Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Masjid bayat: sos

Masjid gala atau bayat di bayat, klaten, yang didirikan sunan pandanaran, penyebar islam di selatan jawa 400 tahun silam, rusak berat. perlu perbaikan. masjid ini sudah tidak asli lagi. (kom)

14 Februari 1987 | 00.00 WIB

Masjid bayat: sos
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Terjadi kegaduhan di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, pada suatu hari. Muazin, yang sudah siap mengumandangkan azan untuk masuk salat lohor, terbengong-bengong. Ia merasa pasti, mulutnya belum mengeluarkan suara. Namun, azan telah berkumandang memenuhi sekeliling Kabah, menerobos relung masjid, menyodok-nyodok para jamaah. Para ulama, para pejabat, dan para jamaah yang duduk bersila di dekat muazin itu berpandang-pandangan dan saling bertanya. Ada apa? Kegaiban memang sudah biasa terjadi di masjid yang nilai salatnya 100.000 kali dibandingkan dengan salat di masjid biasa itu. Sunan Kalijaga, salah seorang jamaahnya waktu itu, juga kaget. Namun, ia mengenal suara azan itu. Jelas, suara itu datang dari luar masjid. Itulah suara Syekh Domba, muazin masyhur Masjid Bayat di Klaten, Jawa Tengah, Pulau Jawa, Indonesia. Dari Mekah, Sunan Kalijaga lalu mengontak Sunan Pandanaran di Klaten, pendiri Masjid Bayat itu. Perundingan jarak jauh pun berlangsung. Setelah usai, didapat keputusan: masjid harus diturunkan dari Gunung Jabalkad. Lalu, Sunan Pandanaran alias Sunan Bayat mengikat masjid itu dengan kenur-tali pilihan terbuat dari sabut kelapa. Dan ditariklah masjid itu ke bawah. Seperti mainan beroda, masjid itu menggelinding menuruni bukit. Akhirnya, sesampai di di Desa Gala, masjid itu dihentikan. Sekarang, suara azan Syekh Domba tak bakalan mengganggu Masjidil Haram lagi. Begitulah cerita yang hidup tentang Masjid Besar Sunan Pandanaran, atau Masjid Gala, atau Masjid Bayat di Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, itu. Ternyata, 400 tahun kemudian, saat ini, masjid itu kembali meminta perhatian. Bukan suara azannya, tapi sinyal-sinyal SOS yang dikirimkannya. Masjid itu sungguh dalam keadaan sangat mengkhawatirkan. Setiap saat bisa ambruk. Masjid yang nongkrong di sisi jalan, di lereng bukit, 12 km dari Kota Klaten, itu sudah doyong tiang-tiangnya. Masjid berukuran 11,20 x 11,20 m itu ditopang dua emperan susun setinggi 3,40 m selebar 3 m dan 2 m. Tiang kayunya 16 batang. Empat batang besar di antara tiang utama sudah sampai pada titik yang sangat berbahaya. Sebab, klem-klem besi yang menyatukan tiang dengan blandarnya sudah menganga oleh dorongan beban. Dua bambu yang menyangga kemiringan tiang adalah satu-satunya tumpuan penyelamatan. deg, deg, pyur, hati saya takut waktu bersalat di dalamnya pada 19 dan 23 Januari. Sebab, kelihatannya bangunan itu sudah tak dapat bertahan lebih lama. Apalagi kalau Jumatan, masjid meriah oleh tak hanya para lelaki, tapi juga ibu-ibu, tua muda, anak-anak putri besar kecil, membuat masjid regeng semarak. Menurut Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, seperti dikutip Pak Alfatah Hasan Abdullah, penjaga masjid, bangunan ini sudah tak asli lagi. Masjid yang sekarang ada, hasil suatu pugaran yang mengubah bentuk aslinya - diperkirakan beratap susun tiga. Meski demikian, Masjid Gala (Masjid Harapan) ini peninggalan paling dekat dengan Sunan Bayat -- Sunan yang menyebarkan agama secara tembayatan, musyawarah. Dari catatan yang dapat saya baca, Sunan Pandanaran adalah seorang dari enam putra Ki Ageng Pandanaran - pendiri Kota Semarang, 2 Mei 1575. Pandanaran I diasuh Sunan Ampel, sedangkan Pandanaran II diasuh Sunan Kalijaga. Raden kaji alias Pandanaran II alias Sunan Bayat akhirnya diberi tugas oleh Sunan Kalijaga menyebarkan agama di selatan. Ia bersama Nyi Kaliwungu, istrinya, meninggalkan tahta (adipati), lalu mengembara dan lahirlah kota-kota legendaris Salatiga, Boyolali, dan sejumlah desa yang dilaluinya. Sunan Bayat ini juga berhasil mendamaikan perselisihan antara Pangeran Hadiwijaya dan Sutawijaya. DANARTO Kompleks SPS Puri Kembangan Jalan Bromartani 5 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus