SETELAH membaca pemberian kode pada KTP warga penduduk tertentu di Jakarta (TEMPO, 17 Maret 1990, Nasional), saya merasa terpanggil. Tampaknya, masalah pemberian kode pada KTP ini memang terjadi di mana-mana. Di Jakarta, WNI keturunan (Cina, Arab, dan India) diberi kode khusus dengan mencantumkan angka nol di belakang kode kelurahannya. Di Aceh, (persisnya di Kota Madya Banda Aceh dan Sabang), bagi bekas anggota Baperki, diberikan kode "ET" di belakang nomor registrasi KTP-nya. Hal ini bukan saja membuat para penyandang predikat "ET" ini seperti didiskreditkan, malah seperti dicampakkan ke dalam neraka ketujuh. Pasalnya, dalam Lampiran Instruksi Mendagri No. 32 Tahun 1981 tentang Pembinaan dan Pengawasan Bekas Tahanan dan Bekas Narapidana G30S-PKI, disebutkan bahwa kode "ET" hanya ditujukan kepada bekas tahanan dan/atau bekas narapidana G30S-PKI. Mereka yang menerima predikat "ET" ini, yang secara de facto bukan bekas tahanan dan/atau bekas narapidana G30S-PKI, tetapi secara de jure telah dimasukkan ke dalam kategori yang sama. Saya sudah berusaha menghubungi beberapa pejabat yang berwenang di daerah untuk mendapatkan kejelasan masalahnya. Tapi satu-satunya jawaban yang saya peroleh adalah bahwa pemberian kode tersebut hanyalah untuk tujuan inventarisasi dan penyederhanaan kodifikasi belaka. Kebijaksanaan ini ibaratnya kita menyamakan kuda dan keledai. Dan bagi siapa pun yang merasa concerned, tindak penyamarataan ini selain terasa unreasonable juga kurang manusiawi. Setelah negara kita memasuki usia 45 tahun, dan menjelang dibukanya hubungan diplomatik dengan RR Cina, aspek kesatuan dan persatuan bangsa seyogyanya diperhatikan secara khusus. Kiranya sudah saatnya kita meninggalkan sebutan WNI keturunan (Cina, Arab, India, dan lain-lain). Kita harus konsisten bahwa dalam negara RI hanya dikenal dua kelas warga negara: WNI dan WNA. Bukankah kita semua percaya, bahwa kita semua berasal dari sepasang anak manusia yang bernama Adam dan Hawa? Tidakkah harus kita akui bahwa bangsa Indonesia berasal dari perpaduan berbagai suku bangsa: India, Arab, Eropa, Cina, dan sebagainya? Jangan tanyakan si Anu itu keturunan apa, atau kulitnya berwarna apa, melainkan tanyalah si Anu itu dapat memberikan sumbangsih apa kepada bangsa dan negara. IR. TOMMY H L KHO (Ketua Bakom PKB Provinsi Aceh) Jalan Jenderal A. Yani 2 Banda Aceh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini