Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan lima Nahdliyin dengan Presiden Israel, Isaac Herzog ke Israel menyita perhatian publik di jagat maya. Salah seorang dari mereka membuka suara bahwa kunjungannya mengikuti apa yang pernah dijalankan Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 1994, Gus Dur pernah diundang secara langsung oleh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin untuk menyaksikan penandatanganan perjanjian damai antara Israel dan Yordania. Wakil Ketua Badan Pengembangan Jaringan Internasional Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (BPJI PBNU), Achmad Munjid, menilai bahwa konteks historis kala itu perlu dipahami lebih mendalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menekankan bahwa pendekatan Gus Dur terhadap Israel memiliki misi, peta, dan strategi yang jelas, dengan parameter kemaslahatan bersama, kepentingan bangsa, dan kemanusiaan. Prinsip-prinsip seperti perdamaian, keadilan, dan kesetaraan kemanusiaan adalah landasan utama Gus Dur.
"Kalau kita mau mengikuti Gus Dur, jangan cuma lihat yang di permukaan saja, tapi visi dan substansi langkah strategisnya," ujarnya dilansir dari nu.or.id pada Selasa, 16 Juli 2024.
Achmad mengatakan jangan sampai alasan meniru langkah Gus Dur menjadi celah yang kemudian dimanfaatkan Israel. "Kalau kita tidak strategis, boleh jadi maksudnya adalah meniru Gus Dur, maksudnya progresif, tapi akhirnya cuma dipakai oleh pemerintahan Netanyahu yang biadab untuk menjustifikasi langkah mereka dalam membantai rakyat Palestina yang tak berdosa. Ini tidak bisa dianggap enteng," jelas Achmad Munjid.
Munjid teramat menyayangkan pertemuan tersebut di tengah situasi di Palestina saat ini sangat memprihatinkan. Sekitar 40 ribu nyawa warga Palestina meninggal, puluhan ribu luka parah tanpa mendapatkan perawatan medis yang memadai, dan ratusan ribu orang menjadi pengungsi tanpa kepastian akibat pembantaian yang dilakukan Israel.
"Bahkan, ratusan ribu anak-anak dan orang tua sengaja dibiarkan mati dalam kelaparan," ujar dia.
Munjid mengingatkan bahwa setiap tindakan harus dipertimbangkan dengan hati-hati, terutama dalam konteks konflik dan kekejaman yang sedang berlangsung. Mendekati Israel tanpa strategi yang jelas dan pemahaman mendalam, kata dia, dapat berpotensi memberikan justifikasi bagi tindakan mereka yang melanggar kemanusiaan dan hukum internasional.
"Seluruh dunia yang berpikir waras sekarang sedang mengutuk Israel karena kejahatan kemanusiaan mereka, genosida terhadap rakyat Palestina. Seluruh dunia sedang menjauhi Israel, kita harus menghukum Israel yang sangat rasis, tak berperikemanusiaan dan mengabaikan hukum internasional," papar Munjid.