Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Gebrakan di luar, keretakan di dalam

Peking melaksanakan hubungan kerja sama dengan uni soviet dan jepang, menunjukkan akurnya penguasa. di dalam negeri terjadi pertentangan antara penguasa aliran mao & penguasa yang pernah jadi korban mao.

23 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUNIA dibagi tiga, menurut Peking. Bersenjatakan strategi ini RRC pun membuat serentetan gebrakan di forum internasional. Pendekatan dengan Amerika bertambah penting, walau masalah Taiwan sebagai ganjelan utama belum ada jalan keluarnya. Dengan 'jurus-jurus belut," Hua Kuo-feng berhasil menyusup di sela-sela kangkangan Uni Soviet di Fropa Timur. Baru-baru ini Hua datang berkunjung ke Rumania, Yugoslavia dan Iran. Di Rumania dan Yugo Hua menyerukan kedua negara itu buat menjalankan politik yang lebih bebas lagi dari apa yang didiktekan Moskow. Gebrakan lain yang membuat Peking berada di atas angin adalah penanda-tanganan perjanjian persahabatan Cina-Jepang. Setelah sekian lama mandeg, akhirllya perjanjian itu gol juga. Berhasil ditanda-tanganinya perjanjian itulah, menurut para pengulas, yang jadi dorongan utama kepada Hua untuk mengadakan perjalanan muhibah ke Eropa Timur dan Iran itu. Yang jadi rintangan utama pada mulanya adalah pasal "anti hegemoni" yang dipaksakan oleh Cina untuk dimasukkan sebagai salah satu bagian dari perjanjian itu. Jepang dengan alasan tak mau mencari setori dengan negara lain -- maksudnya Uni Soviet -- menolak usul Cina. Tokyo sangat takut kalau kata-kata tabu itu menyinggung perasaan beliau-beliau yang berada di Moskow. Dan memang Rusia pun sudah lama curiga kalau Jepang dan Cina akan bersekutu secara militer melawan dia. Karena buat Moskow pun sudah gamblang apa yang dimaksudkan Cina dengan "kaum hegemonis" itu. Tapi buat Jepang bukan itu saja soalnya. Beberapa kalangan di Tokyo punya perasaan tak senang pula akan istilah hegemoni itu. Menurut perasaan mereka istilah itu bisa juga diterapkan kepada Jepang. Karena sudah jadi rallasia umu bahwa buat Asia Jepang adalah kaum hegemonis ekonomi. Namun akhirnya ternyata halangan itu berkat kemauan kedua belah pihak berhasil juga dikompromikan. Disebutkan bahwa perjanjian itu tidak berpengaruh terhadap hubungan antara Jepang dan Cina dengan negara ketiga lain. Untuk Jepang ini penting karena tidak secara khusus dihubungkan dengan Uni Soviet. Cina pun puas. Karena semua orang pun tahu bahwa buat Peking perjanjian persahabatan Peking-Jepang adalah untuk menghadapi Moskow. Di bidang diplomasi Peking berhasil membuat kejutan kejutan yang cukup mengesankan. Tapi bagaimana keadaan dalam rumah tangganya sendiri? Kepada dunia luar, Peking selalu menunjukkan betapa akurnya triumvirat yang berkuasa sekarang: Hua Kuo-feng, Teng Hsiao-ping dan Yeh Chien-ying. Ketiganya sudah seia-sekata buat melejitkan RRC sebagai negara modern di tahun 2000 nanti. Namun, dari pembacaan dokumen-dokumen partai, pidato para pemirnpin dan berita yang diterima dari daratan Cina, ada indikasi yang menunjukkan adanya garis pemisah antara para pemimpin RRC sekarang. Khususnya antara para pemimpin yang pernah jadi korban Revolusi Kebudayaan 13 tahun yang silam dengan mereka yang selarnat dari gerakan massa besar-besaran itu. Tegasnya, kalau mau menyebut nama, ada pertentangan cukup tajam antara Hua Kuo-feng, sebagai ahli waris Mao, dengan Teng Hsiao-ping, sebagai pemuka orang-orang yang pernah jadi korban. Isyu penting tidaknya Revolusi Kebudayaan merupakan masalah utama yang dipertentangkan, sampai sekarang ini. Dtwasl ini, menurut berbagai berita yang didapat dari daratan Cina, kampanye mengganyang "Komplotan Empat" masih berjalan terus dengan gencar. Dan ini malahan diperhebat lagi dosa Chiang Ching cs. dihubungkan dengan tokoh Lin Piao dan Revolusi Kebudayaan. Dihubungkannya nama Lin Piao dengan Revolusi Kebudayaan dan "Komplotan Empat" ini, katanya dijalankan oleh Teng Hsiao-ping dan para pengikutnya. Ini untuk menunjukkan betapa salahnya Revolusi Kebudayaan itu. Karena ka1au bukan kesalahan, kenapa sekarang Teng bisa berkuasa kembali? Itulah kira-kira argumentasi Teng untuk mencuci diri, dan menerangkan bahwa kejatuhannya di masa lalu hanyalah karena kekeliruan. Teng bahkan merehabilitir banyak orang dan kader terkemuka yang dulu dipecat karena "kekeliruan" Revolusi Kebudayaan. Bual Hua, sebagai orang yang dipilih oleh Ketua Mao pribadi untuk meneruskan "semangat Yenan" dan kepemimpinannya, hal itu tentu saja tak bisa diterima. Hua berkali-kali mengingatkan, keadaan Cina yang lebih baik seperti sekarang ini tak lain dari hasil Revolusi Kebudayaan. Bagi Hua, biarlah Chiang Ching dengan "Komplotan Empat"-nya dan Lin Piao dengan pengkhianatannya dilupakan dan ditelan sejarah. Sebaiiknya, buat Teng menunjukkan betapa kelirunya masa lalu sangat penting. Ia ingin namanya bersih kembali. Dua kali ia dihinakan, dan ini tak bisa dilupakan begitu saja. Walau bagaimana pun orang-orang yang mengendalikan pemerintahan di RRC itu bukanlah semata-mata mesin politik belaka. Mereka pun, seperti halnya kita yang ada di luar Tembok Besar, adalah manusia biasa yang terdiri dari darah dan daging dengan segala emosi-emosinya. Sementara itu ada lagi serentetan masalah lain yang jadi bahan pertentangan Hua dengan Teng. Itu berkisar di sekitar politik luar negeri, kepemimpinan partai, politik ekonomi, bagaimana sikap terhadap ajaran-ajaran Mao dan macam-macam lagi. Para pengamat daratan Cina beranggapan hal-hal yang dipertentangkan di atas suatu saat bisa saja meledak. Apalagi kalau beleid yang dijalankan sekarang oleh Teng dan lawan-lawannya yang memegang batang kemudi, mengalami 1 kegagalan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus