HANYA beberapa pekan setelah peringatan hari lahir Mao ke-90, kampanye pengganyangan "kontaminasi ideologi" dan "pencemaran spiritual" disudahi. Dilihat dari namanya, tak pelak lagi, sasarannya tak lain dari anasir-anasir "kanan" di dalam dan di luar Partai Komunis Cina. Yang ada di dalam adalah mereka yang meragukan atau mempertanyakan dogma Partai. Sedangkan yang di luar terdiri dari "unsurunsur buruk" masyarakat. Termasuk ke dalamnya kaum penjahat. Menurut catatan, sampai akhir tahun lalu tak kurang dari 5.000 penjahat atau yang diduga penjahat telah menjalani hukuman mati. Sasaran lain, sekali lagi, golongan intelektual dan seniman. Itu jelas sekali setelah dalam beberapa bulan terakhir ini media massa muncul dengan kritik-kritik pedas kepada para penulis, pembuat film pemikir, dan ahli-ahli ilmu sosial terkemuka yang dituduh murtad dari garis partai atau melawan pimpinan. Dalam beberapa kasus, caracara Revolusi Kebudayaan dipakai. Tertuduh dipaksa menulis kritik diri, mengaku salah kemudian tutup mulut. Dari semula, gejala kekacauan dalam operasi antikanan itu sudah kelihatan. Dan menjurus ke tindakan ekstrem. Sepucuk surat pembaca ke harian Pemuda menceritakan pengalaman pengirimnya, seorang gadis. Ketika harus berurusan dengan kantor Wali Kota Beijing ia tidak dilayani karena rambutnya terurai sampai bahu. Cuma setelah mengikatnya dengan karet gelang dan mencopot semua perhiasannya, ia dibolehkan masuk. Di akhir suratnya, dara itu bertanya, "Apakah sepotong karet gelang begitu penting dalam menentukan corak ideologi orang?" Mungkin karena sudah menjurus ke ekstremisme, kampanye itu buru-buru disudahi. Komando penghentian disuarakan oleh pernyataan lunak Deng Yingchao, janda Zhou Enlai, Ketua Dewan Konsultasi Politik dan Anggota Politbiro. Nyonya Deng mengatakan, "Pada akhirnya kampanye itu cuma akan mendatangkan kerugian politis besar dan membingungkan semua orang. Kalau itu terjadi, akan merupakan kesalahan besar, dan saya yakin bahwa Partai akan membetulkannya." Tapi penghentian gerakan antikanan tidak berarti keadaan sudah normal lagi. Sebab, justru setelah babatan ke kanan, kesibukan kemudian dilanjutkan dengan kampanye pembetulan dalam Partai (zhengdang). Yang jadi sasaran sekarang adalah golongan radikal yang dicap kekiri-kirian, slsa-slsa pengikut Kelompok Empat. Memang, sejak semula, orang kiri yang jumlahnya sekitar 40.juta itulah yang jadi tujuan rektifikasi. Dan sebenarnya rencana "pendidikan kembali" mereka sudah disetujui Kongres PKC ke-12, September 1980. Ada beberapa perkiraan dan keterangan mengapa untuk mengadakan gebrakan ke kiri harus mengganyang kanan dahulu. Para pengulas Cina pada umumnya beranggapan, "revolusi kebudayaan kecil-kecilan" itu memperkuat tanda bahwa salahlah anggapan yang mengatakan, arsitek modernsasi Deng Xiaoping seorang liberal. Peristiwa pada masa lalu memperkuat anggapan ini. Pada pertengahan tahun 50-an, ketika Mao "mengundang" kaum intelektual buat mengkritik Partai, Deng-lah orang yang menolak keras gagasan Mao itu. Tindakannya menutup "dinding demokrasi" Xidan, bahkan menghukum para pembangkang menjelang akhir tahun 70-an, merupakan contoh lain. Deng menggunakan dinding demokrasi sebagai senjata buat melemahkan orang-orang dogmatis dalam Partai. Kalau tujuan sudah tercapai, alat boleh dicampakkan. Selain dari itu, peristiwa di atas membuktikan bahwa polarisasi kiri-kanan dalam PKC masih tetap bertahan. Mendiang Mao menyebut pertentangan itu "perjuangan antara dua garis". Ia selalu memainkan pertentangan intern itu (kiri-kanan, radikai-moderat) untuk menguasai Partai, walau sering berpihak pada sayap kiri/ radikal. Deng juga memainkan peran yang sama, cuma lebih sering berpihak ke kanan/moderat. Memukul ke kanan, buat membabat kiri, boleh jadi untuk memuaskan golongan kanan sebelum membabat orang-orang radikal. Pelajaran terakhir dari kejadian di Daratan Cina juga membuktikan, negeri itu masih belum bisa meninggalkan masa lalunya. Pada zaman Mao, mobilisasi massa merupakan tema tugas sehari-hari Partai. Untuk itu, di dalam masyarakat harus selalu ada isu dan kampanye. Tanpa keduanya, negara akan mandek. Ada yang mengatakan bahwa gerakan antikanan merupakan curahan nostalgia Deng, seorang, revolusioner sepuh. Apa pun alasannya, gerakan pemurnian ideologi dan pengganyangan "pencemaran spiritual" telah usai. Dan sekarang giliran orang kirilah yang jadi sasaran. Menurut keputusan Kongres PKC ke-12, gerakan ini akan dilakukan secara bertahap dan makan waktu tak kurang, dari tiga tahun. Dan mengingat sasarannya berjumlah 40 juta, berarti akan banyak yang menderita dalam waktu cukup panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini