Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Tentang buku dan samizdat

Buku stalins mirakel, karya osip mandelsytam pujangga rusia. ia dikirim ke siberia karena sajaknya disebarkan lewat samizdat, penerbitan sendiri yang dipromosikan angkatan muda dan para cendekiawan.

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Tentang buku dan samizdat
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KOTA tertua di dunia adalah Kota Jbail di Libanon. Nama lain bagi kota ini adalah Byblos (= buku, dalam bahasa Yunani), agaknya karena kota ini adalah gudang buku pertama di dunia. Pada zaman emasnya Yunani, Byblos sudah tergolong kota tua, salah satu kota utama dari kerajaan Punisia. Abjad yang kita pakai sekarang (misalnya untuk menulis tulisan ini) pada hakikatnya berakar pada abjad Punisia. Rudyard Kipling dalam salah satu Just So Stories menyajikan hikayat teramat lucu mengenai asal usul abjad Punisia ini kabarnya karena seorang anak gadis kecil ingin mengirim berita kepada ayahnya yang sedang berburu, dan menggores-gores tanda di atas kulit kayu. Dari penggoresan tanda di kulit kayu, menjadi papyrus (yang banyak terdapat di pantai Byblos), batu, perkamen, dan entah apa lagi bahannya -- tetapi selalu harus dikerjakan dengan tangan. Maka Eropa dulu kala mengenal rahib-rahib di biara yang seluruh bakti hidupnya adalah penyalinan naskah-naskah lama, khususnya naskah agamani. Penyalinan ini biasanya sekaligus berupa karya seni - setiap halaman diberi warna dan gambar yang sangat indah. Sesudah penemuan Gutenberg, naskah tak usah lagi disalin tangan tetapi bisa diperbanyak jauh lebih cepat dengan alat cetak. Sekarang, sekian abad kemudian, alat cetak Gutenberg pun sudah sama kuno nilainya seperti pena sang rahib. Bukan hanya anak kecil yang akan terpukau melihat semua komputer dan peralatan modern lainnya yang kini digunakan untuk menghasilkan buku. Kurang dari 10.000 eksemplar malah bisa dianggap rugi. Tempo hari saya membaca ulang suatu buku yang sudah lama tidak kubaca. Judulnya ialah Stalins mirakel (Mujizat Stalin), yaitu terjemahan Swedia karya Nadezyda Mandelsytam, janda dari Osip Mandelsytam, yang umumnya dianggap pujangga Rusia terbesar dalam abad ini. Osip Mandelsytam lahir di Warsawa, Polandia, 15 Januari 1891. Ia diperkirakan meninggal pada akhir 1938 di kamp narapidana politik Vtoraya Recka di Siberia. Sebabnya ia dikirim ke Siberia ialah suatu sajak yang ditulisnya mengenai diktator Soviet waktu itu, Yosef Stalin: Kami hidup tanpa menikmati bumi yang kami jejaki. Sepuluh langkah lagi suara-suara sudah membisu. Yang berbunyi hanya Si Orang Gunung di Kremlin, si pembunuh, pembantai para petani. Gemuk bagaikan cacing jari tangannya, dan perkataan berat seperti timah menyembur dari mulutnya. Kumisnya menyeringai bengis dan ujung sepatu bot mengkilap. Para pemimpin terkulai di sekitarnya: boneka berleher burung, bukan seperti manusia. Mereka berkicau, berkotek, bersiul mengiringi perkataan atau petunjuk beliau. Satu demi satu perintah beliau ditempa seperti sepatu kuda yang dilempar merusak mata, wajah, dan kelamin. Dan setiap kematian itu adalah kenikmatan bagi Orang Kaukasia yang lebar itu. Sajak ini disebarkan melalui samizdat, yaitu penerbitan sendiri. Kebanyakan karya-karya Rusia yang betul-betul bermutu -- misalnya roman-roman Aleksandr Solzyenitsyin -- memang tidak mengandalkan penerbit lain dari samizdat, yang dipromosikan oleh angkatan muda dan para cendekiawan. Tentu saja risiko terlibat dengan samizdat itu sangat tinggi. Paling sedikit wisata ke Siberia. Namun kebudayaan samizdat sanggup bertahan, dan nama Osil Mandelsytam pun tak terlupakan. Padahal semua karyanya, baik prosa dan lirik, yang diterbitkan 1922-1928, dimusnahkan secara menyeluruh atas perintah Stalin. Dan pujangga "jinak" Soviet, Aleksandr Prokofyev, malah mengatakan: " . . . tidak pernah terdapat seorang pujangga yang bernama Mandelsytam." Oleh sebab itulah Nadezyda - yang begitu giat menyelamatkan karya -karya suaminya, kendati ia sendiri berulang kali dikucil dan dihukum -- menamakan bukunya "Mukjizat Stalin". Judul yang ironis, karena mujizat yang terjadi (penyelamatan dan penyebaran karya Mandelsytam) sebetulnya sama sekali tak dikehendaki atau diharapkan oleh Stalin. Pelarangan buku sebetulnya bukan sesuatu yang baru ditemukan oleh StalinDi Cina pernah terjadi seorang kaisar yang murka menyuruh menguburkan hidup-hidup para cendekiawan dengan buku-bukunya. Di Eropa abad pertengahan Gereja sering menyuruh buku (dan kadang-kadang juga penulisnya) dibakar. Sekarang pun Gereja Katolik masih mengenal Index, yaitu daftar buku-buku yang terlarang bagi orang Katolik. Sampai ke mana larangan seperti itu efektif masih bisa dipersoalkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus