Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Pembobolan Dana Nasabah dengan Skimming Kian Berkembang, Bisakah Dihindari?

Kepala OJK Sumatera Barat Yusri berbagi tips agar terhindar dari pencurian data atau skimming ATM yang terus berkembang selama ini. Bagaimana caranya?

16 Mei 2022 | 07.34 WIB

Ilustrasi Skimming Kartu Kredit. WXYZ.com
Perbesar
Ilustrasi Skimming Kartu Kredit. WXYZ.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Barat Yusri menyatakan teknik pencurian data atau skimming ATM terus berkembang. Meski demikian, masyarakat bisa mencegah datanya tercuri dengan menutup rapat keypad mesin ATM saat memasukkan nomor PIN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Saat menekan PIN ditutup dengan tangan maka tidak akan mudah untuk menjadi korban skimming," kata Yusri dalam keterangan resmi, Ahad, 15 Mei 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia menjelaskan, dengan menutup rapat keypad mesin ATM saat memasukkan PIN, nasabah bisa terhindar dari pencurian data walaupun di mulut mesin tempat memasukkan kartu sudah dipasang alat perekam data untuk skimming

Adapun proses kerja skimming meliputi dua tahap yaitu perekaman data menggunakan alat yang ditempel di mulut tempat memasukkan kartu dan ada kamera di atas keypad ATM.  "Walaupun ATM bisa digandakan, sepanjang nomor PIN ATM tidak diketahui, akan sulit untuk membobol rekening," katanya.

Selain dengan menutup rapat keypad mesin ATM saat memasukkan nomor PIN, nasabah bisa mencegah terkena skimming dengan menggunakan transaksi lewat aplikasi mobile bangking. Dengan begitu, nasabah tidak perlu ke ATM untuk bertransaksi.

OJK, kata Yusri, juga terus mengingatkan pihak perbankan segera melakukan pergantian kartu ATM nasabah dari magnetik ke chip.

Lebih jauh Yusri menjelaskan, skiming merupakan salah satu kejahatan perbankan yang kerap terjadi. Skimming tidak hanya terjadi di bank pelat merah, tapi juga bank swasta. "Pelakunya biasanya WNA, bukan dari Indonesia, yang merupakan komplotan," ucapnya.

Kasus terkait skimming yang belakangan ramai berasal dari Bank Nagari. Direktur Utama Bank Nagari Muhammad Irsyad menyebutkan sebanyak 141 nasabah bank itu menjadi korban skimming dengan kerugian Rp 1,5 miliar.

Terjadinya skimming itu diketahui bermula dari laporan nasabah pada 5 Mei 2022 bahwa rekening mereka dibobol. Laporan itu langsung ditindaklanjuti pihak bank dengan menonaktifkan transaksi seluruh nasabah yang masih memakai kartu ATM magnetik.

Dari penelusuran CCTV, pihaknya menduga pelaku skimming adalah WNA, dan foto pelaku sudah dilaporkan ke pihak berwajib dengan harapan pelaku segera ditangkap. Modus skimming yang dilakukan dengan meletakkan alat pembaca data nasabah yang disebut skimmer di tempat memasukkan kartu, serta dilengkapi satu kamera pengintai kecil pada tempat menekan PIN.

Dari penelusuran diketahui pelaku skimming juga melakukan penggandaan kartu dan menarik dana korban di luar Sumatera Barat yakni di Bali, Purwakarta, dan Surabaya. "Transaksi tidak dilakukan di Sumbar tapi dari data yang kami lihat, transaksi ditransfer ke salah satu perusahaan Bitcoin di Indonesia," ujarnya.

BISNIS

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus