Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mencari calon ketua

Pertemuan para menteri luar negeri Nonblok di Jakarta pekan ini membicarakan calon ketua. beberapa negara mengusulkan Indonesia lagi.

12 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKAN ini menteri luar negeri dari berbagai negara Gerakan Nonblok kembali berkumpul di Jakarta. Mereka akan mengadakan pertemuan informal. Dan yang diundang pun cuma negara-negara yang pernah menjadi ketua dan yang aktif berperan dalam Gerakan Nonblok. Dari 22 negara yang diundang, 18 negara sudah memastikan hadir di Jakarta. Dalam pertemuan tak resmi itu, selain akan mengevaluasi program yang diputuskan KTT Nonblok di Jakarta yang sudah berjalan, juga menjajaki siapa yang akan menjadi tuan rumah dan ketua Gerakan Nonblok berikutnya. "Secara resmi masalah ini akan dibahas dalam pertemuan Kairo bulan Juni nanti. Pertemuan sekarang ini hanya brainstorming saja untuk memperlancarnya," kata Nana Sutresna, Ketua Badan Pelaksana Gerakan Nonblok. Soal tuan rumah dan calon ketua Gerakan Nonblok berikutnya memang mendesak. Sebab sampai kini belum jelas negara mana yang mau menjadi tuan rumah dan calon ketuanya. Nikaragua, mewakili Amerika Latin, memang pernah mencalonkan diri pada pertemuan di Ghana, 3 tahun lalu. Namun, belakangan, ia terbelit masalah politik dan ekonomi. Sampai sekarang Nikaragua belum memastikan kesediaannya. "Melihat kondisinya, tak mungkin Nikaragua menjadi ketua yang akan datang," kata Hasnan Habib, Duta Besar Keliling Gerakan Nonblok untuk wilayah Amerika. Masalahnya, selain Nikaragua, belum ada negara lain yang mencalonkan diri. Karena itulah muncul gagasan untuk mencalonkan Indonesia kembali sebagai ketua Gerakan Nonblok untuk kedua kalinya. Ide ini pertama kali dilontarkan oleh Mesir. Dan ternyata usul itu kian menggelinding. Sudah ada beberapa negara yang meyampaikan dukungannya, walau secara informal. "Tapi belum ada yang menyampaikannya secara resmi," kata Nana. Munculnya dukungan itu tak lepas dari peran Indonesia selama menjadi ketua Gerakan Nonblok. "Setahu saya, memang belum pernah kepemimpinan Gerakan Nonblok seefektif ketika dipegang Indonesia," kata Hasnan. Biasanya, hasil KTT cuma retorika, yang akhirnya menjadi program di atas kertas belaka. Di tangan Indonesia ternyata berbeda. "Baru beberapa hari menjadi Ketua Gerakan Nonblok, Pak Harto sudah mengirimkan agenda ekonomi gerakan ini ke seluruh anggotanya," kata Nana. Salah satu keberhasilan Indonesia adalah berkembangnya dialog Utara-Selatan, antara negara maju dan negara berkembang. Hasilnya, dalam pertemuan kelompok G-7 di Jepang tahun lalu, Pak Harto berhasil menyampaikan pesan dari Gerakan Nonblok pada forum negara maju itu. Terakhir, Majelis Umum PBB juga menyetujui resolusi kerja sama Utara-Selatan itu. Kerja sama Selatan-Selatan juga berjalan lebih aktif selama kepemimpinan Indonesia, terutama dalam bidang kependudukan, peningkatan pangan, dan upaya meringankan beban utang negara miskin. Dalam hal utang negara miskin, selain membujuk pemberi utang untuk menjadwalkan atau menghapus utangnya, Indonesia mengirim tenaga ahli untuk membantu negara miskin membuat administrasi dan cash flow utangnya. Dengan keberhasilan itu, tak aneh jika usulan mencalonkan Indonesia cepat mendapat sambutan. Cuma, tampaknya Indonesia sendiri masih rikuh dengan dukungan itu. Sebab selama ini memang belum ada ketua Gerakan Nonblok yang memegang jabatan dua kali berturut-turut. Apalagi usulan itu datangnya dari forum informal. "Kalau usulan tak resmi itu buru-buru ditanggapi, nanti disangka berambisi ingin menjadi ketua lagi," kata Hasnan Habib. Dan Nana pun menjawabnya hati-hati. "Menurut Presiden, setiap negara Nonblok harus diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin," kata Nana. Walau, tambahnya, itu tak menutup kemungkinan Indonesia terpilih lagi menjadi ketua.Bambang Sujatmoko, Andi Reza R., dan Rihad Wiranto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum