Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

Selain meninggalkan istri dan dua anak, Joko Pinurbo meninggalkan warisan karya-karya puisi. berikut beberapa di antaranya.

28 April 2024 | 14.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyair Joko Pinurbo, 61 tahuh, meninggal di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, pada Sabtu, 27 April 2024. Pria yang dikenal dengan panggilan Jokpin itu berpulang sehari sebelum Hari Puisi Nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain meninggalkan istri dan dua anak, Jokpin meninggalkan warisan karya-karya puisi. Berikut sejumlah puisi karya sastrawan Jopin yang perlu Anda ketahui dan simak untuk mengenang kepergiannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Di Atas Meja

Di atas meja kecil ini

masih tercium harum darahmu

di halaman-halaman buku.


Sabda sudah menjadi saya.

Saya akan dipecah-pecah

menjadi ribuan kata dan suara.


2. Doa Malam

Tuhan yang merdu,

terimalah kicau burung 

dalam kepalaku.


3. Cita-cita

Setelah punya rumah, apa cita-citamu?

Kecil saja: ingin sampai rumah 

saat senja supaya saya dan senja sempat

minum teh bersama di depan jendela.


Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan

makin bertumpuk, uang makin banyak

maunya, jalanan macet, akhirnya 

pulang terlambat. Seperti turis lokal saja,

singgah menginap di rumah sendiri

buat sekedar melepas penat.


Terberkatilah waktu yang dengan tekun 

dan sabar membangun sengkarut tubuhku 

menjadi rumah besar yang ditunggui

seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,

"Sudah kubuatkan sarang senja 

di bujur barat tubuhmu. Senja sedang 

berhangat-hangat di dalam sarangnya."

4. Kepada Uang

Uang, berilah aku rumah yang murah saja,

yang cukup nyaman buat berteduh

senja-senjaku, yang jendelanya

hijau menganga seperti jendela mataku.


Sabar ya, aku harus menabung dulu.

Menabung laparmu, menabung mimpimu.

Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.


Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,

yang cukup hangat buat merawat

encok-encokku, yang kakinya

lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.


5. Doa Seorang Pesolek

Tuhan yang cantik,

temani aku

yang sedang menyepi

di rimba kosmetik.


Nyalakan lanskap

pada alisku yang gelap.


Ceburkan bulan

ke lubuk mataku yang dalam.


Taburkan hitam

pada rambutku yang suram.


Hangatkan merah

pada bibirku yang resah.


Semoga kecantikanku

tak lekas usai dan cepat luntur

seperti pupur.


Semoga masih bisa

kunikmati hasrat

yang merambat pelan

menghangatkanku


sebelum jari-jari waktu

yang lembut dan nakal

merobek-robek bajuku.


Sebelum Kausenyapkan warna.


Sebelum Kauoleskan

lipstik terbaik

di bibirku yang mati kata.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus