Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB OPM, menyebut personel gabungan TNI/Polri di wilayah Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan melancarkan serangan brutal selama sepekan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara markas pusat TPNPB-OPM, Sebby Sambom mengatakan, serangan brutal dan masif itu dilancarkan personel TNI/Polri ke sejumlah pos milisi TPNPB-OPM di Komando Daerah Pertahanan III Ndugama-Derakma. Serangan disebutnya pertama kali terjadi pada Selasa, 26 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Serangan bom dari pesawat, helikopter serta drone militer," kata Sambom dalam keterangan yang diterima Tempo, Sabtu, 30 Maret 2024.
Serangan itu, Sambom melanjutkan, dilancarkan pada malam hari oleh personel TNI/Polri di Nduga. Tercatat sudah 8 kali ledakan menghujam pos milik Kodap III Ndugama-Derakma.
"4 pos Semut Merah milik pasukan khusus TPNPB-OPM terbakar habis," ujar Sambom.
Hanya beberapa hari berselang, kata dia, personel gabungan TNI/Polri kembali melakukan aksi pengeboman di wilayah Nduga. Kali ini, pengeboman dilakukan di wilayah yang tengah didiami Philip Mark Mehrtens, Pilot Susi Air yang ditawan milisi TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogeya sejak 7 Februari lalu.
Sambom bercerita, meski dijatuhi bom berulang kali, seluruh milisi Kodam III Ndugama-Derakma dan Philip selamat. Namun, sejumlah pos dan markas milisi habis terbakar.
"Pos Kobit, Pos Korowait dan Markas Kambila milik pasukan khusus TPNPB-OPM Kodap III habis terbakar," kata Sambom yang juga menyebut serangan terakhir terjadi pada Jumat malam, 28 Maret kemarin.
TPNPB-OPM Kodam III, klaim Sambom, berhasil melancarkan serangan balasan, yaitu dengan menembak helikopter milik TNI. "Ada personel militer juga yang terluka," ucapnya.
Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cendrawasih, Letnan Kolonel Candra Kurniawan membantah adanya serangan udara. Ia mengatakan, kegiatan patroli yang dilakukan oleh prajurit TNI di Nduga merupakan kegiatan patroli rutin dan dilaksanakan oleh pasukan setempat.
Pasukan organik, kata Candra, memang disiagakan di wilayah Nduga. Namun, mereka ditempatkan untuk kegiatan patroli teritorial, sedangkan eksekusi dilakukan langsung oleh prajurit dari Komando Distrik Militer 1706/Nduga. "Dilakukan bersama masyarakat juga. Tidak ada namanya serangan udara," kata Candra saat dikonfirmasi Tempo, Sabtu.
Begitu pun situasi di Nduga, kata perwira menengah itu, yang masuk di Ibu Kota di daerah Distrik Kenyam, dalam situasi aman dan kondusif. Candra menampik ihwal adanya informasi baku tembak antara personel TNI dengan milisi TPNPB-OPM Komando Daerah Pertahanan III Ndugama-Derakma di wilayah Nduga. "Anggota banyak di lapangan melayani masyarakat, situasinya juga kondusif," ujarnya.
Kepala Satuan Tugas bidang Hubungan Masyarakat Operasi Damai Cartenz, Ajun Komisaris Besar, Bayu Suseno sebelumnya juga mengatakan tidak mengetahui ihwal adanya informasi serangan udara yang dilakukan personel gabungan TNI/Polri di wilayah udara Nduga. "Tidak ada kegiatan anggota kami di Nduga," kata Bayu.
Dihubungi terpisah, Koordinator Gereja Kingmi wilayah Nduga, Pendeta Eliaser Tabuni tidak menampik ihwal masih mencekamnya situasi di sejumlah Distrik di Nduga saat ini. Namun, dia mengatakan tidak mengetahui ihwal adanya serangan udara yang dilancarkan personel TNI/Polri.
"Suara tembakan memang ada, kalau ledakan bom saya belum dengar," kata Eliaser.
Gereja, kata dia, meminta agar milisi TPNPB dan personel TNI tidak lagi menjadikan area perkampungan warga sebagai palagan seperti yang pernah terjadi pada tahun lalu. "Jangan biarkan kami menjadi asing di kampung kami sendiri. Biarkan tinggal dengan damai," ujar Eliaser.
Pilihan Editor: Reaksi Gereja atas Penganiayaan Warga Papua oleh Anggota TNI