Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga Australia yang kini sibuk mengutuk Indonesia karena kasus Schapelle Corby (yang mudah-mudahan cuma korban hiperbolisme media massa) sebenarnya cemas berlebihan. Mereka perlu tahu bahwa kita tak bersorak dan bertepuk tangan riuh saat menyaksikan seorang wanita muda cantik divonis masuk penjara. Faktanya kebanyakan orang Indonesia tak punya rasa kebencian khusus terhadap Corby dan hanya melihat persidangannya sebagai satu kasus narkoba di antara begitu banyak peristiwa buruk yang mewabah di negeri ini.
Sebagai catatan, kendati Indonesia sebuah demokrasi baru dan sistem hukumnya masih jauh dari sempurna, namun bukan berarti sama sekali tak ada penegakan hukum seperti yang dipercaya sejumlah orang Australia. Masih ada majelis hakim yang memutuskan perkara berdasarkan bukti yang kuat (misalnya satu tas mariyuana) dan tidak semata-mata berlandaskan pengakuan tak bersalah yang dramatis dan memilukan hati. Waktu dan energi para pendukung Corby, yang sekarang dipakai untuk menghujat Indonesia, sebenarnya akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk mendapatkan pengakuan dari petugas barang yang memasukkan mariyuana ke tas Corby, bila memang begitulah kenyataannya.
Adapun pemerintah Indonesia sepatutnya tak terprovokasi oleh hujan umpatan dari penduduk negara tetangga itu dan biarkan saja mereka meluapkan emosi, sebuah kemanjaan yang rupanya telah membudaya. Mungkin imajinasi para sahabat kita itu telah terpengaruh berat oleh berbagai tayangan telenovela dan reality-show di layar televisi mereka. Soalnya sulit membayangkan histeria serupa akan muncul seandainya nona Corby bukan seorang perempuan muda cantik yang pandai berdandan, melainkan seorang pria gendut berusia separuh baya berambut tipis dan buruk rupa. Bahkan boleh dipastikan naskah film tentang nona Corby, dengan calon pemeran dari Holywood, sedang dibuat dan jalan ceritanya jauh lebih tragis ketimbang kisah nelayan miskin asal Indonesia yang meninggal di dalam tahanan polisi Australia.
Kita juga layak bersimpati pada penduduk negara jiran tersebut, yang punya keyakinan keliru bahwa opini publik mereka akan mempengaruhi jalannya pemerintahan di Indonesia. Keyakinan ini hanya akan menimbulkan kekecewaan. Kita sadar bahwa masih banyak masalah di Indonesia, bahkan yang termasuk kategori konyol, tapi mereka seharusnya sadar bahwa mencampuri urusan pengadilan hanyalah akan mempersulit posisi nona Corby.
Ancaman mereka untuk memboikot Bali juga tak perlu mengecilkan hati. Bebasnya pulau dewata dari kehadiran pelancong beransel yang berperilaku liar tak harus berarti buruk. Malah dapat memperbanyak kesempatan bagi turis kaya baru dari RRT dan Taiwan yang kelihatannya lebih gemar mengumbar dolar mereka ketimbang berjemur di pantai, atau bagi pelancong asal Eropa yang dikenal sangat mengapresiasi budaya lokal dan berperangai lebih santun.
Menanggapi permintaan warga Australia untuk mengembalikan sumbangan tsunami merekaaktor Russell Crowe termasuk yang mengutarakannyasaya mengusulkan agar pemerintah Indonesia memenuhinya. Ini bukan karena saya kepincut penampilan tuan Crowe dalam seragam perwira Romawi, tapi menerima sumbangan yang diberikan tanpa ketulusan, dengan pamrih yang mencolok mata, sangatllah tidak menarik. Belum lagi ancaman karma buruk yang harus dihadapi jika kita membelanjakan uang yang diberikan dengan perasaan tak rela dan penuh energi negatif. Lagipula tak ada negara yang mau menghadapi kegusaran seorang gladiator layar perak.
Ditambah lagi kenyataan bahwa sejumlah warga Australia sekarang meniru perilaku warga kita yang kurang waras, dengan melakukan aksi terorisme. Dalam menanggapi hal ini, sekali lagi, harus dengan hati besar. Bukan dengan rasa marah dan dendam, melainkan kesabaran dan pengertian. Tentu sambil berdoa, mudah-mudahan ini cuma gejala kegilaan temporer belaka.
Mari mencermati dengan bijaksana (lebih baik lagi dengan selera humor tinggi) apa yang akan dilakukan mereka saat merayakan hari ulang tahun nona Corby. Bukankah kita tak sepatutnya menghambat dahaga mereka untuk mendapatkan figur pahlawan dan sosok teladan? Bahkan sebaliknya kita sebaiknya menasehatkan pengacara nona Corby agar selekasnya meminta pengampunan dari presiden. Dengan kecenderungan Presiden SBY untuk bersikap ramah pada Australia dan semua calon penanam modal, sangat besar kemungkinannya permintaan ini akan dikabulkan. Setelah itu, siapa tahu, akibat meningkatnya popularitas dan pengaruh politik nona Corby, kita mungkin akan melihatnya lagi sebagai Perdana Menteri Australia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo