Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ruth Sahanaya, atau akrab disapa Uthe, mengungkapkan perasaannya mengenai gelar 'diva' yang kerap disematkan padanya. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Tempo di Midaz Senayan Golf, Jakarta Pusat, penyanyi yang memulai karier musik di tahun 1980–an ini berbagi pandangannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uthe mendefinisikan arti kata diva, mengacu pada penyanyi-penyanyi seriosa dan opera, yang kini meluas maknanya menjadi seorang penyanyi besar berpengalaman lama dan jam terbang tinggi. “Nggak beban sih, sebenarnya. Kayak saya tuh merasa kalau terlalu berlebihan disebut diva,” ujar Uthe, Rabu, 26 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun demikian, dia merasa bersyukur dan berterima masih atas gelar diva yang disematkan padanya. Menurut Uthe, gelar diva lebih mencerminkan penghargaan atas pengalaman panjang dan dedikasi dalam industri musik. Dengan karier yang telah memasuki usia 40 tahun, Uthe merasa gelar tersebut adalah sesuatu yang wajar diberikan oleh para penggemarnya. “Itu bentuk penghargaan mereka aja kepada saya, kepada penyanyi-penyanyi lain yang disebut diva juga,” katanya menambahkan.
Perayaan 40 Tahun Ruth Sahanaya Berkiprah di Industri Musik Tanah Air
Sebelumnya, pada Sabtu malam, 22 Juni 2024, Uthe merayakan 40 tahun kariernya dalam konser tunggal bertajuk ‘40 Tahun Simfoni dari Hati’ di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. Konser yang berlangsung selama sekitar tiga jam sepuluh menit itu dimulai dengan lagu ‘Pesta’ dari tahun 1986. Dengan gaun silver mengembang yang berkilau dan sepatu hak tinggi, Uthe memukau penonton dengan 30 lagu dari berbagai albumnya seperti ‘Keliru’, ‘Bawa Daku Pergi’, ‘Selamanya’, ‘September Pagi’, dan ‘Masa Kecil’, yang disajikan dengan aransemen musik orkestra yang dipandu oleh Tohpati.
Di tengah-tengah konser, Uthe mengucapkan rasa syukurnya kepada para penggemar dan semua pihak yang terlibat dalam konser tersebut. “Terima kasih semua yang sudah hadir malam ini. Saya bersyukur diberikan kesempatan untuk tampil di depan semuanya untuk merayakan 40 tahun saya sebagai penyanyi,” tutur Uthe. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Tohpati, Once, Yura, Afgan, dan Silet Open Up yang telah berkolaborasi dalam konser tersebut.
Uthe menutup penampilannya dengan dua lagu pop hitsnya yaitu ‘Astaga’ dan juga momen paling mengharukan terjadi saat Uthe menyanyikan lagu ‘Andaikan Kau Datang’.
Suasana panggung berubah dari kegembiraan menjadi kedamaian, menciptakan nuansa yang begitu menyentuh hati. Suara merdu Uthe dan nyanyian dari para penonton menciptakan harmoni yang indah dan penuh makna. "Bersinarlah terus sampai nanti, lagu ini kuakhiri,” suara Uthe melantunkan lirik terakhir, menutup konser megah tersebut dengan penuh keharuan.
Perjalanan Karier dan Prestasi Ruth Sahanaya
Selama 40 tahun berkarya, Uthe telah merilis 18 album solo, dua album rohani, dan beberapa album kolaborasi. Album pertamanya, Seputih Kasih yang dirilis pada tahun 1987, langsung melejitkan namanya di blantika musik Indonesia. Berlanjut dengan album Tak Kuduga pada 1989 dan Kaulah Segalanya pada 1992 yang meledak di pasaran. Beberapa lagu hitsnya seperti 'Astaga' (1987), 'Tak Kuduga' (1989), 'Kaulah Segalanya' (1992), 'Keliru' (1999), dan 'Andaikan Kau Datang' (2004).
Uthe juga dikenal sebagai penyanyi berprestasi yang banyak memenangkan kejuaraan di festival tingkat nasional hingga global. Beberapa di antaranya yakni Pop Singer Bandung Raya 1983, Midnite Sun Song Festival di Finlandia pada 1992, bahkan juga meraih berbagai penghargaan bergengsi seperti Triple Platinum Record untuk album Kaulah Segalanya serta Artis Rekaman Terbaik BASF Award 1989 dan 1992. Uthe juga berkali-kali mewakili Indonesia dalam acara-acara musik bergengsi seperti di Yoshinagori Song Festival 1995 di Jepang, mewakili Indonesia dalam ASEAN Song Festival 1989 di Malaysia, dan masih banyak lagi.