Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR, Mufti Anam mengkritik rencana pemerintah yang mewacanakan ojek online alias ojol tak lagi menjadi sasaran subsidi BBM. Jika subsidi BBM Pertalite dibatasi, ia mengusulkan agar harga Pertamax bisa dikerek turun dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 8 ribu per liter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau sibsidi dicabut, Pertamina harus hadir bagaimana menghadirkan Pertamax setidaknya Rp 8 ribu,” kata Mufti dalam rapat dengar pendapat PT Pertamina (Persero) dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 3 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mufti bercerita, para pengemudi atau driver ojol saat ini resah mendengar wacana adanya pencabutan subsidi BBM bagi mereka. Isu ini pertama kali diungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Alasan pembatasan itu, ojol dianggap bukan merupakan transportasi umum.
Pencabutan subsidi BBM ini dinilai Mufti akan mengakibatkan kondisi ojol kian terjepit. Para driver yang saat ini berjumlah sekitar 4 juta orang ini kini telah dihadapkan pada tarif aplikasi hingga 20 persen. Tak hanya itu, jika subsidi BBM dicabut, ia mengatakan lapangan kerja sebagai ojol berpotensi berkurang.
Kendati begitu, Mufti mengatakan pemerintah tak bisa selamanya memberikan subsidi BBM Pertalite. Ia juga mengatakan rakyat tak mengemis subsidi. Tugas Pertamina, kata dia, adalah menghadirkan energi yang mudah dan murah bagi masyarakat.
Karena itu, politikus PDIP ini mengusulkan agar Pertamina belajar dari Petronas, perusahaan minyak dan gas di Malaysia. Di sana, harga Pertamax hanya setara Rp 6.800 per liter—jauh lebih murah dari harga di Indonesia sbeesar rata-rata Rp 12.500 per liter.
Namun, Mufti mengatakan Petronas tak merugi meski menyediakan BBM murah. Justru keuntungan mereka mencapai Rp 267 triliun, empat kali lipat dibandingkan laba Pertamina. “Ini tantangan bagi Pertamina,” katanya. Caranya, Mufti mengatakan Pertamina perlu melakukan efisiensi, termasuk di sektor hulu, agar dapat mengoptimalkan kinerjanya.