Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Gempabumi sumatera

Bengkulu dilanda gempa bumi dengan skala richter 6.0 pada tgl 15 des 1979, dengan posisi 3.45 derajat ls - 102 derajat bt. sum-bar daerah rawan gempa bumi, diperlukan kewaspadaan tinggi terutama pembangunan.

5 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH dua tahun lamanya mengalami getaran-getaran kecil, provinsi Bengkulu dilanda gempabumi dengan skala Richter 6.0 pada tanggal 15 Desember 1979. Menurut laporan, beberapa ribu rumah roboh, 15 orang tewas dan 125 orang luka-luka berat. Posisi gempabumi itu adalah 3.45ø Ls - 102.4ø Bt dengan kedalaman 25 km. Berlainan dengan gempa di Jawa Barat, yang berpusat pada zone Benioff, di mana terjadi penukikan lempeng Hindia-Australia di bawah lempeng Eurasia, dengan kedalaman + 100 km, maka gempabumi Bengkulu ini dangkal dan berpusat di daratan. Tentunya di lembah Kapahiang-Makakau. Lembah ini adalah sebagian dari Patahan Besar Sumatera atau Patahan Semangko yang memanjang dari ujung pulau Sumatera di Aceh sampai ke teluk Semangko. Panjangnya 1650 km! Sepanjang patahan yang sama, tetapi pada sektor yang lain, ialah di lembah Singkarak-Solok. Pada tahun 1926 terjadi pula gempabumi dahsyat yang terkenal dengan gempabumi P. Panjang. Beratus rumah hancur, longsoran besar-besaran terjadi di tepi Danau Singkarak dan Lembah Ngarai, tanah-tanah retak dan rel kereta api sampai melengkung, karena terjadinya gerak-gerak mendatar kerakbumi di tempat tersebut. Gempa-gempa besar yang pernah terjadi sepanjang Patahan Besar Sumatera adalah a.l. di Tapanuli (192), Kerinci (1909), Liwa (1932) dan Tes (1952). MEKANISME GEMPABUMI SUMATERA Sebagian besar ahli sebelum Perang Dunia II menginterpretasikan bahwa gerak sepanjang Patahan Semangko ini bersifat vertikal. Pada Kongres Internasional Ilmiah Pasifik di Tokyo pada tahun 1966, saya serta Dr. Hehuwat dari LIPI mengemukakan pendapat bahwa gerak sepanjang 1650 km ini bukanlah bersifat vertikal tetapi mendatar. Kami mempersamakan patahan ini dengan beberapa patahan sesar mendatar besar yang mengelilingi Samudera Pasifik seperti Patahan Filipina, Patahan Selandia Baru dan Patahan San Andreas. Kami pun dapat menetapkan bahwa gerak mendatar ini bersifat dekstral: segmen kerakbumi sebelah timur dari Patahan Sumatera bergerak relatif ke arah tenggara terhadap segmen yang terletak sebelah barat patahan raksasa ini. Di lapangan gerak mendatar demikian bisa terlihat pada perpindahan mendatar pagar atau jalan setelah terjadinya gempabumi (Gb. 1). Dengan lahirnya teori tektonik lempeng, maka Patahan Besar Sumatera ini kami interpretasikan sebagai batas lempeng gesekan (shear). Ini berarti bahwa bagian barat Pulau Sumatera dikelilingi oleh dua batas lempeng ialah palung laut dalam Sumatera yang merupakan zone subduksi serta Patahan Besar Sumatera yang merupakan zone gesekan shear zone). Gerak kerakbumi sepanjang batas-batas lempeng Indonesia Barat ini sangat kompleks. Gerak ini merupakan kombinasi gerak menukik dari lempeng Samudera Hindia ke bawah lempeng Eurasia dan gerak mendatar di antara dua lempeng kecil (Sumatera) di dalam lempeng Eurasia sendiri. Bagaimana akibat gerak-gerak yang kompleks ini terhadap Pulau Sumatera? Dengan perkataan lain, bagaimanakah sifat gempabumi tektonik yang dihasilkan, dan manakah yang paling berbahaya? KESIMPULAN Dalam TEMPO 6 Oktober 1979, saya tulis bahwa daerah yang potensial rawan gempabumi, tapi agak tenang ialah sektor sepanjang Pulau Sumatera sebelah barat, sehingga untuk daerah ini diperlukan kewaspadaan tinggi. Gempa yang terjadi di daerah Bengkulu baru-baru ini agaknya membenarkan observasi ini. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik tentang gempabumi Sumatera dapat dikemukakan sebagai berikut:  Gempabumi di Provinsi Bengkulu yang bersumber pada lembah Kapahiang-Makakau (Curup) adalah gempabumi dangkal dan berasosiasi dengan gerak mendatar Patahan Besar Sumatera. Gempabumi demikian terjadi sepanjang batas lempeng yang bersifat shear yang biasanya menimbulkan kerusakan-kerusakan besar. Magnitude yang tak begitu besar mungkin karena di daerah ini telah terjadi penglepasan energi beberapa tahun sebelum gempabumi Kapahiang pada Desember 1979.  Daerah-daerah Sumatera yang terletak sepanjang perbatasan lempeng yang bersifat shear (Patahan Besar Sumatera) adalah lembah Aceh, lembah Tangse, lembah Alas, lembah Angola Gadis, lembah Sumpur-Rokan Kiri, lembah Singkarak-Solok, lembah Muara Labuh, lembah Kerinci, lembah Ketahun, lembah Kapahiang-Makakau dan lembah Semangko. Daerah ini adalah daerah rawan dan kota serta tempattempat pemukiman sepanjang daerah ini perlu selalu waspada. Misalnya Banda Aceh, Takengon, Tarutung, Padang Sidempuan, Lubuk Sikaping, Bukit Tinggi, Padang Panjang, Solok, Sungai Penuh, Curup, Kapahiang, Ranau, Tes dan teluk Semangko.  Selain itu maka kota serta tempat-tempat pemukiman di pantai barat Sumatera yang dapat dilanda gempa subduksi, karena gerak penukikan lempeng Hindia-Australia di bawah Iempeng Eurasia, adalah Melaboh, Tapaktuan, Sibolga, Singkil, Natal, Sungailimau, Padang, Mukomuko, Bengkulu, Manna, Bintuhan dan Kroe. Gempabumi di sini diperkirakan tidak akan besar karena alamnya atau jauhnya letak pusat-pusat gempabumi. Daeah-daerah ini pun dapat dilanda tsunami yang diperkirakan tak akan besar karena terlindung pulau-pulau serta pundak laut-dalam yang terletak sebelah barat sejajar dengan Pulau Sumatera, yang dapat bertindak sebagai pembendung alam.  Gempabumi yang baru-baru ini terjadi di Sumatera Selatan sebaiknya diberi nama Gempabumi Kapahiang dan bukan gempabumi Bengkulu. Karena yang terakhir (kalau sampai terjadi) akan berasosiasi dengan gerak subduksi (penukikan) dan bukan dengan gerak sesar mendatar (shear).  Tempat yang terbaik untuk melakukan studi peramalan gempabumi tipe Kapahiang atau Padang Panjang (bukan tipe Tasik atau Sukabumi) adalah sepanjang Patahan Besar Sumatera misalkan di sekitar Padang Panjang dan Solok. Pengalaman yang didapat dari Studi gempabumi sepanjang patahan San Andreas di California akan sangat berfaedah untuk fase pertama, penelitian geodesi sangat diperlukan.  Akhirnya perlu diperhatikan kode bangunan di kota-kota yang telah disebut di atas dan perlu pula diperhitungkan masak-masak sebelum membangun pelabuhan atau terminal-terminal besar, seperti misalnya di teluk Semangko di Ujung tenggara Sumatera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus