Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Cerita Kasus Penipuan Berkedok Bea Cukai, Beli Barang via Medsos Berujung Pemerasan

Korban mengikuti lelang laptop via Instagram dan berujung diperas oleh oknum yang mengatasnamakan petugas Bea Cukai.

22 Desember 2022 | 20.15 WIB

Ilustrasi Penipuan. shutterstock.com
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi Penipuan. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta -Kasus penipuan yang mengatasnamakan Bea Cukai masih marak terjadi. Per November 2022, penipuan ini telah mencapai hampir 7.000 kasus. Para penipu melaksanakan aksinya dengan melakukan berbagai modus, mulai dari romansa, diplomatik, money laundering, berbagai toko online, hingga lelang barang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sandi misalnya, salah satu korban yang tertipu karena lelang barang online. Ia mengatakan dirinya mengikuti lelang laptop via Instagram dan berujung diperas oleh oknum yang mengatasnamakan petugas Bea Cukai. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Kejadian ini terjadi tahun 2021. Awalnya saya mengikuti lelang barang di Instagram. Waktu itu barang yang dilelang adalah laptop dengan harga dasarnya Rp 1 Juta,” ujar Sandi di Kantor Pusat Bea Cukai, Kamis, 22 November 2022. Ia mengatakan karena saat itu dirinya tengah membutuhkan laptop, maka ia memasang harga Rp 1,5 juta. “Dan saya terpilih dapat laptop itu,” katanya. 

Kemudian, Sandi dihubungi oleh penjual untuk membayar Rp 1,5 juta sesuai kesepakatan. Ia pun melakukan transfer kepada pihak penjual dan diminta menunggu barang dikirimkan.

Selang satu minggu, Sandi mengaku berkali-kali ditelepon oleh nomor tidak dikenal yang mengaku dari pihak Bea Cukai Soekarno Hatta. “Dia menjelaskan barang yang dibeli ini ilegal, tidak ada surat-suratnya, dan mereka sita," jelasnya. 

Setelah itu, mulai keluar ancaman dari pelaku. Sandi diancam jika tidak segera diurus, ia akan didatangi pihak kepolisian dan militer. "Barang kan tidak dikirim ke rumah, tapi ke tempat usaha. Jujur panik, karena di tempat usaha itu ada karyawan saya yang datang dari kampung, takutnya merasa terintimidasi," kata dia.

Ia kemudian terus menerus dihubungi pelaku penipuan. Menurut keterangan Sandi, pelaku menyertakan surat dengan blanko Bea Cukai sehingga membuat dirinya sempat percaya bahwa pelaku benar-benar petugas Bea Cukai.

"Ada keterangan biaya yang harus dibayarkan. Awalnya mereka minta Rp 3 juta.  Sebelum saya bayar, saya sempat menghubungi penjual laptopnya. Kenapa kejadian ini, kan barang second, bukan baru dan bukan dari luar negeri. Waktu itu batangnya dikirim dari Sumatera," jelasnya lagi.

Namun penjual laptop meyakinkan Sandi untuk membayar, dengan mengatakan uang tersebut akan diganti ketika barang sudah sampai. Ia pun menurutinya dan mentransfer Rp 3 juta ke pelaku.

Selanjutnya: Penipu Terus Menerus Meminta Uang kepada Korban

Lalu, penipu kembali menghubungi Sandi dan melakukan pemerasan. "Selang berapa lama, minta lagi Rp 7 juta sekian. Saya mikir kok terus-terusan minta uang. Saya kepikiran punya teman di Kemenkeu, dia bilang fix itu penipuan," ujarnya.

Hal serupa terjadi pula pada Eno, yang menjadi korban penipuan. Saat itu dirinya tertarik membeli sepatu murah. 

“Kejadiannya di Instagram, ada produk sepatu yang harganya lebih murah dibanding toko. Karena saya lihat murah, saya coba beli,” ujar Eno. Ia mengatakan dirinya membayar Rp 600 ribu untuk sepatu itu. 

"Setelah beberapa lama, saya ditelepon, dibilang kalau sepatunya ilegal, jadi harus bayar Rp 2,5 juta. Kalau tidak mau bayar petugas Bea Cukai datang ke kantor ibu. Karena panik saya transfer,” jelasnya. 

Kemudian, Eno mengatakan dirinya ditelpon lagi dan pelaku menyebut sepatu itu tidak sesuai SNI sehingga dirinya harus membayar lagi Rp 5 juta. Pelaku mengirimkan semacam surat PPN dan PPH yang menyerupai milik Bea Cukai.

“Saya baru ingat punya teman di Bea Cukai, akhirnya saya telepon minta pencerahan,” kata Eno. Setelah mengetahui bahwa yang dialaminya adalah penipuan, dirinya tidak lagi mengangkat teleponnya.

DEFARA DHANYA PARAMITHA

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus