Dunia, saat ini, tengah terpaku pada Perang Teluk. Peristiwa ini, menurut sebagian orang, merupakan titik puncak dari serangkaian keprihatinan umat Islam pada 1990 lalu. Saya, sebagai seorang umat Katolik, sangat prihatin atas kejadian yang menimpa umat Islam, terutama yang di Indonesia. Baru saja terjadi tragedi terowongan Al-Muaisim, Mina, yang banyak menelan korban, dan kasus Monitor kini umat Islam kembali terguncang perasaannya dengan terjadi Perang Teluk. Terus terang, saya sangat tak setuju atas tindakan agresi Amerika dan sekutunya terhadap Irak, yang menimbulkan korban besar di kedua pihak. Menurut saya, Amerika dan sekutunya telah bertindak melebihi batas yang diberikan Dewan Keamanan PBB. Saat ini Amerika tak lagi bermaksud mengusir Irak dari Kuwait, tapi lebih bertendensi menghancurkan. Berapa juta umat Islam tak berdosa yang tinggal di Irak harus menderita akibat gempuran Sekutu. Saya betul-betul tak mengerti, apakah negara-negara Barat yang mayoritas umat Kristiani itu telah membutakan hati terhadap ajaran Kristus untuk saling mengasihi, hanya untuk kepentingan politik dan ekonomi. Ini yang sangat saya sesalkan. Dalam hal ini, saya berharap saudara-saudaraku umat Islam agar tabah dan tawakal menghadapi cobaan dari Allah. Percayalah, Tuhan pasti akan menunjukkan kebenaran-Nya. Bukankah dalam Quran disebutkan, "... janganlah kamu menjadi orang yang ragu-ragu, karena kebenaran itu datang dari Tuhanmu." HARRIS HERMANSYAH Fakultas Sastra UGM Yogyakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini