Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Asep Suryana, angkat bicara kasus anak dibanting ayahnya hingga tewas di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Menurut dia, perekonomian keluarga memengaruhi kekerasan orang tua pada anak seperti yang terjadi pada Usman dan anaknya, Kurniawan alias Awan, 11 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kemiskinan mengakibatkan dua penyebab perilaku kekerasan sehingga tega membanting anak itu," kata Asep saat dihubungi Tempo, Kamis 21 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Asep menjelaskan penyebab pertama kekerasan terhadap ini adalah sistem kekeluargaan yang menempatkan ayah sosok yang dominan. Hal ini diukur dari konsumsi pemenuhan kebutuhan ayah yang cenderung lebih besar daripada anggota keluarga lain.
"Biasanya di masyarakat kelas bawah, terutama ayah bekerja dan ibu tidak berpenghasilan, itu ada ayah-sentris," ujarnya.
Dalam keluarga tipe ini, kata Asep, penghasilan ayah sebagai kepala rumah tangga lebih banyak dialokasikan untuk keinginan pribadi ayah. "Rokok, pulsa, mie instan, dan hobi ayah," tuturnya.
Dalam kondisi seperti ini, sosok ayah memiliki tendensi untuk mengabaikan pendidikan dan gizi anak. "Lebih baik beli rokok daripada beli susu anak," ucap Asep.
Asep mengatakan penyebab kedua terjadinya kekerasan terhadap anak adalah pemanfaatan waktu luang yang keliru oleh orang tua. Menurut dia, sosok ayah yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kesenangan pribadi berakibat pada ketidakpedulian terhadap anak.
"Biasanya ayah menghabiskan waktu luangnya untuk hobinya. Misalnya, main gitar dengan teman-temannya, sepedaan, kebanyakan mancing," katanya.
Awan meninggal akibat dibanting oleh ayahnya, Usman, usai dimarahi dan dianiaya pada Rabu, 13 Desember 2023. Kemurkaan Usman itu dipicu karena Awan menabrak seorang anak tetangga saat sedang bersepeda dekat rumahnya.
Melihat anaknya berbuat salah, Usman yang saat itu sedang bermain gitar secara tiba-tiba meletakkan gitarnya. Dia menyusul anak itu dan berujung pada penganiayaan.
Usman sudah ditetapkan sebagai tersangka dan telah mengakui perbuatannya kepada polisi. Polisi langsung menahan tersangka di sel tahanan Polres Jakarta Utara. Dia terancam hukuman 15 tahun penjara.