Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 66 proposal penelitian dari Telkom University pada tahun ini akan digarap dengan dana sebesar Rp 4,62 miliar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kepala Bagian Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Telkom University, Faisal Budiman, menyebut jumlah riset yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek itu terus meningkat selama dua tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bisa diartikan sebagai bentuk kepercayaan dan kualitas penelitian yang diakui oleh pemerintah,” katanya melalui keterangan tertulis, Kamis, 11 Juli 2024
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2022, kata dia, DRTPM membiayai 28 judul penelitian. Setahun berikutnya kementerian mendanai 49 judul. Pembiayaan ini dianggap mendukung ekosistem riset dan inovasi untuk tujuan nasional, juga untuk penerapan hasil penelitian.
Mayoritas dari 66 riset pada 2024 berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Faisal, inovasi itu tak sebatas untuk studi prioritas. Hasil riset itu bakal menjadi solusi masalah di masyarakat dan mendukung transformasi digital. “Kontrak hibah telah diteken pada 4 Juli 2024 di kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti IV) di Bandung,” tutur Faisal.
Salah satu riset dari Telkom University berbiaya Rp 7,1 juta, sebagai contoh, bertujuan memastikan integritas data Internet of Things (IoT) pada akuakultur, dengan Lightweight Hash Function (ALIT Hash). Hash merujuk pada kode alfanumerik yang digunakan untuk mewakili kata, pesan, atau data.
Dari 66 penelitian yang disetujui DRTPM Kemendikbudristek, riset IoT dengan Hash ringan itu merupakan yang termurah. Adapun dana termahal, mencapai Rp 187,5 juta, berhubungan dengan model komunikasi ketahanan keluarga anak dengan disabilitas.
Ada juga tim riset dari Telkom University yang ingin mengembangkan inovasi pemakaian kamera fisheye sebagai pengganti Light Detection and Ranging (3D LiDAR) pada sistem Automated Guided Vehicle (AGV). Riset ini bertujuan membuat AGV lebih ekonomis dan murah dari sisi roduksi, namun tetap efektif untuk navigasi secara real-time di industri manufaktur maupun logistik.