Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAMPANYE pemilihan kepala daerah Kabupaten Tangerang baru dimulai awal tahun depan. Tapi spanduk bergambar kandidat sudah terpampang di jalan-jalan besar. Di kawasan Sepatan, misalnya, spanduk dan baliho berjejalan merebut pandangan pengguna jalan. Isinya memang belum ajakan mencoblos, baru sebatas ucapan selamat Idul Fitri atau slogan visi dan misi para pasangan.
Tampak paling dominan spanduk bertulisan ”Bersama Majukan Kabupaten Tangerang”. Satu dari dua sosok yang terpampang di spanduk itu lebih enak dipandang, setidaknya bagi sebagian kaum pria: perempuan muda berkerudung dengan senyum seiris. Itulah Airin Rachmi Diany, 31 tahun, calon wakil bupati yang diusung Partai Keadilan Sejahtera—mendampingi Jazuli Juwaeni.
Airin tak asing bagi warga Tangerang. Sebagai pengurus Palang Merah Indonesia Banten, ia kerap tampil dalam kegiatan sosial. Pada pemilihan kepala daerah Banten 2006, Airin selalu mendampingi Ratu Atut Chosiyah dalam setiap kampanye di wilayah Tangerang. Jamak belaka: Airin adalah istri Tubagus Chaeri Wardana, adik kandung Atut.
Memang, di panggung politik, Airin bisa dibilang orang baru. Ibnu Jandi, Direktur Lembaga Kajian Publik, organisasi nonpemerintah di Tangerang, memprediksi pasangan Jazuli-Airin paling banter mampu merebut 30 persen suara. Namun dukungan kakak iparnya membuat peraih anugerah Mojang Jawa Barat 1995 ini punya peluang merebut lebih banyak suara.
Jauh sebelum Airin ditetapkan sebagai kandidat wakil bupati, Atut sudah menyatakan dukungannya. ”Insya Allah, saya dukung,” kata Atut setelah menghadiri Temu Nasional Teknologi di Serpong, akhir Juli lalu. Dukungan ini membuat gerah politikus Golkar—partai tempat Atut bernaung—di Tangerang.
Tambahan pula, permintaan Golkar agar Atut menjadi juru kampanye pasangan Ismet Iskandar-Rano Karno ditolak dengan alasan sibuk. ”Dulu, kami bekerja keras memenangkan beliau di pilkada Banten,” kata anggota Fraksi Partai Golkar, M. Fahruroji, dengan nada kecewa.
Ratu Atut, 45 tahun, memang punya pengaruh besar di sekitar Banten. Tapi, sebetulnya, orang di balik sukses itu adalah ayahandanya, Tubagus Chasan Sochib. Di Serang, hampir semua orang pernah mendengar nama ini. Bukan hal yang aneh, misalnya, melihat para pejabat sipil dan militer membungkuk, bahkan mencium tangan, pria 83 tahun itu.
Chasan selalu tampil dengan gaya khas pendekar atau jawara Banten: pakaian serba hitam, dengan selempang di pundak. Sabuk besar berwarna hijau selalu melilit pinggangnya. Seperti diceritakan istrinya yang pertama, Wasiah, Chasan selalu menyatakan, ”Saya seorang jawara.”
Syahdan, kisah sukses Chasan merupakan buah pertemuannya dengan Tubagus Kaking, pejuang Banten di era revolusi yang kemudian sukses menjadi pedagang beras. Keduanya bertemu di Ciomas, Serang, kampung halaman Chasan, tempat Kaking melampiaskan hobinya berburu. Chasan kemudian menjadi kepercayaan Kaking dan diberi ”mandat” mengelola pasar di Anyer, Kabupaten Serang.
Sejak saat itu, Chasan, yang sempat mengenyam pendidikan pesantren dan berpindah-pindah dari satu perguruan silat ke perguruan silat lain, mulai mengenal dunia bisnis. Pada pengujung 1970-an, Chasan mendirikan CV Sinar Ciomas. Inilah cikal bakal PT Sinar Ciomas Raya Contractors, basis usahanya di Banten.
Ada juga cerita ”miring”: kelompok Chasan kerap memakai pengaruhnya sebagai jawara untuk mendapat proyek-proyek pembangunan daerah. Cerita ini tentu saja disanggah keras oleh keluarga Chasan. ”Semua diperoleh karena kerja keras dan keuletan,” kata Wasiah.
Untuk menggalang kekuatan, Chasan mendirikan Komando Pendekar dan Persatuan Pengembangan Seni Budaya Banten. Organisasi ini juga ikut berbisnis. Chasan lalu bergabung ke Partai Golkar dan mendirikan Satuan Karya Ulama Indonesia. Di Golkar, pengaruh Chasan merayap hingga ke Jakarta.
Pada peringatan ulang tahunnya yang ke-82, tahun lalu, tampak hadir antara lain bekas ketua umum partai itu, Akbar Tandjung, dan Wakil Ketua Golkar Agung Laksono. Bahkan, ketika cucunya, Andika Hazrumi, berulang tahun, wakil presiden yang juga Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla, memerlukan hadir memberi selamat.
Berbekal pengaruh dan kekayaan, Chasan memuluskan Atut menjadi Wakil Gubernur Banten, 2001-2006, mendampingi Djoko Munandar dari Partai Persatuan Pembangunan. Dan kini sang putri menjadi Gubernur Banten 2006-2011. Sukses ini membuat Golkar boleh berbangga karena gubernur dan wakilnya, Mohammad Masduki, merupakan kader Beringin.
Chasan sudah pasti tak kalah bungah. ”Tidak ada yang lebih berarti dalam hidup saya selain menjadikan anak saya pemimpin,” katanya kepada Tempo, September lalu, sebelum berangkat berobat ke Singapura. Tak aneh jika banyak orang malah lebih segan kepada Chasan daripada kepada gubernur. Sayang, di Singapura, Chasan tak bisa dikontak untuk menjelaskan kredonya itu. Telepon seluler Tubagus Chaeri Wardana, putra bungsu Chasan dari istri pertamanya, yang ikut ke Negeri Singa itu, tak diangkat meski terdengar nama sambung.
”Saya terpaksa menelepon Abah (Chasan), meminta bantuan untuk mencegah keinginan gubernur yang akan memindahkan saya,” kata seorang pejabat di kantor Provinsi Banten dengan bangga. Terbukti, pejabat yang enggan namanya disebutkan itu hingga kini masih bertahan.
Bukan hanya Atut dan Airin yang ingin membuat hidup sang ayah lebih ”berarti”. Santer terdengar, adik kandung Atut, Ratu Tatu Chasanah, bersiap ambil bagian pada pemilihan kepala daerah Kota Serang 2009. Langkah itu telah dimulai dengan terpilihnya Tatu sebagai Ketua Dewan Pengurus PMI Banten 2007-2012. Ia juga menjabat Wakil Sekretaris Gabungan Pengusaha Nasional Indonesia Provinsi Banten.
Di dunia usaha, Tatu bergerak di bidang jual-beli tanah. Namanya ramai dibicarakan di media setelah penemuan beras bantuan pemerintah pusat di rumah toko milik Airin, Oktober lalu. Beredar isu: beras itu akan dibagikan di Tangerang untuk menarik simpati massa terhadap Airin. Tapi Tatu membantah isu itu, sekaligus mengatakan bahwa Airin, yang juga pengurus PMI, hanya meminjamkan ruko untuk penyimpanan sementara.
Tatu sendiri masih malu-malu menanggapi kabar bahwa ia mengincar kursi wali kota. ”Tidak benar, itu hanya wacana,” katanya. ”Jangan dibesar-besarkan.” Namun, di pengujung percakapan dengan Tempo, Tatu mengatakan, ”Saya tidak berambisi, tapi kalau dipercaya masyarakat, amanat itu akan saya pegang.”
Menurut Wasiah, istri pertama Chasan, ia belum mendengar kabar Tatu akan maju menjadi Wali Kota Serang. Justru ia dikabari bahwa anak keduanya itu akan ikut dalam pemilihan kepala daerah Kabupaten Pandeglang. Tapi ia belum dapat memastikan kebenaran kabar itu. ”Dulu, Atut minta izin kepada saya,” kata perempuan yang sudah diceraikan Chasan itu. ”Airin juga sudah meminta izin, tapi Tatu belum.”
Atut, Tatu, dan Chaeri Wardana alias Wawan adalah tiga dari lima anak hasil pernikahan Chasan dengan Wasiah. Adapun dua anaknya yang lain meninggal saat masih kecil. Meski Chasan selalu punya empat istri, banyak perempuan yang telah dinikahinya. ”Saya tidak tahu berapa jumlahnya, tapi ada di mana-mana,” kata Wasiah.
Wasiah mengatakan bekas suaminya itu memang ingin semua anaknya tampil sebagai pemimpin di Banten. Alasannya, sang Jawara ingin Banten dipimpin oleh putra daerah sendiri. ”Wawan sudah disuruh, tapi belum mau karena masih ingin bebas,” katanya. Selain anak dari Wasiah, dua anak dari istri kedua Chasan, yaitu Tubagus Nurzaman dan Ratu Lilis, disebut-sebut sedang dipersiapkan tampil di pemilihan kepala daerah.
Selagi Chasan berada di belakang mereka, tampaknya bukan hal sulit untuk menang. Seperti dikutip profesor ilmu politik dari Kyoto University, Okamoto Masaaki, dalam disertasinya, Chasan pernah mengatakan, ”Sayalah gubernur jenderal.” Kalimat itu dilontarkan sang Jawara setelah ia sukses mengantarkan pasangan Djoko Munandar-Ratu Atut sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, enam tahun silam.
Adek Media, Joniansyah (Tangerang), Faidil Akbar (Serang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo