Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Medan Bobby Nasution resmi bergabung dengan Partai Gerindra. Ia telah menerima kartu tanda anggota partai itu dari Ketua DPD Gerindra Sumatera Utara Gus Irawan Pasaribu pada Senin, 20 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usai menerima KTA menantu Presiden Joko Widodo itu langsung mendaftar bakal calon gubernur Sumut 2024 - 2029 lewat Gerindra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bobby yang sebelumnya disebut bakal bergabung ke Golkar, rupanya memilih manuver ke Gerindra. Padahal di Sumatera Utara, Golkar memiliki kursi DPRD yang cukup untuk mengusungnya tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain. Seperti diketahui Gerindra hanya memiliki 13 kursi di DPRD Sumut hasil Pemilu 2024.
Kepada wartawan, Bobby mengungkap alasannya bergabung dengan Gerindra. "Saya merasa memiliki kesamaan visi dan misi dengan Gerindra," ujar dia seusai menerima KTA Gerindra.
Bobby mengklaim, komunikasinya dengan Partai Gerindra sudah berlangsung lama dan kader Gerindra banyak memberikan kontribusi selama pemerintahan yang dipimpinnya di Kota Medan.
"Saya banyak menerima masukan dan pembelajaran dari tokoh-tokoh Gerindra termasuk bagaimana karakter seorang pemimpin sebagaimana yang diajarkan oleh Partai Gerindra," kata Bobby.
Adapun Wakil Ketua Bidang Politik DPD PDI Perjuangan Sumut Aswan Jaya menanggapi pernyataan Bobby soal kontribusi Gerindra untuk suami Kahiyang Ayu itu.
Aswan mengatakan, catatan sejarah dan rekam jejak siapa yang berkontribusi kepada Bobby Nasution dari mulai calon wali kota hingga mengawal kebijakan Bobby Nasution sebagai Wali Kota Medan sangat mudah dicari.
"Statement dia (Bobby) seolah PDI Perjuangan tidak berkontribusi kepadanya biarlah rakyat yang menilai. Para oportunis politik tidak akan bertahan lama di PDI Perjuangan," ujar Aswan.
Seperti diktahui sebelum ke Gerindra, Bobby adalah kader PDIP. Ia kemudian dipecat lantaran mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Padahal PDIP saat itu mendukung pasangan Ganjar-Mahfud.