Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 21 Juni 1994 adalah kali kedua Tempo kena bredel pemerintah Orba setelah memuat berita dugaan korupsi impor 39 kapal perang bekas Jerman Timur, pembelian itu diprakarsai oleh Menteri Riset dan Teknologi saat itu, B.J. Habibie.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan beberapa tokoh langsung mengemuka saat itu. merayakan 50 tahun Tempo hari ini, patut dikenang beberapa komentar tentang pembredelan Majalah Tempo , berikut tiga di antaranya:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rahman Tolleng
Aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1966 dan juga salah satu evaluator sikap pemberitaan Tempo, Rahman Tolleng, menilai perlawanan dan penolakan pembredelan Tempo menunjukkan sikap kritisnya sebagai media. “Masih bisa dianggap bahwa dia bisa bertahan sebagai pers yang kritis,” kata Rahman Tolleng, 27 tahun lalu.
Nezar Patria
Aktivis gerakan mahasiswa 1998 yang diculik rezim Orba dan pernah menjadi jurnalis Tempo, mengatakan pembredelan Tempo dan Detik serta Editor pada Juni 1994 itu adalah titik balik kebebasan Pers, “Jadi pembredelan itu membuat mahasiswa semakin yakin bahwa kediktatoran Orde Baru ini harus diakhiri. Dan mereka melakukan usaha-usaha untuk mengonsolidasikan diri, mulai ada saling kontak antar pers mahasiswa dan gerakan yang sudah muncul serta telah menguat pada waktu itu,” kata Nezar Patria, saat itu.
Baca: 50 Tahun Tempo, Satu Kisah Di belakang layar Pembredelan Majalah Tempo
B.J. Habibie
Direktur Eksekutif Habibie Center Ahmad Watik Sutikna membantah terkait dugaan pemberedelan majalah Tempo pada 21 Juni 1994 merupakan prakarsa Menteri Riset dan Teknologi saat itu, B.J. Habibie. Saat kejadian itu Habibie sedang berada di Jepang dan mengetahui informasi itu setelah dihubungi Parni Hadi, Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia saat itu. "Tidak mungkin. Pak Habibie kaget waktu tahu Tempo dibredel," kata Ahmad ketika dihubungi, Selasa, 24 Juni 2014.
“Kenapa dibredel, lho itu orang-orang pinter kritis. Kita mau bangun SDA Indonesia kenapa ditakut-takutin,” ujar BJ Habibie. Habibie juga menegur Menteri Penerangan Harmoko dan menyuruhnya mengabarkan ke tiga media itu (majalah Tempo, Editor, tabloid Detik) silakan melanjutkan tulisan mereka kembali. “Tidak mengapa, tidak perlu semua dilarang, kalau enggak bener ditegur,” kata Habibie pada Harmoko.
HENDRIK KHOIRUL MUHID