Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Dongeng tentang teka-teki sphinx

Di salatiga hampir setiap hari ada mayat manusia terbunuh. orang disekelilingnya tidak memberikan reaksi, tampaknya sudah terbiasa. banyak terjadi malapetaka, karena sudah lupa akan hakikat sebagai manusia.

15 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU-baru ini, saya bertemu denan pengarang pemenang Hadiah Nobel, Gunter Grass. Dalam percakapan, dia berkata kepada saya, kita harus lebih memperhatikan dongeng-dongeng yang, katanya, membawa pesan abadi yang sering kita lupakan. Ada dua dongeng yang saat ini teringat. Pertama dongeng Hans Christian Anderson yang berjudul Pakaian Seorang Raja. Dikisahkan, ada seorang penipu yang berhasil mendapat kepercayaan seorang raja untuk membuat pakaian kebesaran. Dia meminta uang dan permata yang banyak sekali untuk menyelesaikan pekeraan ini. Ketika sang raja menengok sampai di mana si penjahit sudah menyelesaikan pekerjaannya, beliau mendapat keterangan, hanya orang jujur saja yang dapat melihat pakaian itu. Raja lalu memandang "pakaian" itu. Beliau tidak melihat apa-apa - tapi karena takut dikatakan tidak jujur, dia mengatakan "pakaian" tersebut sangat indah. Menteri-menteri dan pengiring Raja pun segera mengatakan bahwa "pakaian" (yang tidak mereka lihat) itu sangat indah. Tiba harinya Raja memakai "pakaian" itu keliling kota. Rakyat melihat bahwa Raja sebenarnya tidak berpakaian, tapi semua berkata bahwa "pakaian" sang Raja sunguh-sungguh indah. Sampai akhirnya seorang anak kecil yang masih ingusan, yang tidak tahu apa-apa, bertanya, "Mengapa Raja tidak berpakaian?" Seperti tersadar, akhirnya penduduk negeri tersebut mengatakan bahwa Raja tidak berpakaian. Maka sang Raja pun pulang ke Istana dengan malu yang amat sangat. Cerita kedua adalah bagian dari dongeng Yunani, Oedipus Rex. Konon, di sebuah kerajaan, wabah penyakit merajarela. Menurut Orakel, wabah itu hanya dapat dihilangkan kalau ada orang yang dapat menjawab teka-teki Sphinx, singa ajaib yang berkepala manusia. Banyak orang yang mencoba menjawab teka-teki tersebut, tapi gagal. Maka mala petaka terus berkecamuk. Oedipus adalah seorang pendatang. Dia segera menghadapi Sphinx. Sang Sphinx bertanya: "Apakah yang pada pagi hari berkaki empat, siang hari berkaki dua, dan senja hari berkaki tiga?" Dengan keyakinan yang penuh Oedipus menjawab: " Manusia". Maka terjawablah teka-teki itu. Kerajaan dapat diselamatkan. Tampaknya, wabah yang menimbulkan mala petaka itu terjadi karena penduduk kerajaan itu sudah lupa akan hakikat dirinya sebagai manusia. Di Salatiga, akhir-akhir ini, hampir setiap hari ada mayat manusia mati terbunuh. Mayat-mayat ini dijumpai di tempat-tempat umum, seperti di tepi jalan besar, di dekat pasar, di dekat sekolah. Saya sendiri pernah melihat beberapa di antaranya. Mengerikan. Yang menarik adalah reaksi orang di sekelilingnya. Mereka tampaknya sudah biasa dengan keadaan ini. Ada yang tertawa-tawa sambil membuat lelucon. Ada yang melihat sambil makan es loli. Anak-anak SD yang berseragam putih-merah juga menyaksikan mayat itu. Orang di sekitar bergumam: "Ada yang mati." "Salahnya sendiri. Dia jahat." Dan sebagainya. Ada seorang anak kecil, yang tampaknya tidak tahu apa yang terjadi, ikut mendesak ke muka, mau tahu ada apa gerangan. Ketika melihat mayat itu, dia terkejut. Dari mulutnya terlontar kata-kata: "Idiiih, ada manusia mati dibunuh ..." Saya tidak tahu apakah teka-teki Sphinx sudah terpecahkan. Anak ini bukan Oedipus, dan ini bukan dongeng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus