Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Main Mata dengan Taiwan

Presiden Chen Shui-bian dan rombongan bebas bermalam di Batam. Pemerintah tak kuasa mengusir lantaran pilot dan awak pesawat kepresidenan kecapekan.

22 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUNGGUH menyedihkan perilaku dan mentalitas pejabat kita kalau tudingan ini ternyata benar. Chiu Yi, anggota partai oposisi Kuo Min Tang di Taiwan, me-ngatakan bahwa Presiden Chen Shui-bian telah menyuap para pejabat Indonesia sehingga pesawat kepresidenan-nya bebas hinggap tak cuma mengisi bahan bakar, bahkan menginap semalam di Batam, Kamis dua pekan lalu.

Rada aneh kalau sejauh ini belum ada tanggapan balik- ihwal tudingan gawat itu. Harusnya dicari tahu siapa biang- blunder yang bisa mencederai hubungan Jakarta-Beijing itu. Paling banter cuma berupa reaksi penyesalan dari Pre-siden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap kejadian pesawat ”mampir semalam” itu. Presiden lalu memerintahkan agar pesawat segera meninggalkan Batam—dan itu pun baru terjadi keesokan paginya.

Mampir semalam? Inilah yang juga jadi pokok masalah. Seperti diberitakan majalah ini, pesawat China Airlines yang membawa Presiden Taiwan Chen Shui-bian dan rombongannya dari Libya mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam. Maksud semula untuk sekadar mengisi bahan bakar. Pendaratan ini telah diizinkan Menteri Perhubungan dan diberi waktu selama dua jam.

Namun, ternyata pesawat itu tidak langsung terbang. Presiden Taiwan dan rombongannya menginap dan me-lakukan pertemuan informal dengan para tokoh nasional-, termasuk anggota DPR Ade Nasution dan Gubernur Ke-pulauan Riau Ismeth Abdullah. Wajar jika kemudian Beijing meminta penjelasan tentang maksud di balik penerimaan protokoler di luar batas kewajaran diplomatik itu.Lebih lucu lagi penjelasan susulan dari Jakarta. Pemerin-tah Indonesia akhirnya tidak bisa mengusir pesawat rombongan Presiden Taiwan dari bandar udara di Batam- ka-rena pilot pesawat tersebut tidak mau terbang dengan- dalih kecapekan. Duta Besar Indonesia untuk Republik- Rak-yat Cina, Sudrajad, sampai perlu menghadap- Presiden Yudhoyono di Jakarta, Senin pekan lalu.Beijing agaknya hendak diyakinkan bahwa kejadian ter-sebut di luar kemampuan Indonesia untuk mengusir mereka. Alasan keletihan memang masuk akal dan ampuh. Me-reka khawatir, jika tetap dipaksakan, akan membahaya-kan ke-selamatan rombongan. Mengenai pertemuan yang dilakukan Presiden Taiwan di Batam, Sudrajad mengakui-nya, tapi sifatnya informal.

Syukurlah kalau pemerintah Cina memahami. Hubungan- diplomatik kedua negara tak sampai terpengaruh. Namun, majalah ini mengingatkan agar kejadian tersebut tak boleh- terulang lagi. Apalagi kita sudah telanjur bersikap pro-Beijing- lewat Kebijakan Satu Cina (One China Policy), yang haruslah tetap kita anut secara konsisten. Susah -untuk menjelaskan bahwa kejadian di atas tak direncanakan sebelumnya, selain bahwa kita diam-diam memang gemar main mata dengan Taiwan. Bukankah pernah pula terjadi kunjungan tak resmi Wakil Presiden Annette Lou di Bali dan Jakarta pada Agustus 2002 lalu?

Pemerintah tak boleh terjebak ”permainan” Taiwan. Mereka bisa saja berupaya menjadikan hubungan ekonomi-nya yang selama ini dijalin dengan Indonesia itu untuk mencapai keuntungan politik. Cukuplah kalau sejauh ini kita banyak bergantung lewat hubungan dagang, investasi-, dan ketenagakerjaan dengan ”provinsi yang membangkang” itu. Lain tidak.

Majalah ini mengusulkan agar dibikin pedoman yang jelas menyangkut prinsip Kebijakan Satu Cina itu. Pula, bagaimana cara menjalin hubungan non-politis dengan- Taiwan—agar tak terus kucing-kucingan. Ini penting untuk- menghindari salah persepsi dan kesalahpahaman antara- Jakarta dan Beijing. Apalagi belakangan Taiwan kian gencar- lewat programnya melirik ke Selatan, ter-masuk Indonesia.

Dengan begitu, kita tak perlu lagi cari alasan yang kurang cerdas kenapa pesawat mereka boleh hinggap berlama-lama di sini. Apalagi kalau ternyata kita (mengaku) tak punya kuasa mengusirnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus