Masalah jarak dalam pendidikan sebenarnya sesuatu yang lazim. Karena itu, banyak cara untuk mengatasinya. Salah satunya, melalui pendidikan terbuka dan jarak jauh seperti yang dilakukan Universitas Terbuka (UT). Selain itu, ada pula yang mencoba mengatasinya dengan kelas jauh, seperti yang dilakukan MM UGM, ITB, dan Unpad. Dua sistem ini berbeda sangat mendasar.
Menurut Tian Belawati, Pembantu Rektor I (Bidang Akademik) Universitas Terbuka, pengertian kelas jauh adalah memindahkan kelas secara fisik pada jarak yang jauh dari lokasi kampus induknya. "Desain pembelajarannya tetap tatap muka antara dosen dan mahasiswa di kelas," kata Tian. Konsekuensi sistem ini, buku, jam belajar, dan ujiannya dirancang khas tatap muka.
Sedangkan pendidikan jarak jauh adalah sistem yang dari awal memang dirancang bahwa dosen dan mahasiswa terpisah secara fisik. Materi pembelajaran disampaikan melalui media seperti modul (semacam buku teks) yang isinya sudah siap di depan selama satu semester. "Mahasiswa belajar secara mandiri. Pertemuan dengan tutor bisa dilakukan sesekali untuk menanyakan yang sulit-sulit," ujar Tian. Jadi, konsekuensinya, buku (modul), jam belajar, dan ujiannya sangat khas pendidikan jarak jauh, sulit digantikan dengan cara lain. Pendidikan semacam ini tidak memerlukan gedung khusus sebagai kampusnya.
Di Indonesia sistem pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh dimulai saat Universitas Terbuka (UT) diresmikan pada 4 September 1984. Latar belakang yang membuat UT muncul saat itu adalah kebutuhan masyarakat akan perguruan tinggi yang semakin meningkat pada awal 1980-an. Di lain pihak daya tampung universitas yang ada tidak mencukupi.
Universitas Terbuka tidak memiliki?memang tidak diperlukan?ruang kuliah. Yang ada hanyalah kantor pusat di kawasan Pondokcabe, Tangerang, di pinggiran Jakarta. UT menekankan pada jaringan kerja dengan berbagai instansi yang jadi mitranya: perguruan tinggi di berbagai kota di Indonesia, kantor pos, dan Bank Rakyat Indonesia.
Untuk memudahkan mahasiswa, dibentuk pula unit program belajar jarak jauh?semacam kantor cabang?yang tersebar di 32 kota di seluruh Indonesia. Mereka melayani mahasiswa yang tiap tahunnya mencapai 300 ribu?sebagai perbandingan, UGM menurut Tian, sekitar 60 ribu mahasiswa.
Hingga kini UT telah meluluskan 350 ribu lulusan, baik strata satu, diploma tiga, diploma dua, maupun diploma satu. Tersebar dalam fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, sosial politik, ekonomi, serta matematika dan ilmu pengetahuan alam. Kini UT sedang mempersiapkan program strata dua. "UT tidak menjual gelar, kalau ingin mencari gelar tidak ke UT. Itu bisa dibuktikan karena banyak yang mengeluh susah lulus di UT," kata Tian.
Yang jelas, dalam waktu dekat bakal ada strata dua dari UT. Jadi, silakan pilih.
Ardi Bramantyo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini