Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahasa merupakan seperangkat kebiasaan dan juga seperangkat kaidah. Perangkat kebiasaan besifat anomali dan perangkat kaidah bersifat analogi.
Beberapa bulan terakhir ini, pers termasuk kolom bahasa Tempo menurunkan beberapa reformasi dalam perangkat kaidah yang bersifat paradigmatik berhubungan dengan peluluhan bunyi /p/ yang bersanding dengan prefiks me-. Misalnya, bentuk mempunyai menjadi memunyai, memperkarakan menjadi memerkarakan, dan memperhatikan menjadi memerhatikan, mengikuti paradigma memakai, memukul, dan memosisikan, yang bentuk dasarnya berbunyi awal /p/. Perangkat kebiasaan hendak dijadikan perangkat kaidah. Apakah ini gerakan pemberantasan korupsi dalam bahasa?
Jika pers sudah mulai mereformasi perangkat kebiasaan menjadi perangkat kaidah, usaha itu tidak boleh tanggung-tanggung hanya pada tataran tata bentuk/morfologi.
Seharusnya, pers berani mereformasi perangkat kebiasaan mereka yang salah ke dalam perangkat kaidah secara paradigamatik. Misalnya, perangkat istilah olah raga yang terdiri dari verbum dan nomen. Lahirlah paradigma seperti di bawah ini dan benar pula: olah raga, sepak bola, lempar lembing, tolak peluru, angkat besi, sepak takraw, lari gawang, tarik tambang.
Mengapa sekarang terdapat olah raga bola voli dan bola basket? Ini adalah paradigma bola, misalnya, bola kasti, bola pingpong, bola golf, bola tenis, yang semuanya merujuk ke benda bola. Seharusnya dikatakan olah raga voli bola dan basket bola. Olah raga panahan pun dijadikan olah raga panah.
Reformasi bahasa perlu juga diterapkan pada bidang politik dan hukum. Kita mengenal paradigma kejaksaan dalam hubungan hierarkis dengan struktur kejaksaan negeri, kejaksaan tinggi, dan kejaksaan agung. Mengapa struktur ini tidak terjadi pada sistem peradilan kita? Terdapat pengadilan negeri, pengadilan tinggi, dan mahkamah agung. Mari kita reformasikan saja dengan mahkamah pertama, mahkamah tinggi, sebagai satu paradigma dengan mahkamah agung. Kita sudah mengenal mahkamah militer dan mahkamah pelayaran. Berpikir lurus dan berpikir teratur akan tampak dalam bahasa yang lurus dan teratur. Disiplin berpikir akan tampak dalam disiplin berbahasa.
Kita mengenal lembaga Badan Pemeriksa Keuangan, tetapi kita ciptakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebaiknya, kita langsung saja mengatakan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) sebagai alat dan instrumen memberantas korupsi.
Dalam alam demokrasi masa kini telah terjadi reformasi dalam rangka memilih pemimpin negara dan daerah secara langsung. Ini mengakibatkan terbentuknya akronim pilpres (pemilihan presiden) dan pilkada (pemilihan kepala daerah). Karena sifat pemilihan ini adalah pemilihan langsung, perlu dibahasakan pula secara langsung dalam satu paradigma pilpres, misalnya pilgub, pilbut, pilcat, dan pilrah (pemilihan gubernur, bupati, camat, dan lurah).
Satu lagi catatan saya yang bersifat sporadis ini. Telah terjadi diskusi tentang penyebutan umum untuk pulau-pulau Indonesia yang terletak di perbatasan Indonesia dengan laut lepas atau negara tetangga. Kita sebut ”pulau terdepan” atau ”pulau terluar”. Mungkin kita lupa daerah-daerah yang terletak jauh di dalam Indonesia. Untuk itu, kita telah melazimkan penyebutan daerah pedalaman, misalnya pedalaman Kalimantan, pedalaman Irian Jaya Barat, dan pedalaman Papua. Secara paradigmatik ada baiknya kita sebut pula pulau-pulau peluaran sebagai imbangan pedalaman. Jadi, terdapat daerah pedalaman dan pulau/daerah peluaran.
Usul dan catatan ini hanya dapat diterima jika ada kerja sama antara pemikir bahasa dan pemakai bahasa yang aktif, yakni pers. Satu reformasi bahasa bisa terjadi oleh keseringan penggunaan, keluasan daerah penyebaran, jumlah para pemakai, ketahanan atau lama waktu pemakaiaannya, dan penggunaan oleh para cendekiawan dan elite yang yang memiliki kesadaran berbahasa.
Dalam sejarah pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, pers Indonesia berpengaruh besar dan memegang peranan yang sangat penting. Tanpa pers, bahasa Indonesia tidak akan berkembang dan tersebar luas. Bukankah mereka adalah pemakai bahasa yang aktif dan penyebar bahasa Indonesia lewat media yang mereka kuasai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo