Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Duta-duta dari selatan

Gerakan Nonblok dibawah pimpinan Indonesia, memiliki duta besar keliling yang bertugas memantau kawasan masing- masing. mereka adalah Ahmad Tahir, Alamsyah Ratuperwiranegara, Sayidiman Suryohadiprojo, dan Hasnan Habib.

12 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUKSESKAH Indonesia memimpin Gerakan Nonblok? Sulit mencari jawabnya. Tapi ini mungkin bisa dijadikan ukuran, setidaknya menurut Ketua Badan Pelaksana Gerakan Nonblok Nana Sutresna. "Baru kali ini ada Ketua Gerakan Nonblok yang mempunyai komitmen begitu tinggi terhadap pelaksanaan keputusan konferensi," ujar Nana. Ucapan Nana bukan isapan jempol. Sebab, sejak Gerakan Nonblok itu berdiri, baru kali ini ada seorang ketua yang mempunyai duta besar keliling. Yang mendapat tugas itu adalah Achmad Tahir, Alamsjah Ratuperwiranegara, Sayidiman Suryohadiprojo, dan Hasnan Habib. Keempat duta besar keliling untuk Gerakan Nonblok itu dilantik pada Juli 1993. Tugas mereka, kata Nana, memantau perkembangan situasi di kawasan masing-masing. "Bila Ketua Gerakan Nonblok ingin mengetahui lebih jauh masalah yang muncul, beliau segera mengirim mereka," ujarnya. Dan hasil kunjungan mereka "langsung dilaporkan kepada Ketua Gerakan Nonblok." Achmad Tahir (Eropa) Ia pernah menjadi duta besar di Spanyol (1973-1975) dan Prancis (1975-1976). Achmad Tahir diberi tugas "mengawasi" wilayah Eropa. Sejak September 1993, ia berkunjung ke Jenewa, Inggris, Rusia, Jerman, dan Turki. Maksud kedatangannya adalah mengumpulkan sebanyak mungkin bahan tentang Bosnia. "Negara- negara itu secara historis dan kultural sangat dekat," katanya. Bahkan, bulan lalu, Tahir berbincang dengan dua juru damai PBB, Thorvald Stoltenberg dan Lord David Owen, di Jenewa. Hasilnya, Stoltenberg dan Owen, yang mulai frustrasi mengatasi perang saudara di wilayah bekas Yugoslavia itu, meminta Gerakan Nonblok turun tangan menyelesaikan kemelut Bosnia. Di situ, Tahir juga melakukan percakapan dengan ketiga duta besar pihak yang bertikai: Serbia, Kroasia, dan Bosnia. "Mereka minta kami turun langsung dengan cara diplomasi dan memberikan bantuan kemanusiaan," tutur Tahir kepada TEMPO. Alamsjah Ratuperwiranegara (Asia dan Timur Tengah) Sebelum diangkat menjadi menteri agama (1982-1987) dan menteri koordinator bidang kesejahteran rakyat (1987-1992), Alamsjah pernah menjadi duta besar di Eropa. Yang harus dipantaunya adalah konflik Israel-Arab, Irak-Kuwait, dan India- Pakistan. Juga, kasus pengusiran suku Rohimya di Myanmar dan kasus senjata nuklir di Korea Utara. Alamsjah sendiri, katanya, telah mengajukan permohonan agar dapat bersua dengan Presiden Irak Saddam Hussein. Rencananya, pertengahan Ramadan. "Saya tinggal menunggu konfirmasi," ujarnya. Ia juga berniat pergi ke Kuwait untuk tujuan serupa. Karyanya sebagai duta besar Nonblok, antara lain, ikut berperan ketika Ketua Gerakan Nonblok mau bertemu dengan tujuh negara industri di Tokyo. Sebulan sebelumnya, ia datang ke Jepang. "Saya cuma bertugas memperlancar kunjungan Pak Harto ke sana," kata Alamsjah. Sayidiman Suryohadiprojo (Afrika) Sayidiman menjadi duta besar di Jepang selama empat tahun (1979-1983). Empat kali sudah ia melongok Somalia, negeri yang terus-menerus dilanda kelaparan dan perang saudara. Selain bertugas ikut memecahkan persoalan di sana, Sayidiman kerap ditugasi Soeharto memenuhi undangan negara-negara Afrika yang mendambakan kehadiran Ketua Gerakan Nonblok. Ia juga pernah diberi tugas menyaksikan referendum pembentukan negara baru Erithrea -- pecahan Etiopia. Hasnan Habib (Amerika) Tak kalah beratnya tugas Hasnan Habib. Mengingat tak sedikit negara anggota Nonblok yang punya masalah dengan AS, Hasnan terpaksa sering mondar-mandir ke Washington. Di AS, ia bertugas menyampaikan pesan Ketua Gerakan Nonblok mengenai masalah yang dialami Somalia, Libya, dan negara Timur Tengah lainnya.Andi Reza Rohadian dan Bambang H. Sudjatmoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum