Tentang Sembahyang: Suatu Kewajiban

MEMBACA TEMPO No. 45 Thn VIII 6 Januari 1979, pada Sub Judul Pokok & Tokoh, saya amat tidak sependapat dengan apa yang telah diucapkan oleh Sdr. Halida Hatta mengenai kesadaran bersembahyang. Hal ini saya anggap penting karena masalahnya amat prinsipil. Jika manusia telah menerima falsafah hidup yang dikemukakan Al Qur'an dan Sunnah Rasul sebagai suatu kebenaran (reality), maka ia tidak mempunyai justifikasi lagi untuk tidak mematuhi Kepemimpinan Allah SWT. Bahkan untuk menumbuh suburkan keimanan ini Allah SWT telah mengkaruniai manusia 'ikhtiar' (bebas berkehendak sesuai dengan akal). Inilah yang ingin saya ketengahkan kepada Sdr Halida: bahwa shalat hendaklah dijiwai sebagai penerimaan/pasrah dari manusia sebagai makhluk Allah karena itu suatu tindak kemauan untuk melakukan shalat merupakan suatu kewajiban bagi setiap mukmin dan muslim. "Sesungguhnya shalat itu atas orang mukmin suatu kewajiban yang sudah ditentukan waktunya" (An Nisa 103). Bila Sdr. Halida terus menelusuri pemahaman ajaran Islam, dijalankan dengan baik, saya yakin produk akhir (salah satu) dari hasil pemahaman Sdr. Halida adalah: shalat lima waktu sehari semalam. Selamat melakukan pemahaman. Ir. H. HUDA RUGHBI Jl. Merdeka No. 34, Bogor.