Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAHWA tanggal sebelas bulan sebelas tahun dua ribu sebelas hanya sekali terjadi sepanjang planet bumi ini ada, semua orang mafhum. Orang yang suka angka keramat melakukan hal yang bisa dijadikan kenangan dalam hidupnya. Misalnya menikah. Atau, kalau kehamilannya cukup bulan tapi belum bisa melahirkan secara alamiah, bisa ditempuh cara caesar—misalnya.
Sea Games, pesta raya olahraga se-Asia Tenggara, juga mengejar target itu: harus dibuka pada 11-11-2011. Padahal persiapan hajatan ini jauh lebih rumit daripada pesta pernikahan, apalagi mengeluarkan bayi dengan cara membedah perut sang ibu yang hanya membutuhkan waktu setengah jam. Sea Games melibatkan tak kurang dari 11 ribu peserta, belum termasuk penggembira, seperti penonton dan peliput pesta.
Penentuan tempat dan waktu pembukaan adalah awal keamburadulan ini. Penentuan Sea Games di Palembang baru ditetapkan pada Oktober 2010 lewat keputusan presiden. Padahal Palembang tak memiliki sarana memadai untuk perhelatan akbar. Menurut Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, 80 persen sarana olahraga harus dibangun, termasuk sarana pendukungnya, seperti penginapan atlet.
Dalam dongeng Roro Jonggrang yang banyak dihafal siswa, seribu candi dapat dibangun dalam waktu semalam. Tapi membangun sarana olahraga untuk pertandingan internasional tak cukup dengan waktu setahun. Tantangannya pun besar. Kompleks olahraga yang berada di kawasan Jakabaring ini—ada usul iseng agar nantinya diberi nama Gelora Susilo Bambang Yudhoyono— harus menimbun rawa serta mendatangkan peralatan dan tenaga kerja dari Jawa.
Alam ikut jadi "musuh" karena hujan sering turun, lalu kemacetan di Pelabuhan Merak memperlambat datangnya bahan. Celakanya, dana Rp 2,2 triliun untuk membangun kompleks itu macet, sehingga perlu ada peraturan presiden yang khusus untuk mencairkan dana. Korupsi ikut bermain pula! Proyek Wisma Atlet tersembelit oleh kasus korupsi dengan dalangnya—entah sementara atau sudah pasti—Muhammad Nazaruddin. Pas perhelatan Sea Games, berlangsung pula perhelatan peradilan untuk Nazaruddin. Sama-sama seru.
Tadinya, banyak orang meminta Sea Games diundurkan, minimal tiga bulan, agar persiapan lebih matang dan Indonesia tidak dipermalukan sebagai tuan rumah. Tapi para penyelenggara berkukuh tetap mencari momen keramat itu: 11-11-2011. Venue dikebut siang-malam, dan sudah pasti hasilnya tak memadai. Ada lintasan sepatu roda yang bergelombang, ada gelanggang yang tak ada listriknya. Bahkan cabang olahraga dayung sampai batal melakukan babak penyisihan karena tower tempat memasang kamera pencatat finish belum selesai.
Toh, kembang api dan kemeriahan upacara pembukaan sudah berlangsung dan sejenak orang bisa melupakan keluhan atlet mengenai kamar mandi yang air hangatnya ngadat, keluhan juru warta yang fasilitasnya minim, dan mungkin kekecewaan penonton karena sulitnya transportasi menuju arena lomba. Khusus di Palembang—sebagian cabang olahraga dilangsungkan di Jakarta dan Jawa Barat—penginapan buat para penggembira menjadi kesulitan tersendiri.
"Indonesia Bisa", begitu slogan yang digencarkan untuk Sea Games ini. Maksudnya, bisa menjadi juara umum, bisa menjadi penyelenggara yang baik, dan bukan bisa memalukan bangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo