Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Musik tradisional belakangan ini menghadapi banyak tantangan. Hal ini disebabkan para pemain dan produsen alat musik tradisional merupakan musisi non-industri di tengah gempuran era digital.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal, jasa dan kepedulian para perajin pada seni budaya Indonesia tidak boleh dilupakan. Ciri dan latar sejarah budaya alat musik tradisional sendiri layak untuk disuguhkan sebagai informasi yang dapat membangun kesadaran generasi muda untuk semakin mempopulerkannya.
Tantangan Perajin Alat Musik Tradisional
Sebagai perwakilan perajin alat musik tradisional, Khaerul mengatakan tantangan yang sedang dihadapi oleh para pembuat alat musik khas Tanah Air saat ini. Menurutnya, para perajin sulit mendapatkan bahan kayu untuk komposisi utama alat musik tradisional. "Terutama bahan kayunya agak sulit. Entah kenapa di lapangan itu sulit sekali mendapatkan kayu,” ujar Khaerul dalam konferensi pers perilisan laman AMI ETHNIC di Kemang, Jakarta Selatan, pada Rabu, 11 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara spesifik, para perajin kesulitan untuk mendapat bahan baku kayu maple dalam proses pengerjaan alat musik tradisional. “Bagi saya pribadi, kayu maple di Indonesia itu cukup familiar. Tapi kenapa selama kurang lebih 3 tahun saya tidak bisa mendapatkan maple?” ujar Khaerul menjelaskan tantangan para perajin alat musik tradisional di Indonesia.
Tantangan tersebut akhirnya semakin menyulitkan para perajin alat musik tradisional untuk mengerjakan pesanan dengan permintaan kayu atau bahan dasar lain tertentu. Kesulitan bahan dasar ini tapi tidak membuat mereka berhenti berkarya dan melestarikan musik tradisional Indonesia.
AMI ETHNIC Jadi Wadah Musisi dan Perajin Alat Musik Tradisional
Kesulitan dan tantangan ini harapannya dapat diatasi oleh AMI ETHNIC, laman yang menjadi wadah bagi para musisi dan perajin alat musik tradisional untuk mengembangkan usahanya. Tidak hanya menyalurkan dan membantu penjualan alat musik tradisional di Indonesia saja, tetapi juga dirancang untuk pasar ekspor yang lebih luas agar makin meningkatkan UMKM khas Indonesia.
Dengan diluncurkannya AMI ETHNIC yang digagas oleh YAMI dan mendapat dukungan dari Kemendikbudristek ini, Khaerul mengucapkan terima kasih atas wadah ini bagi para musisi dan pengrajin alat musik tradisional. “Saya mengucapkan terima kasih pada AMI dan Kemendikbudristek. Saat ini belum ada wadah besarnya untuk tradisi ini. Selama ini hanya komunitas saja. Jadi sangat terbantu sekali oleh adanya AMI ETHNIC ini," kata Khaerul.
Pilihan Editor: Mengenal Kalimba, si Piano Jempol Alat Musik dari Afrika Selatan