Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan alasan penyerapan jagung dari petani hingga kini masih terkendala. Hal itu, kata Bayu, karena dryer atau mesin pengering yang belum beroperasi maksimal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Alhamdulillah kami sudah makin banyak penyerapannya. Kami tadi ada datanya lumayan banyak, hanya memang kami mengakui masalah yang terbesar dari penyerapan jagung itu ada di pengering belum beroperasi maksimal," kata Bayu di Mampang, Jakarta Selatan pada Jumat, 3 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bayu mengatakan pembangunan pengeringnya memang baru saja selesai sehingga baru bisa optimal di tahun depan. "Jadi masih uji coba mudah-mudahan kalau yang tahun depan kami bisa lebih optimal," ujarnya.
Menurutkan kunci penyerapan pada pengering agar jagung awet saat disimpan. "Kalau jagung itu disimpan masuk di gdang kadar airnya masih di atas 15 persen maka akan cepat rusak, warnanya berubah agak hitam karena jamur. Jadi itu masalah serius," ucapnya.
Saat ini Bulog baru memiliki 2 pengeringan jagung di Dompu, Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo. Bayu mengaku penyerapan tidak dilakukan Bulog sendiri, melainkan bekerjasama dengan para pengusaha pakan yang mempunyai pengeringan jagung dan silo.
Bayu mengatakan total penyerapan jagung sebesar 8.500 ton. Dia tidak memungkiri bahwa harga jagung masih tinggi.
"Makanya nanti kami akan jaga setelah punya stok. Nanti akan kami salurkan pada saat tidak ada panen lagi. Sekarang biar saja yang panen dulu," ujarnya.