Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Masuk Kuping Kiri, Keluar Di Kanan

Tahun ini regu bridge india juara di arena timur jauh. modal yang mereka miliki: disiplin, mental baja, kompak dan menjaga fisik dengan baik. indonesia gagal, pengarahan yang diberikan tak didengar pemain.

17 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN celana kedodoran, bersandal jepit dan berjalan ala tukang martabak dari Krekot, regu India memasuki gelangg3ng bridge Timur Ja-m ke 21 di Manila awal Nopember lalu. ereka duduk berhadapan dengan pendatang baru Bangladesh. Menang 8 -- 0. Regu Indonesia memasuki arena dengan seragam batik, warna biru, berhadapan dengan Australia. Begitu papan pertama dimainkan, Australia melakukan protes terhadap pasangan Fransz/Karamoy, karena dianggap telah memberikan infinasi yang salah. Protes Australia diterima pimpinan pertandingan. Indonesia kena hukuman. Akan tetapi, di akhir ronde, regu Indonesia mencatat kemenangan telak 8 - 0. Ofisial Indonesia lantas optimis. Kapten Selandia Baru dan Pakistan mengatakan, bahwa kini kans Indonesia terbuka untuk keluar sebagai juara. Ramalan ini memang berdasar. India muncul dengan muka baru. Taiwan menampilkan empat pemain muda. Australia keletihan. Regu lainnya, di ker tas relatif lemah. Berikutnya Indonesia kalah lawan Thailand. Tapi optimisme masih menyala. Sejak dulu Indonesia memang lebih sering kalah melawan regu Thai. Kekecutan mulai membayang ketika kalah tipis lawan Bangladesh. Namun terobati sewaktu menang telak lawan Jepang. Ketika ditaklukkan oleh India, walau di setengan sesion menang 18 IMP, rasa pesimis tak terelakkan lagi. Pengamat bridge lalu berpaling ke India. Ofisial Indonesia agak kesal dan kecut dengan pendatang dari kaki Himalaya ini. Mengapa tidak? Begitu Frans/Karamoy duduk berhadapan dengan mereka lantas mereka protes dan tidak sudi bermain. Alasannya, sistim Frans terlalu semrawut, penuh artifisial. Dingin Begitulah India, dengan pola agak "kampungan" maju perlahan mengumpulkan angka demi angka. Bila berhaapan dengan lawan yang di kertas relatif lemah, mereka pukul lawan mereka dengan angka telak. Jika lawan kuat, mereka bertahan bagai tembok. Bila tidak menang, kalah pun boleh asal kalah tipis. Sebaliknya regu Indonesia: menang lawan yang kuat, tapi kalah melawan regu yang relatif lemah. Sehingga ketinggalan terus dalam pengumpulan angka. Tingkah pemain India ini kurang simpatik memang. Tak tercermin intelektualitasnya. Bergaul pun tidak. Tapi, mereka tak peduli. Mereka memasuki gelanggang dengan pola yang sama: bergerombol dan senyum cuma pada sesamanya. Pada yang lain, mereka bersikap diam dan dingin. Ketidakperdulian mereka pada sekitarnya memang menolong mereka untuk tidah adanya interfensi perang urat syaraf. Bahkan sadar atau pun tidak, taktik mereka ini merupakan perangkap psy-war. Begitulah, papan demi papan mereka mainkan secara biasa: melakukan penawaran menurut apa adanya, tak lebih dan tak kurang. Lawan yang tak sabar, terperosok ke dalam jebakan. Dan mereka manggut-manggut tak peduli, bila lawan bertengkar di meja. Tapi bukannya mereka tidak pernah melakukan kesalahan. Mereka sudah digodok: bila pasangan salah diam saja. Di luar arena, yang salah cuma bilang "sorry" dan habisiah cerita. Tak berdebat dan tidak berdiskusi. Sebaliknya, NPC (Non Playing Captain) India M.C. Mitter, penuh dengan senyum dan terus menguntit regunya yang sedang bermain. Senyumnya murah ke kiri dan kanan. Senyum pada situasi regunya menang maupun kalah. Lugu Dan Polos India menurunkan pemain-pemain Brahmachary, K. Gosh, R. Gosh, Mukherjee dan Singha. Yang kurus tinggi, yang lain rata-rata gemuh pendek dengan NPC tipe India yang biasa kita lihat di Pasar Baru Jakarta. Menurut Mitter, pemain India kali ini, yang sekedar bercanda disebutkan oleh kolumnis Amerika Truseott sehari regu yang berhasil menundukkan Mount Everest, adalah pemain-pemain dari satu kumpulan. Keuntungannya ialah bahwa mereka praktis mempunyai satu sistim. Selain itu mereka dibina dengan seragam dan mudah. Konvensi yang mereka gunakan pun sederhana sekali yaitu American Standard dengan asking-bid Guberson yang sudah kuno. Dari kesederhanaan ini, mereka sebetulnya lugu dan polos. Tidak ada indikasi mencari-cari dan menguber angka. Tampak santai. Mereka ke luar sebagai juara berkat perangkap mereka dan mengumpulkan angka dari kehilapan lawan. Dari mulai bermain sampai usai, kondisi fisik mereka relatif baik. Fit terus. Salah seorang, tetap dengan terus di tangan. Yang lain, bila pingin minum, cukup meminta air es yang tidak pakai tarif. Dan salah satu pendorong mental mereka: duta besar India hampir tiap malam nongkrong di arena pertandingan. Juga sebuah kendaraan siap di muka hotel, untuk urusan pesiar jika perlu. Tapi mereka jarang menggunakannya dan lebih banyak berjalan sebagai gerak badan mereka di setiap pagi. Itulah regu India juara bridge Timur Jauh tahun ini. Modal untuk jadi juara memang mereka miliki, yaitu adanya disiplin, mental baja, kompak satu sanla lain, dan menjaga kondisi fisik dengan baik. Lain dari itu, mereka juga tahu, bahwa untuk jadi juara diperlukan pengumpulan angka terbanyak. Untuk itu, mereka taklukkan lawan yang relatif lemah dengan angka telak dan bertahan lawan regu kuat. Regu Indonesia kali ini, juga tahu akan siasat untuk jadi juara seperti itu. Karena itu dua bulan sebelum berangkat, strategi seperti itu diterapkan. Tapi di arena Manila dan yang diberikan, diarahkan dan dibentuk oleh Amran Zamzami sebagai proyek ofiser, cuma masuk kuping kiri kehlar huping kanan. Hilang tanpa kesan. Maka, Indonesia hanya mempati urutan ke-5. Puas? Tentu saja tidak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus