Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA - Tari Indang berasal dari mana menjadi salah satu informasi menarik untuk diketahui. Salah satu tarian khas di Indonesia ini juga dipelajari dalam pembelajaran kesenian di tingkat sekolah dasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tari Indang sering kali ditampilkan dalam berbagai acara adat, pesta pernikahan, atau festival budaya. Lantas, tari Indang berasal dari mana? Simak jawabannya pada ulasan berikut ini.
Asal Usul Tari Indang dan Berasal Dari Mana?
Tari Indang adalah salah satu bentuk seni tradisional yang berasal dari daerah Pariaman, Sumatera Barat, dan menjadi bagian penting dari kebudayaan suku Minangkabau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikenal karena gerakannya yang dinamis, tari Indang membawa nilai budaya dan spiritual yang mendalam, serta memiliki pengaruh kuat dalam tradisi adat Minangkabau.
Nama "Indang" sendiri diambil dari bahasa Minang yang berarti "rebana kecil," sebuah alat musik tradisional yang digunakan dalam pertunjukan ini. Tari Indang juga dikenal dengan nama lain, yakni Tari Dindin Badindin, yang merujuk pada syair lagu yang mengiringi tarian ini.
Tari Indang pertama kali berkembang sebagai bagian dari tradisi spiritual yang dipengaruhi oleh percampuran budaya Islam dan budaya lokal Minangkabau. Dalam sejarahnya, tari ini diperkenalkan oleh para ulama dari Aceh yang membawa pengaruh Islam ke Padang Pariaman.
Awalnya, tari Indang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat Minangkabau, serta sebagai media penguatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga kini, tari Indang terus berkembang dan semakin dikenal oleh berbagai kalangan. Meskipun awalnya tari ini hanya dipertunjukkan di lingkungan terbatas, sekarang tari Indang telah menjadi bagian penting dari seni budaya Indonesia yang banyak ditampilkan di berbagai festival dan acara kebudayaan.
Makna Tari Indang
Tari Indang mengandung makna yang kuat tentang bagaimana agama Islam masuk dan berkembang di tanah Minangkabau. Gerakan penari dan syair lagu yang mengiringinya menggambarkan kebesaran agama Islam serta sejarah kedatangannya ke Sumatera Barat
Dari awal hingga akhir pertunjukan, tari Indang menceritakan proses penyebaran Islam di wilayah Minang dan menunjukkan bagaimana masyarakat Minangkabau menerima dan mengamalkan ajaran Islam.
Tarian ini dapat dipahami sebagai bentuk syiar agama Islam, di mana syair-syair yang dibawakan dalam setiap gerakan mengandung pujian untuk Nabi Muhammad SAW dan doa-doa yang berkaitan dengan ajaran Islam.
Melalui tarian ini, masyarakat Minang menyampaikan rasa syukur dan penghormatan terhadap ajaran agama yang mereka anut.
Busana dan Properti Tari Indang
Para penari wanita Tari Indang mengenakan busana tradisional Minangkabau, yang terdiri dari baju longgar dan celana hitam longgar, serta tambahan sarung khas Minang. Hiasan kepala juga melengkapi penampilan mereka
Salah satu hal yang membedakan penari wanita dengan pria adalah penggunaan penutup kepala atau jilbab pada penari wanita. Sementara itu, penari pria mengenakan busana serupa, yaitu baju dan celana longgar, sarung Minang, dan hiasan kepala.
Untuk tukang Dzikir atau pelantun syair yang mengiringi tarian, biasanya memakai pakaian koko bebas yang lebih santai. Warna busana yang digunakan dalam tari Indang juga cukup fleksibel dengan pilihan warna seperti merah, emas, atau hitam.
Untuk properti, tari Indang menggunakan alat musik tradisional indang atau yang dikenal dengan ripai, sebuah alat musik khas yang menjadi sumber suara dalam tarian ini.
Namun seiring perkembangan zaman, penggunaan indang semakin jarang. Sebagai pengganti suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut, para penari menggunakan lantai panggung untuk menghasilkan ritme yang mengiringi gerakan tari.
AULIA ULVA, berkontribusi dalam artikel ini.