PERTUNJUKAN grup musik keras Metallica dari Amerika Serikat itu hampir saja membuat Jakarta menjadi marak total. Ketika grup itu mentas di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu malam pekan lalu huru-hara pun meletup. Sejumlah massa menjadi beringas, membakar dan merusakkan mobil yang mereka temukan di jalan atau di lapangan parkir, melempari toko atau rumah-rumah dengan batu. Akibatnya: 7 mobil dan sebuah kios hangus terbakar, ratusan mobil lainnya dirusak (di pertokoan Pondok Indah Plaza saja, menurut seorang satpamnya, 102 mobil yang sedang diparkir dirusak), sejumlah orang kena todong atau dirampok. Belum cukup itu, banyak rumah mewah di kompleks Pondok Indah, tak jauh dari Stadion Lebak Bulus, juga menjadi korban. Kaca pintu dan jendelanya pecah ditimpuki batu. Lalu pusat perbelanjaan Pondok Indah Plaza remuk, kaca-kacanya pecah diamuk oleh anak-anak muda yang seperti kesurupan itu. Huru- hara ini menyebabkan korban berjatuhan: puluhan orang luka- luka, 15 di antaranya terluka berat. Walau pentas musik rock di sini sering diwarnai huru-hara serupa, peristiwa kali ini tampaknya merupakan kerusuhan paling dramatis dengan jumlah korban terbesar pula. Bagaimana peristiwa seperti ini bisa terjadi? Masih belum jelas betul. Tapi dari pengamatan sementara yang dilakukan TEMPO, tampaknya ada berbagai kelemahan pada penyelenggaraan show ini, terutama dalam soal pengamananan. Menteri Dalam Negeri Yogie S.M., sebagai salah satu pihak yang berwenang merekomendasikan pemberian izin pertunjukan semacam ini, mengaku bakal selektif dalam memberikan rekomendasi untuk keramaian serupa. ''Sanksi bagi panitia penyelenggara pasti ada. Yang sekarang menderita kan rakyat,'' katanya. Panglima Kodam Jaya Brigjen A.M. Hendropriyono, yang pada malam kejadian itu langsung berada di lapangan, menganggap kerusuhan itu akibat terlalu mahalnya tiket pertunjukan. Harga tiket termurah Rp 30.000. ''Padahal penggemar Metallica kebanyakan hanya anak tukang bakso, anak tukang mie,'' katanya. Karena itu, menurut jenderal yang baru dua pekan menjabat Pangdam ini, tiket mestinya dibuat lebih murah. ''Panitia takut rugi? Lebih baik jangan datangkan grup itu, daripada jadi keributan,'' katanya. Ahli psikologi sosial Dr Djamaludin Ancok menyoroti pengorganisasian pertunjukan oleh panitia. ''Panitia mestinya memperhitungkan betul penataan tempat dan penyelenggaraan pertunjukan,'' kata Djamaludin, seperti dikutip Kompas, Senin lalu. Soalnya, menurut psikolog itu, setiap ada kegiatan pengumpulan massa, ledakan emosi akan mudah terjadi. ''Apalagi kalau orang sudah memendam frustrasi dan emosi,'' katanya. Djamaludin menduga kerusuhan malam itu berkaitan dengan kecemburuan sosial: yang bisa menyaksikan pertunjukan itu hanya orang kaya. Satu hal yang harus diingat pula adalah globalisasi. Grup Metallica, yang baru sekali ini muncul ke Indonesia, ternyata di sini sudah punya banyak penggemar (lihat Salurkan Kekerasan Melalui Musik). Banyak anak muda yang sudah menyiapkan kaus hitam, semacam baju seragam untuk kaum penggemar metal, beberapa pekan sebelumnya. Salam metal dengan mengacungkan tiga jari (jempol, telunjuk, dan kelingking) yang diciptakan grup ini untuk berkomunikasi dengan penggemarnya sudah akrab di kalangan anak muda karena dipakai sebagai alat kampanye oleh sebuah kontestan menjelang pemilu yang lalu. Maka pada malam itu Stadion Lebak Bulus menjadi pentas puluhan ribu anak muda berkaus hitam dengan kepala berikat kain. Mereka sudah berkerumun di sekitar stadion sejak matahari masih tinggi, berdatangan dari berbagai pelosok kota, bahkan dari luar Jakarta. Namun harga tiket mulai dari Rp 30.000 sampai Rp 150.000 itu agaknya masih terlalu tinggi bagi kebanyakan mereka. Sementara itu pintu stadion belum juga dibuka, maka anak-anak muda itu berdesakan di Jalan Pasar Jumat Raya, di depan stadion itu. Lalu lintas pun menjadi macet. Pintu masuk itu baru dibuka sekitar pukul 17.00, atau sejam sebelum pertunjukan dimulai dengan band pembuka. Padahal untuk pertunjukan semacam itu gerbang biasanya dibuka 2 sampai 4 jam sebelumnya. Anak-anak muda yang mengantongi tiket berusaha segera masuk dengan berdesakan. Jalan antrean ini terlalu lamban karena semua calon penonton digeledah oleh petugas untuk mencari senjata tajam, botol, korek api, dan barang-barang lainnya yang bisa menjadi alat untuk membuat keributan. Nah, di antara antrean yang berdesak-desak itu cukup banyak menyelinap anak- anak muda tanpa tiket. Petugas dari panitia berusaha menghalau mereka, sering pula dengan keras dan berlebihan. Mereka yang terusir itu rupanya tak segera pulang, tapi tetap memadati jalan, mungkin menunggu kesempatan untuk mencuri masuk ke stadion. Tak lama datanglah sebuah bus wisata yang membawa awak Metallica, diawali mobil forerider dengan auman sirene yang memekakkan telinga. Kerumunan massa di depan stadion tersibak. Tapi setelah forerider lewat, massa yang haus itu merubungi dan menghalang-halangi laju bus yang membawa idola mereka itu. Badan dan kaca bus mereka gebuki, bahkan ada yang nekat meloncat, menerkam bus dari arah depan. Bus tetap bergerak, tapi anak-anak itu pun tak hendak melepaskannya. Para petugas ABRI berjumlah sekitar 200, dibantu oleh petugas keamanan swasta dari panitia, membubarkan kerumunan itu dengan senjata pentungan rotan. Kerumunan itu buyar, anak-anak berlarian. Tiba-tiba saja, dari arah gerombolan anak muda yang berkumpul di depan Gereja Nehemia dan proyek penggilingan batu berada berseberangan jalan dengan stadion berhamburan batu-batu sebesar kepalan tangan. Sementara kerusuhan di luar mulai meletup, di dalam stadion yang terisi hanya sekitar separuhnya pertunjukan berlangsung dengan suasana yang boleh dikatakan tertib. Ketika itu grup Metallica mulai naik panggung dan menyetel peralatan mereka. Tiba-tiba di luar stadion terlihat api marak dan membubung tinggi dari arah pub ''PJ'' yang terletak dekat pintu masuk stadion. Rupanya ada orang yang kesal tak bisa masuk stadion, lalu membakar warung ini. Jilatan api yang merembet membakar kios-kios di tepi jalan membuat mereka menjadi lebih nekat dan lebih beringas. Kerusuhan pun merembet ke tempat-tempat lain. Calon penonton Metallica yang tak mampu membeli karcis yang berjubel dan berdesak-desakan di depan stadion lalu diusir atau diuber-uber petugas. Mereka lari dan berkeliaran, membakar, merusakkan mobil yang melintas di jalan-jalan di depan dan sekitar stadion. Mobil pemadam kebakaran lalu diturunkan, tapi petugas berseragam biru itu dihujani serangan batu. Mobil ambulans dari Rumah Sakit Fatmawati, yang letaknya tak jauh dari situ, sulit memasuki kawasan ini karena gawatnya hujan batu. Kerusuhan di luar stadion itu semula sempat menunda pemunculan Metallica di atas pentas. Karena tak juga mulai main, para penonton pun kesal, dan berteriak-teriak. Maka, pukul 20.00, atau mulur setengah jam dari jadwal, Metallica baru memulai show itu. Di luar, suasana tak kunjung adem. Seorang petugas berseragam Brimob tampak dikeroyok massa di muka gerbang penggilingan batu. Ia segera dilarikan ke Rumah Sakit Fatmawati dengan tubuh penuh luka dan bekas pukulan dan tusukan. Puluhan petugas lainnya juga mengalami luka-luka, umumnya dengan kepala bocor oleh lemparan batu. Menunggu ambulans yang belum juga datang, mereka sempat dibaringkan di dekat toilet stadion. Sebaliknya, tak sedikit pemuda yang diseret ke dalam posko keamanan di stadion. ''Ada 88 pemuda yang dibawa ke Polres, tapi tak ditahan,'' kata Kepala Penerangan Kodam Jaya Letkol R.H. Permana. Akhirnya sekitar pukul 21.00 pintu stadion dibuka, sehingga ribuan anak muda yang berkantung cekak tersalurkan hasratnya untuk menonton Metallica secara gratis. Namun, di luar, kerusuhan sudah merembet ke kompleks perumahan mewah Pondok Indah. Sejumlah rumah dan puluhan mobil, yang diparkir sepanjang Jalan Metro Duta di sana, remuk-remuk karena menjadi ajang pelampiasan vandalisme anak-anak muda itu. Di antara korban kebrutalan para pemuda itu adalah Menteri Kehakiman Oetoyo Oesman, yang waktu itu sedang menuju rumahnya di kompleks perumahan itu, sehabis kondangan. Sopirnya sudah turun dan menjelaskan bahwa mobil Volvo ini milik menteri. Tapi anak- anak itu mana peduli. Tiang komando mobil itu dicabut dan ditetakkan ke kaca depan, hingga pecah berhamburan. Ajudan menteri, Eko, juga menjadi korban. Cincin dan telepon genggam yang ditentengnya disita kaum amuk itu. ''Saya sempat ciut waktu senjata tajam ditempelkan ke tangan Eko,'' kata Menteri Oetojo kemudian. Akhirnya menteri ini bisa lolos setelah petugas keamanan menyelamatkannya. Mobil yang diparkir di halaman rumah juga kena jarah. Itu terjadi, antara lain, pada mobil milik Ny. Sandra (janda almarhum Daryatmo, bekas Ketua DPR/MPR) dan milik pengusaha Ibrahim Risyad. Mobil itu rusak karena menjadi sasaran batu yang dilemparkan massa dari jalan di depan rumah. Telepon umum di sekitar tempat itu dirusaki. Sejumlah massa menyerbu showroom Suzuki milik PT Buana Indomobil Trada yang terletak berseberangan dengan pusat perbelanjaan mewah Pondok Indah Mall. Pagar dicabuti, kaca-kaca dinding dan lampu showroom itu berpecahan. Sebuah mobil Suzuki Katana yang dipajang di menara display dibakar habis. Empat mobil baru di dalam showroom itu dirusaki. Yang lebih gawat lagi, toko sepeda Speedy Bike yang satu atap dengan toko mobil itu kena jarah pula. Sebanyak 12 sepeda mahal yang ada di sana dibawa para penjarahnya. Massa yang lain menyerbu dan merusakkan bengkel dan dealer mobil Auto 2000 di Cilandak. Kerusuhan memang merembet ke mana-mana. Bus, taksi, atau alat angkutan umum lainnya tak berani mendekati tempat itu. Ini menyebabkan banyak penonton atau pengunjung terpaksa pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Kerusuhan berakhir setelah petugas keamanan ditambah 1.000 orang lagi, yakni pasukan antihuru-hara, marinir, dan dari Kodam Jaya, lengkap dengan senjatanya. Airo, perusahaan milik Setiawan Djody yang menjadi penyelenggara show Metallica tenang-tenang saja. Mereka bahkan bertekad akan menggelar Guns 'N' Roses, grup keras lainnya, di Jakarta. Tentang kerugian yang diderita masyarakat, menurut panitia itu, akan menjadi tanggung jawab mereka. ''Tapi itu hanya untuk kejadian di sekitar stadion. Yang di jalan-jalan itu sudah di luar kemampuan kami,'' kata Seno Adjie, promotor dari Airo. Yang menarik lagi dari peristiwa ini, meskipun telah terjadi huru-hara, pertunjukan Metallica di hari kedua, Minggu lalu, tetap dilaksanakan, tapi jumlah pasukan keamanan dilipatkan menjadi 7.000 orang. Pintu masuk dibikin tiga lapis filter. Dan ketika Metallica baru memainkan 4 lagu, gerbang dibuka untuk penonton gratis. Tapi kerusuhan masih juga muncul di luar arena. Sedikitnya 10 orang menjadi korban, dengan luka berupa tusukan, memar, dan gegar otak. Apakah setelah ini pertunjukan serupa akan dilarang? Tampaknya tidak. ''Persyaratan diperketat sudah cukup, tak perlu main larang. Kenapa tak dilarang saja orang ke luar rumah, supaya aman dari copet?'' kata Brigjen Hendropriyono. Ardian Taufik Gesuri, Andi Reza Rohadian, Wahyu Muryadi, Ivan Haris
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini