Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon anggota legislatif DPR difabel dari Partai NasDem daerah pemilihan Yogyakarta, Anggiasari Puji Aryatie menyoroti isu perisakan atau bullying yang kerap dialami oleh penyandang disabilitas. Bullying seolah menjadi satu paket kondisi yang harus dihadapi terutama perempuan difabel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggiasari menyandang ragam disabilitas dwarfisme atau little people karena terkena penyakit langka Achondroplasia. Dia merasakan beragam bentuk bullying sejak duduk di sekolah dasar sampai bekerja. Semakin dewasa, Anggiasari mengaku sudah selesai dengan segala kemarahan akibat perisakan yang pernah diterimanya.
"Kunci mengatasinya adalah pembuktian. Kalau teman difabel sudah bisa membuktikan pengetahuan dan hasil kerjanya, orang-orang di sekitarnya akan menghormati," ujar Anggiasari saat dihubungi, Rabu, 13 Maret 2019.
Caleg Nasdem dengan nomor urut 6 ini mengakui meski sudah menjadi aktivis perempuan yang garang, punya banyak teman di berbagai organisasi, bukan berarti dia terbebas dari diskriminasi dan pelecehan tersembunyi. Aksesibilitas di tempat umum yang tidak ramah penyandang disabilitas semakin memperkuat stigma penyandang disabilitas patut dikasihani.
Anggiasari mencontohkan ketika naik kereta dari Yogyakarta ke Solo. Di stasiun, dia terpaksa merangkak karena jarak peron dengan lantai gerbong cukup tinggi. Teknik itu ternyata membuat banyak orang jatuh kasihan kepadanya dan ingin menolong.
Hanya saja, orang yang ingin menolong itu tak tahu bagaimana cara membantu Anggiasari dan tidak bertanya lebih dulu apakah dia perlu dibantu atau tidak. "Di saat tertentu ada yang mengambil kesempatan dengan menyentuh bagian tubuh saya yang seharusnya tidak boleh disentuh," ujar Anggisari.
Jika memang ingin membantu difabel, Anggiasari menyarankan agar bertanya lebih dulu dan memahami tekniknya. Anggiasari menjelaskan, metode membantu difabel seperti Anggiasari dapat dilakukan dengan meraih kedua tangannya.
Anggiasari menjelaskan, difabel mampu menghadapi kondisi sulit dan berdamai dengan dirinya bila mendapat dukungan keluarga. Dalam keluarga, orang yang paling mendukung Anggiasari adalah ibunya. "Kalau ada orang yang bertingkah laku melecehkan, ibu langsung menegur orang tersebut," kata Anggiasari. Misalnya, satu ketika ibu Anggiasari berkata, 'ada apa lihat-lihat anak saya? Tidak ada yang berbeda dari dia', kepada ada orang yang memandang Anggiasari dengan tatapan berbeda.
Selanjutnya: Awal terjun ke dunia politik
Anggiasari menceritakan bagaimana dia bisa terjun ke dunia politik. Pada pertengahan November 2018, alumnus Sekolah Tinggi Bahasa Asing di Lembaga Indonesia Amerika ini diundang oleh pengurus Partai NasDem untuk datang ke kantor Dewan Pengurus Wilayah Partai NasDem Yogyakarta.
Ketua NasDem Yogyakarta, Subardi mengatakan Anggiasari sudah lama masuk radar partainya, bukan untuk mencari sensasi. "Dia memang memiliki kapasitas," ujar Subardi. Anggiasari mengenal lebih jauh tentang Partai Nasdem dari temannya, Rachel Saraswati yang merupakan putri Almarhum WS Rendra.
Meski awalnya bimbang karena banyaknya rekam jejak anggota dewan dianggap buruk, Anggiasari akhirnya menerima lamaran ini. Pertimbangannya, Partai NasDem tidak mensyaratkan mahar politik, tidak melakukan politik uang, dan memiliki ideologi yang sama. "Saya ini seorang nasionalis," ujar Anggiasari.