Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyandang disabilitas tak selalu bergantung pada bantuan orang lain. Pada situasi tertentu, teman difabel juga dapat melakukan berbagai aktivitas sendiri dan membuktikan kalau kemampuan yang berbeda tidak membuat mereka berpangku tangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buktinya, seorang penyandang disabilitas mental dan intelektual, Laurry Bolton memilih hidup sendiri di rumahnya di Kompleks Grabille, Ohio, Amerika Serikat. Laurry Bolton menggunakan alat monitor jarak jauh agar setiap gerak-geriknya bisa diawasi dari jauh. Alat monitor jarak jauh itu dilengkapi kamera dan sensor pendeteksi gerakan.
Peralatan tadi diletakkan di beberapa ruang strategis yang biasa digunakan Laurry Bolton. Dengan begitu, orang lain bisa mengetahui kondisinya dan memberikan bantuan saat diperlukan.
"Alat monitor jarak jauh ini memudahkan penyandang disabilitas melakukan panggilan kepada petugas sosial jika mereka membutuhkan sesuatu," ujar Adam Scairns, salah satu penggiat dari Columbus Dispatch, perusahaan yang membuat alat tersebut seperti dikutip dari situs Scoop, Rabu 24 April 2019.
Meski menggunakan kamera dan sensor, penyandang disabilitas tak perlu khawatir merasa diawasi karena peralatan ini hanya tersambung pada satu orang petugas sosial saja. Seperti misalnya, penyandang disabilitas mental John Mogan, 51 tahun, dapat melakukan kegiatan seperti tidur, menonton televisi, dan mendengarkan musik sendirian. Pendamping sosial Mogan, hanya diperlukan dalam kegiatan rumah di atas pukul 21.00.
CEO Medvoral -perusahaan teknologi yang mendukung kemandirian penyandang disabilitas mental dan intelektual, Ali Rahami mengatakan peralatan monitor jarak jauh ini juga bisa digunakan untuk mengatur gelap dan terangnya lampu sampai mengunci pintu. "Apa yang kami lakukan untuk kemandirian penyandang disabilitas tidak akan membuat rugi," kata dua.