PAMERAN dan pertunjukan seni yang diselenggarakan dalam festival Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS) masih berlangsung. Menurut laporan dan komentar di harian di dalam negeri dan di Amerika, festival telah menghasilkan sukses demi sukses. Arca-arca dan potongan relief dari candi-candi, barangbarang pusaka dari keraton, lukisan-lukisan Affandi, juga taritarian Jawa, Aceh, dan Bali -- yang diiringi gamelan dan nyanyian daerah -- konon telah mempesona publik yang meluap datang menonton di sana. Kita yang tidak sempat menyaksikan sendiri pergelaran itu berharap supaya semua itu dapat memberi gambaran yang tepat kepada dunia internasional mengenai bangsa Indonesia yang memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi. Ternyata, itu juga, yang pada berbagai kesempatan dinyatakan pihak panitia, sasaran utama usaha KIAS. Indonesia harus hisa diperkenalkan kepada dunia luar dalam aspek budayanya. Citra bangsa yang luhur pencapaian budayanya -- tidak saja di zaman modern ini, tetapi juga sejak berabad-abad lalu -- niscaya akan mempunyai dampak politik yang ampuh. Dengan latar belakang pengetahuan tentang kebudayaan kita, bangsa-bangsa lain tidak akan terlalu mudah melancarkan kritik negatif terus-menerus terhadap langkah-langkah politik kita yang tidak mereka setujui, dalam soal Timor Timur misalnya. Sebagai bandingan yang ekstrem dapatlah ditunjuk pada tindakan yang keras dan kejam pemerintah Inggris terhadap pejuang kemerdekaan di Irlandia Utara, yang hampir tidak pernah dikecam dunia internasional karena tertutup oleh keinsafan umum akan tingginya kebudayaan bangsa Inggris. Selain tujuan utama yang dikandung KIAS itu, masih ada dampak sampingan yang diharapkan dari kegiatan memperkenalkan Indonesia tersebut, yakni tertariknya orang kepada barang kerajinan, busana, kesenian, dan tamasya ke Indonesia sehingga berpengaruh pada kenaikan ekspor nonmigas dan jumlah wisatawan mancanegara. Di samping optimisme yang mengiringi penyelenggaraan KIAS, ada suara-suara yang bernada prihatin terhadap niat dasar festival KIAS tersebut. Suara-suara itu perlu diperhatikan karena banyak kemungkinan mengandung kebenaran. Bisakah kita mengharapkan pengaruh yang cukup dalam dan lama dari pameran dan pertunjukan seni yang berlangsung selama dua tahun itu -- 1990 dan 1991 -- khususnya kalau diingat betapa beraneka ragam dan luas perhatian publik Amerika terhadap pergelaran-pergelaran seni? Di Amerika Serikat, boleh dikatakan, kehidupan budaya masyarakat sudah merata dan mendarah daging. Mereka bisa berganti-ganti menyaksikan berbagai pertunjukan: pertunjukan opera dari Roma, tarian balet dari Moskow, sandiwara seorang penulis drama Amerika dari New York, film dari Swedia, menghadiri konser musik dari Boston, atau mengunjungi pameran patung modern dari Meksiko. Mengingat kegiatan dan kegesitan publik Amerika itu untuk memenuhi tuntutan dan kedambaan kepada kehidupan budaya mereka, apa yang akan masih tinggal sebagai kenangan manis dari pameran dan pertunjukan seni Indonesia itu di tengah beraneka warna kesaksian budaya yang dirasa lebih akrab dan dikenal oleh mereka? Mungkin sekali festival Indonesia itu hanya akan terkesan sebagai tontonan yang aneh dan eksotis, tetapi lekas tenggelam di dalam larutan perhatian pergelaran budaya yang lain. Dampak efektif hanya bisa diharapkan dari rangsangan perkenalan lewat kesenian yang bertubi-tubi dan tidak terbatas selama dua tahun saja. Mengingat pengalaman betapa susahnya terkumpul dana sebesar US$ 5 juta di tanah air kita untuk mempersiapkan dan memberangkatkan tenaga dan benda kesenian bagi pameran dan pertunjukan ini, kemungkinannya amat tipis mengadakan follow-up festival KIAS. Akibatnya, segala upaya festival KIAS kali ini hanya merupakan angin lalu yang meniup selintas di permukaan tanpa meninggalkan bekas berarti. Dilihat dari sudut ini, memang ada alasan yang menyebabkan harapan yang dikandung festival KIAS tampak rapuh. Suara yang meragukan efektivitas usaha KIAS selama dua tahun ini masih menanti pembuktian kebenarannya. Bagaimanapun, masih perlu doa dilayangkan untuk kejayaannya sekalipun dibarengi dengan harapharap cemas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini