri ke rumah orang tuanya di Bandung bersama putra pertamanya, Fariz Rizki Nurrahman, 12 tahun. Namun, simpang siur berita penyebab kematian orang-orang tercintanya itu membuat dia pulang lagi ke Tangerang pekan lalu. Apalagi, setelah Menteri Kesehatan menyebutkan penyebab kematian ketiga anggota keluarganya itu diduga keras karena penyakit flu burung. Kalau benar, berarti ini korban flu burung pertama di Indonesia.

"Kami sekeluarga sesungguhnya agak menyayangkan pernyataan Menteri Kesehatan. Karena tanpa tindakan yang nyata, kami justru dirugikan karena bisa saja masyarakat mengucilkan kami," kata Dedi Hawadi, paman Iwan.

Demam dan flu berat memang diderita Iwan dan anak-anaknya sebelum maut menjemput. Iwan yang bekerja sebagai auditor di Badan Pemeriksa Keuangan dan anak-anaknya sempat berobat jalan. Ketika kondisi bertambah gawat, Talitha dilarikan ke Rumah Sakit Harapan Kita, dua pekan lalu. Namun, ia meninggal dua hari kemudian. Pada hari yang sama, Iwan dilarikan ke rumah sakit karena gejala yang sama: demam dan flu berat. Dia hanya bertahan empat hari.

Sementara itu, Sabrina yang pertama terserang demam telah dirawat sejak 29 Juni di Rumah Sakit Siloam Gleneagles. Sejak kondisinya kritis, bocah perempuan itu dimasukkan ke ruang isolasi. "Hanya Sabrina sendiri di ruangan itu. Saya tak tahu persis alasan isolasi ini," kata Dedi.

Iwan, Sabrina, dan Talitha telah dimakamkan bersandingan di Pekuburan Pondok Benda, Pamulang, Banten. Tapi penyebab kematian mereka masih belum terjawab. Dedi menampik dugaan Iwan dan dua anaknya terserang sindrom pernapasan akut, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau flu burung (avian influenza).

Semasa hidupnya, Iwan tak pernah berkunjung ke negara asal virus flu burung atau SARS seperti Hong Kong dan Thailand. "Iwan terakhir ke luar negeri Oktober 2004 ke Hungaria," ujar Dedi.

Pihak Rumah Sakit Siloam Gleneagles, tempat Sabrina dan Iwan dirawat, sejak awal mengatakan bahwa penyakit penyebab kematian Iwan dan dua putrinya adalah pneumonia berat dan infeksi radang paru, bukan SARS ataupun flu burung seperti yang diduga orang. "Mereka meninggal karena infeksi paru-paru dengan gejala awal radang paru-paru," kata Mangantar, dokter di RS Siloam Gleneagles.

Kendati begitu, sehari setelah Sabrina meninggal, Departemen Kesehatan membeberkan hasil penelitian tentang penyebab kematian keluarga. Riset itu dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan yang bekerja sama dengan Naval Medical Research Unit sejak 8 Juli lalu dengan menggunakan spesimen Iwan dan Sabrina. "Kami mencurigai flu burung, karena gejalanya tak cocok dengan SARS," kata Menteri Kesehatan Siti Fadhilah Supari, Jumat pekan lalu.

Salah satu indikator yang dipegang: setelah masa inkubasi kedua tidak muncul pengidap baru. Padahal, masa inkubasi SARS hanya berbilang hari sejak munculnya korban satu ke korban berikutnya. Namun, terjadinya cluster—menimpa orang-orang dalam sebuah keluarga secara beruntun—mencurigakan. "Kalau pneumonia biasa, kok sampai cluster," kata Rosmini Day, Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Departemen Kesehatan.

Hasil penelitian laboratorium Departemen Kesehatan sebenarnya tak menunjukkan tanda-tanda SARS atau flu burung. Itu sebabnya, spesimen Iwan dan anaknya dikirim ke Collaborative Centre, Laboratorium Organisasi Kesehatan Dunia di Hong Kong. Tujuannya untuk memastikan ada virus flu burung atau tidak. "Hasilnya akan bisa diketahui tujuh sampai sepuluh hari mendatang," ujar Siti Fadhilah.

Dalam masa sepekan ini pula Departemen Kesehatan melakukan beberapa upaya mencegah penularan. Salah satunya memonitor ketat semua pihak yang pernah berhubungan langsung dengan Iwan dan anak-anaknya. Mulai dari keluarga, kerabat, tetangga hingga rekan kerja. "Sejauh ini tak ada laporan kasus baru," kata Rosmini Day.

Instansi Rosmini terus meneliti hal-hal yang berkaitan dengan kemungkinan penyakit flu burung itu. Sekarang penelitian intensif dilakukan dengan mengambil sampel dari tikus dan kecoa.

Tiap rumah sakit juga diimbau untuk siaga, menyiapkan ruangan observasi bagi pasien yang dicurigai terserang flu burung, khususnya rumah sakit di daerah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten yang dianggap daerah berisiko. "Selain Rumah Sakit Suliyanti Saroso dan RS Persahabatan, ada 44 rumah sakit yang pernah disiagakan menghadapi wabah flu burung beberapa waktu lalu kini disiagakan kembali," kata Siti Fadhilah.

Utami Widowati, Lis Yuliawati, Ami Afriatni, Joniansyah (Tangerang)


Flu Burung (Avian Influenza)

  • Penyakit ini disebabkan virus avian influenza tipe A jenis H5N1. Virusnya bisa bercampur dengan virus influenza pada manusia.
  • Cara penularannya melalui kontak langsung dengan unggas atau menghirup kotoran unggas yang terinfeksi flu burung.
  • Gejalanya: demam, suhu badan tidak stabil, batuk, nyeri otot, sakit tenggorokan dan sesak napas.

SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)

  • Penyakit pernapasan akut yang disebabkan virus.
  • Ditularkan melalui sentuhan langsung, lewat cairan dengan orang berpenyakit SARS, atau melalui udara atau benda yang terkontaminasi virus.
  • Gejalanya: demam melebihi 38 derajat Celsius, sakit kepala, badan nyeri, menggigil, batuk, bersin-bersin, sukar bernapas.

Pneumonia

  • Infeksi saluran pernapasan yang mengenai jaringan paru-paru dan bersifat akut atau mendadak. Penyebabnya, semua jenis bakteri, virus, atau jamur.
  • Penularannya, antara lain, melalui kontak langsung dengan penderita melalui embusan napas.
  • Gejalanya: demam, berkeringat, lesu, lemah, batuk, dahak biasanya berwarna kuning/hijau atau dengan bercak darah, napas memburu, sesak napas, nyeri jika bernapas.

Lis Yuliawati, Utami Widowati, Ami Afriatni, Joniansyah (Tangerang)


KRONOLOGI Tragedi Keluarga Iwan

Perjalanan Iwan

  • Oktober 2004, Iwan Siswara yang bekerja sebagai Kepala Bagian Kesekretariatan Badan Pemeriksa Keuangan, pergi ke Hungaria dan India.
  • Dua bulan lalu, pergi ke Filipina.

29 Juni 2005 Sabrina Nurul Aisah, 8 tahun, anak kedua keluarga Iwan Siswara, dibawa ke RS Siloam Gleneagles, Tangerang.

7 Juli 2005 Talitha Nurul Azizah, 1 tahun, adiknya, dilarikan ke RS Harapan Kita. Pada hari yang sama, ayahnya, Iwan, juga dibawa ke RS Siloam Gleneagles. Gejala mereka sama: demam dan flu berat.

9 Juli 2005 Thalita meninggal, disusul Iwan empat hari kemudian. Sehari berselang, Sabrina pun wafat.

13 Juli 2005 Direktur Medis RS Siloam Gleneagles, dr Anastina, mengatakan, Iwan menderita sakit radang paru.

15 Juli 2005 Menteri Kesehatan Siti Fadhilah Supari mengemukakan, "Kami mencurigai flu burung, karena gejalanya tidak cocok dengan SARS."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus