SIMPATISAN 21 demonstran yang ditahan karena tuduhan menghina Presiden Soeharto ternyata tak hanya mahasiswa atau aktivis LSM. Lihat saja pemandangan Senin pekan lalu di Polres Jakarta Pusat. Serombongan murid Taman Kanak-kanak Al-Hawarijni, Cianjur, sebanyak 21 anak, tampak berbaris ke kantor polisi itu. Mereka bermaksud menemui gurunya, Saep Lukman Al-Halaj, salah seorang dari 21 mahasiswa yang ditahan itu. Namun, niat bocah yang ditemani guru dan orang tuanya itu nyaris gagal. Sebab, Kepala Polres Letkol Dadang Garnida sempat mencurigai adanya rekayasa mahasiswa untuk mengunjungi tersangka dengan memakai murid TK itu. Maka, Pipih Sofiah Sanusi, guru yang mendampingi mereka, pun ditanyai Dadang hampir dua jam. "Ini murni keinginan anak-anak," kata Pipih. Dan Dadang pun luluh setelah dua murid yang masih polos menjawabnya. Akhirnya, lewat tengah hari semua anak TK itu, yang sebelumnya menunggu di dalam bis, dibolehkan masuk ke ruangan Kepala Polres. Saep lalu dipanggil dari ruang tahanan. Begitu gurunya yang "menghilang" sejak 14 Desember itu muncul, serta-merta anak-anak itu berebut menciumi tangannya. Mereka lalu menyanyikan lagu Terima Kasih Guruku bagi Saep. Mata Saep berkaca-kaca. Polisi pun tertunduk haru. Setelah menemui gurunya, para murid TK itu langsung kembali ke Cianjur -- setelah sempat mampir menonton Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta. Saep, 21 tahun, memang guru kesayangan di TK Al-Hawarijni, Cianjur. Tak mengherankan bila hampir tiap hari murid-muridnya yang masih bocah itu menanyakan ke mana Saep pergi. Jawaban yang diberikan para guru pun terpaksa "disesuaikan" dengan usia bocah. "Bapak kan sedang menuntut ilmu. Tak boleh diganggu." Dengan kunjungan itu, para murid TK itu ternyata lebih berhasil -- mereka bisa menjenguk para tahanan itu -- ketimbang beberapa kelompok mahasiswa. Sampai kapan mahasiswa Sekolah Tinggi Tarbiyah Cianjur itu harus "menuntut ilmu" di Polres Jakarta Pusat, belumlah pasti. Menurut sumber TEMPO, ia akan diajukan ke pengadilan. Sesuai tuduhan, agaknya Saep termasuk yang diancam harus "menimba ilmu" enam tahun lagi -- kalau terbukti.ARR dan Asikin (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini