Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Sebuah "Klinik Seks" Di Sekolah ...

Sekolah Menengah ST. Paul, Minnesota, AS, pada th 1973 dibuka klinik sekolah, klinik seks yang tujuannya untuk mencegah abortus. Setelah 6 th berjalan, jumlah kegiatan seks meningkat tapi kehamilan menurun.

17 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Sebuah "Klinik Seks" Di Sekolah ...
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KLINIK KB sekolah untuk pelajar? Hampir dua tahun dipergunjingkan berlarut-larut. Alasan yang kontra begitu gamblang: Bagaimana nanti citra sekolah kita di mata khalayak ramai? Sekolah cabul, sekolah bejat? Klinik remaja juga akan menghabiskan energi dan menggerogoti ruangan sekolah secara percuma. Tokh pelajar akan sangsi menggunakan klinik KB itu, lantaran khawatir ketahuan kegiatannya di bidang seks. Namun akhirnya, menanglah mereka yang pro. Yang kontra jadi kendur. Pikir mereka, kenyataannya sudah begitu mau apa lagi? Setuju atau tidak setuju, pelajar sekolah menengah berhamilan. Kalau mau realistis, selamatkanlah yang dapat diselamatkan. Kalaupun misalnya anak hamil dan melahirkan, hadapilah semuanya itu dengan penuh pengertian dan kebijaksanaan. Habis? Maka disepakatilah beberapa persyaratan: Kepala sekolah akan bertanggungjawab terhadap program. Ruang yang ada tidak akan digunakan sehingga merugikan program sekolah. Program akan ditinjau lagi sesudah setahun. Begitulah di Sekolah menengah St. Paul, Minnesota, Amerika Serikat, wajah bekas gudang dekat kafetaria berubah menjadi klinik, pada tahun 1973. Di sana SMP dan SMA digabung menjadi satu. Dan klinik itu layanannya beragam-ragam, mencakup informasi dan nasihat tentang kontrasepsi, tes kehamilan, tes dan pengobatan penyakit kelamin, malah juga rawatan pranatal dan post-partum. Sepi permulaannya. Jarang yang datang. Kemudian klinik itu dipindahkan ke bekas ruang kelas yang dipugar. Fungsinya diperluas. Kegiatannya juga meliputi pemeriksaan fisik untuk keperluan atletik atau mencari pekerjaan. Tempat itu pun menjadi lebih menarik, karena kunjungan remaja tidak lagi melulu urusan seks. Malah kedatangan mereka yang mempunyai persoalan seks semakin tidak kentara. Pendek kata, kunjungan jadi ramai. Layanan diusahakan sebaik mungkin. Petugas sosial (social worker) siap membantu bila diperlukan. Sangat disadari rupanya bahwa masalah emosi yang dihadapi para remaja tldak kurang pentingnya dari masalah kontrasepsi. Kalau diperlukan, petugas yang terlatih ini dapat menghubungi pasangan (partner) yang bersangkutan, guna memecahkan persoalan tertentu. Dia juga dapat menghubungi orangtua, tapi itu hanya dilakukan atas permintaan si anak. Tanpa permintaannya hal itu tidak boleh dilakukan petugas klinik. Asas kerahasiaan memang dipegang teguh. Pemeriksaan, informasi dan nasihat KB diadakan di klinik sekolah. Tapi pelajar yang memerlukan kontrasepsi dan pemasangan alat kontrasepsi dipersilakan datang ke klinik khusus di St. Paul-Ramsey Medical Center, sesudah jam sekolah atau sore. Di situ bertugas perawat, petugas sosial dan ahli kandungan, yang juga staf dari klinik sekolah mereka. Jadi mereka bertemu dengan orang-orang yang sama, wajah-wajah yang sudah mereka kenal di sekolah. Staf klinik sekolah lainnya adalah seorang dokter spesialis anak-anak, yang membuka praktek untuk mereka di daerah yang berdekatan. Proyek klinik sekolah yang dimulai tahun 1973 diakhiri pada tahun 1976, untuk dilanjutkan dengan proyek klinik yang baru. Hasilnya? Hasil usaha 6 tahun--April 1973 sampai 31 Mei 1979--lumayan. Pada akhir tahun ketiga (1976) 50% dari pelajar yang telah mengunjungi klinik, paling tidak sekali. Sebanyak 92% dari pelajar yang hamil mendapat layanan prenatal. Angka putus sekolah sesudah melahirkan juga menurun dari 45% pada 1973 menjadi 10% pada 1976. Jadi, tambah banyak pelajar yang menamatkan sekolah menengah setelah melahirkan. Kehamilan ulang tidak terjadi pada mereka yang telah melahirkan dan meneruskan sekolah. Tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi tinggi, sebesar 86,4% setelah jangka waktu 3 tahun. Sejak diadakan perubahan klinik pada tahun 1976, pemanfaatannya terus meningkat. Pada tahun ajaran 1976-1977 sebanyak 32% dari seluruh pelajar menggunakan layanan klinik pada tahun 1978-79 jumlah yang memanfaatkannya menjadi 75% atau sebanyak 1465 pelajar. Sejalan dengan itu jumlah pelajar wanita yang menjadi akseptor KB juga meningkat. Pada tahun ajaran 1976-77 pelajar wanita akseptor KB sebanyak 7% (dari jumlah pelajar wanita), pada tahun 1978-79 meningkat menjadi 25%. Usia mereka berkisar antara 13 dan 19 tahun, dengan rata-rata 16,0 tahun. Sebanyak 85% memilih pil anti-hamil, 10% memilih IUD dan 5% memilih cara yang lainnya. Walaupun kegiatan seks nampaknya meningkat tapi jumlah kehamilan menurun. Itu merupakan hasil utama dari program klinik sekolah tersebut. Jumlah kehamilan pelajar menurun 40% pada tahun 1978-79, bila dibandingkan dengan 1976-77. Angka kelahiran pelajar di sekolah itu menurun dari 60 kelahiran per 100 menjadi 46 per 1000, dalam 3 tahun terakhir. Bagaimana dengan mereka yang telah tamat? Mereka tetap dibantu dan diperhatikan. Sumber lainnya untuk mendapatkan kontrasepsi diberitahukan kepada mereka, sebelum berangkat untuk selamanya. Akhirulkalam, setan mini semakin bertambah, setan maksi semakin berkurang. Disarikan dari Laura E. Edwars et.al., "Adolescent Pregnancy Prevention Services in High School Clinics," Family Planning Perspectives, Vol. 12, No. 1, 1980.)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus