ANDA kelihatan tampan sekali," kata Menlu Fililina Carlos
Romulo menyambut kedatangan Menlu Jepang Sunao Sonoda memasuki
ruang Puri Bunga Pertamina Cottages, Senin siang lalu. "Ya anda
benar-benar kelihatan atletis sekali," sambung Menlu Mochtar
Kusumaatmadja yang siang itu memimpin delegasi Asean. Yang
dipuji hanya senyum mengangguk. Pertemuan para Menlu Asean dan
Menlu Jepang siang itu merupakan yang kedua dalam rangkaian
pertemuan dengan Ketua Masyarakat Ekonomi Eropa, Menlu AS,
Australia dan Selandia Baru.
Basa-basi merupakan kelaziman dalam diplomasi. Lebih lagi bila
ditujukan pada orang yang diharapkan bantuannya. Dan Jepang
merupakan salah satu negara yang ditoleh Asean dalam upaya
menanggulangi ketegangan di Asia Tenggara dan masalah pengungsi
Indocina yang makin gawat.
Hubungan Asean-Jepang selama ini cukup baik. Jepang telah
menjanjikan bantuan $1 milyar untuk proyek industri Asean. Walau
tujuan utama kunjungan Sonoda semula untuk memberitahu hasil KTT
negara-negara industri di Tokyo akhir bulan lalu, masalah
pengungsi Indocina jelas membayangi pertemuan itu.
Tapi yang diharapkan ternyata tidak sepenuhnya terpenuhi. "Kita
mengharapkan Jepang mau mendukung pernyataan bersama konperensi
Menlu Asean," tutur seorang diplomat Asean. Tapi sebelum
pertemuan dimulai Sonoda lebih dulu menyatakan "menghargai"
pernyataan bersama itu. Dus bukan mendukung. Tapi dijanjikannya
akan ada peningkatan hubungan Asean-Jepang dalam bidang ekonomi
dan politik.
Juga dihimbaunya Asean untuk tidak saja mempererat hubungan
Jepang-Asean dan memantapkan keamanan di wilayah ini, dan "untuk
tidak menanyakan apa yang negara lain bisa lakukan untuk kita,
tapi untuk menanyakan apa yang kiranya bisa dilakukan bersama
melalui persahabatan yang kukuh dan utuh." Jepang agaknya
berusaha menghindari "jeratan" untuk mendukung pernyataan
bersama Menlu Asean. Kabarnya Jepang menilai pernyataan itu
"terlampau keras" dan tidak ingin mengundang kemarahan Vietnam
dengan mendukung pernyataan itu.
Berbeda dengan negara seperti Taiwan dan Selandia Baru yang
masih menerima 1000 pengungsi, yang ditampung Jepang cuma tiga
orang saja. Tapi Menlu Sonoda menjanjikan $6,5 juta. Ini adalah
setengah dari biaya pembangunan pusat pemrosesan pengungsi di
Pulau Galang. Bantuan untuk UNHCR tahun depan juga ditingkatkan
sampai sejumlah $50 juta.
Sedikit 'ketegangan' sempat terjadi dalam pertemuan Asean-Jepang
ketika Menlu Singapura Rajaratnam menyebut pernyataan bersama
Menlu Asean sebagai A poor man's response" (Jawaban orang yang
malang) terhadap Vietnam. Menlu Mochtar kabarnya segera memotong
dengan menjelaskan, Asean bukannya seorang yang tidak berdaya.
Asean telah membuktikannya dengan kemerdekaan yang dicapai para
anggotanya serta ketahanan nasional yang ditegakkan tanpa
bantuan orang lain.
Seperti juga Sonoda, Menlu AS Cyrus Vance tidak tegas-tegas
menyatakan mendukung pernyataan bersama para Menlu Asean. Tapi
dalam pernyataannya, Vance dengan jelas menyatakan dan
mengulangi pendirian pemerintah AS yang dalam banyak hal sama
dengan pendirian Asean. Vance, yang datang dengan 25 orang
anggota delegasi, ternyata tidak mengingini pembicaraan secara
"ramai-ramai". Usulnya untuk mengadakan pembicaraan dengan 5
Menlu Asean dengan masing-masing didampingi dua pejabat
tingginya diterima.
Seperti juga dengan Jepang, pembicardan Asean-AS dilangsungkan
selama 2 jam di ruang Puri Bunga Pertamina Cottages. Dalam
masalah pengugsi, AS menyetujui pernyataan Menlu Asean yang
menekankan perlunya memecahkan masalah ini pada sumbernya. "Kami
telah menyerukan Vietnam agar merubah keadaan dan kebijaksanaan
yang memaksa ratusan ribu orang mengungsi dan puluhan ribu mati.
Hari ini, kami mengikuti anda menyerukan agar masyarakat
internasional menghimbau Vietnam untuk menyetop banjir ini,"
kata Vance. Asean, lanjut Vance, "bisa mengharapkan kelangsungan
bantuan AS dalam menghadapi krisis pengungsi ini."
Menanggapi ketegangan di Asia Tenggara, Menlu AS ini mengulangi
komitmennya untuk membantu negara yang terancam memenuhi
kebutuhan keamanan mereka. "Secara moril dan berdasarkan
perjanjian, kami terikat untuk membantu negara-negara Asean.
Kami telah jelas menyatakan ini pada semua yang berkepentingan
dan langsung pada Uni Soviet dan Vietnam." Tentang bantuan
militer: "Kami sedang menambah dan mempercepat bantuan militer
pada negara-negara Asean secara terpisah. Dan kami akan terus
memperkuat seluruh kemampuan militer kami di Asia Pasifik dan
Samudera Hindia."
Puaskah para Menlu Asean pada janji-janji AS dan Jepang? Menlu
Rajaratnam tersenyum puas. "Benar, memang telah saya sampaikan
keinginan saya pada mereka, jawabnya pada A. Margana dari
TEMPO. Ditunjukkannya AS menjamin keamanan Muangthai dan Asean.
Sedang Jepang memberikan komitmen politik dan ekonomi. "Jelas
itu merupakan kasur empuk buat Asean," ujarnya.
Tidak semua negara Asean begitu bersemangat mendambakan dukungan
AS dan Jepang seperti Singapura. "Yang memerlukan bukan hanya
pihak Asean. Mereka pun memerlukan Asean," kata seorang pejabat
tinggi Indonesia yang mengikuti pertemuan dengan Vance. Sikap
itu tercermin juga dalam ucapan Menlu Filipina Carlos Romulo:
"Bantulah kami untuk membantu anda."
Jelas tampak masih adanya kebanggaan diri dalam Asean.
"Bagaimana kita bisa mengharapkan AS? Apakah kita tidak belajar
dari sejarah, apa yang terjadi kalau kita menyandarkan diri
padanya," kata seorang pejabat Indonesia. "Asia Tenggara ingin
menentukan nasibnya sendiri. Kita hanya minta bantuan mereka
untuk memperhatikan kebutuhan kita, agar kita kuat," sambung
Menlu Mochtar Kusumaatmadja.
Memang benar yang memerlukan bantuan bukan hanya Asean. Bahkan
pekan lalu pun AS telah meminta jasa baik salah satu negara
Asean.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini