Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Begitulah adanya

Administrasi pemerintah kennedy terlalu berkuasa, kurang melayani kepentingan masyarakat. as adalah negeri berstandar tinggi tapi berkehidupan rendah. pemupukan kekayaan adalah skandal nasional.

4 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUN 1960 Senator Barry Goldwater dari Arizona bangun pagi, dan ia nyap-nyap. Administrasi Kennedy sudah seperti Leviathan besar kuasa dengan cakar dan laring kokoh tapi tidak tersentuh tangan penduduk. Dari jendelanya ia melihat kekuasaan monolit cuma saling bersinggungan dengan mereka yang duduk di atas sana. Kenapa pemerintah sudah berubah dari pelayan sosial menjadi tuan besar yang menggenggam kekuasaan tak terbatas di telapak tangannya? Ia bisa saja marah sambil membanting pot kembang, tapi segera diketahuinya administrasi Kennedy sudah "tuli dan bisu dan buta". Lebih baik ia baca koran Chicago Tribune dan makan combro. Ternyata tidak menolong, karena di koran itu pun penuh sesak dengan gerutu: pemerintah itu tak lain dari tuan tanah besar, manajer perusahaan, tukang gencet, tauke klinis medis, juragan asuransi, makelar, pemungut pajak, dan ahli menghabiskan uang. Bagaimana kalau bikin buku kecil The Conscience of A Conservative karena tampaknya hanya sikap konservatif yang bisa menyelamatkan Amerika? Ternyata juga kandas, karena orang menganggap pikiran itu terlambat 100 tahun. Keyala Senator Barry Goldwater pening dan ia terhuyung-huyung. Pemimpin redaksi majalah Life Henry R. Luce punya kepala lebih dingin. Juga di pagi hari tahn 1960 itu ia minta kepada para bijak bestari memaparkan bagaimana baiknya rcncana nasional Amerika. Kerja keras? Kita sudah kerja keras. Bayar pajak? Kita sudah bayar pajak. Berkorban? Itu semua sudah kenyang. Perdamaian? Kalau sudah damai lantas bagaimana? Baiklah untuk kemerdekaan. Tapi kemerdekaan apa dan buat apa? Sepuluh orang penulis, dan tent saja Henry mengumpulkannya dalam satu buku The National Purpose dan dijual US$ 4 sebuah. Bahwa orang Amerika pad bingung, itu betul, kata Walter lippmann. Bahwa orang Amerika seperti memerlukan peta buat pergi ke Chicago, itu betul. Soalnya, kenapa mesti nyapnyap seperti Barry Gold water? Pikir-pikir, kebebasan mengejar kepentingan pribadi sebagaimana jadi sanjungan di abad ke-18,ternyata tidak meratakan kesejahteraan umum. Tengok saja lobby dan pressure Group--kata Adlai Stevenson dalam sumbangan pikirannya -- bukankah sudah semau-maunya melalap kepentingan banyak orang yang lebih lemah dan tidak terorganisasi, membikin mereka terpelanting dan tersisih. Persis seperti Prancis saat Republik Ketiga dan Keempat, negeri penuh sesak dengan kelompok kepentingan, bukannya kelompok punya prinsip dan patriotisme. Amerika sekarang adalah negeri berstandar tinggi tapi berkehidupan rendah. Daya belinya naik, nilai rohaninya turun. Empat tahun kemudian, 1964, pendukung utama mendiang presiden Kennedy, Arthur M. Schlesinger Jr. bergegas kumpulkan ia punya tulisan-tulisan dan menghimpunnya dalam 7he Politics of Hope. Amerika bukan saja memerlukan rencana nasional, melainkan pula harapan nasional. Tak ada itu konservatif-konservatifan. Yang perlu idealisme tanpa ilusi. Masanya sudah sampai melawan kebengisan kemiskinan dan ketidakmerataan, lewat program komprehensif yang jelas terpampang di dinding, kata Kennedy kepada Arthur beberapa hari sebelum kematian. Pemupukan kekayaan atas dalih kebebasan mengejar kesenangan adalah skandal nasional yang memalukan. Orang-orang kaya itu sebetulnya bajingan belaka selama beratus ribu anak tak dapat sekolah dan orang sakit tak mampu peroleh perawatan sebagaimana mestinya, dan mati sambil memendam dendam politik. Kiai As'ad Situbondo umurnya dua kali lipat Barry Goldwater, pikirannya bukan terlambat 100 tahun melainkan menjangkau 100 tahun ke depan karena menginginkan santrinya memiliki ketrampilan teknologi madya yang sanggup mendorong masyarakat setempat sepulangnya mereka ke desa, karena menganggap perlu meluruskan pandangan sosiolog manca negara tentang posisi santri dalam masyarakat nasional, karena memilih jalan persuasip akan lebih menjamin daripada langkah konfrontatif penyelesaian ihwal kenegaraan, karena asas Pancasila tidak perlu dipersoalkan lagi, karena pengkudusan kerja merupakan satu-satunya jalan meningkatkan kesejahteraan umum, karena suri teladan adalah guru terbaik. Dan, dua malam berturut-turut di bawah pancaran bulan purnama-yang lalu, ketika laut sedikit pasang tapi daun kelapa tidak bergerak, saya diajak berbincang tentang "kasunyatan" dalam hubungan antara Aji Saka dan Sundn Kali Jaga. Burung hantu ada juga menyimak dari dahan randu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus