Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Serbuan Candu Lewat Perbatasan

Jalur masuk narkotik di pulau terluar harus segera ditutup rapat. Penjagaan di wilayah perbatasan perlu diperkuat.

15 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERANG terhadap narkotik dan obat-obatan terlarang seharusnya dimulai dari kawasan perbatasan. Pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan negeri jiran itu sudah jamak dijadikan jalur masuknya pelbagai jenis narkotik. Jalur-jalur tikus yang lazimnya ditempuh lewat laut ini menjadi karpet merah bagi sindikat internasional untuk menyelundupkan barang haram.

Ketika melakukan investigasi, majalah ini menyaksikan betapa longgarnya pengawasan barang di sejumlah pulau terluar itu. Di Nunukan dan beberapa tempat lain di Kalimantan Utara, misalnya. Meski ada peralatan sinar-X di gerbang keluar pelabuhan, para penumpang tak diperiksa. Di pintu masuk, pemindai sinar-X malah tak berfungsi. Para buruh angkut keluar-masuk pelabuhan tanpa dicek.

Penjagaan yang longgar terlihat pula di "dermaga tikus" di hampir seluruh garis pantai Pulau Nunukan. Narkotik yang masuk ke Kalimantan Utara kebanyakan berasal dari Kampung Titingan, kawasan kumuh di pinggir Teluk Tawau, dikenal dengan sebutan "Ice Box", tak jauh dari Pulau Sebatik yang berbatasan dengan Malaysia. Bayangkan gurihnya bisnis dadah ini. Jika di tempat asalnya harga sabu-sabu cuma Rp 600 juta per kilogram, begitu sampai di Indonesia bisa laku Rp 2 miliar.

Pos polisi? Pemeriksaan Bea-Cukai? Imigrasi? Ada sih, tapi apa lacur, dijaga dengan standar pengamanan ala kadarnya. Banyak sabu diperkirakan lolos dari sederet pelabuhan kecil itu. Dari sini, dadah biasanya dikemas dalam beberapa kapsul yang dimasukkan ke usus melalui anus—istilahnya "diroket". Pada malam hari, banyak titik rawan di perbatasan ini yang tak dijaga. Stempel di paspor terkadang dilupakan. Alasannya: jumlah personel dan sarananya terbatas.

Kawasan yang juga sering dimanfaatkan menggembol narkotik adalah perbatasan di timur Indonesia, terutama Nusa Tenggara Timur dan Papua. Di Kabupaten Belu, yang berbatasan dengan Timor Leste, sering disusupkan sabu asal Cina, India, dan Pakistan. Benar kata Troels Vester, koordinator badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kejahatan narkotik: Indonesia telah menjadi salah satu jalur utama perdagangan obat bius.

Pasarnya memang menggiurkan. Permintaan cukup tinggi di negeri yang populasi anak mudanya sangat besar ini. Pantas jika Badan Narkotika Nasional memperkirakan pada tahun lalu sekitar 220 ribu kilogram sabu dan 14 juta butir ekstasi membanjiri Tanah Air. Umumnya diselundupkan dari Malaysia lewat jalur laut. Sabu sebanyak itu cukup untuk membuat fly sekitar 4 juta orang setiap hari selama setahun. Menurut catatan BNN, narkotik minta tumbal sedikitnya 30 orang tewas saban hari.

Tak ada cara lain, pintu-pintu masuk itu harus "dikunci". Tim satuan tugas terpadu, yang merupakan gabungan aparat penegak hukum yang sudah dibentuk sejak lima tahun silam, seharusnya diperkuat dan diefektifkan kinerjanya. Titik mana saja yang memang masih menganga harus diprioritaskan pengamanannya, bekerja sama dengan badan pengelola wilayah perbatasan. Jumlah personel yang kurang harus ditambah. Peralatan harus dilengkapi, mengingat "perang" ini sangat mendesak.

Kalau ada aparat yang mencoba bermain mata atau terlibat dengan sindikat, harus dipecat dan dihukum berat. Aneh kalau polisi hanya bisa mengungkap lima persen dari modus kejahatan ini. Karena itu, tanpa penanganan serius memerangi serbuan narkotik yang kian gencar sama halnya dengan membiarkan negeri ini terjerumus akibat gemah-ripah dadah yang mematikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus