LEBIH dari 400 mahasiswa dan staf pengajar Universitas Indonesia
Sabtu pagi lalu memenuhi undangan Rektor UI Prof. Dr. Mahar
Mardjono untuk menghadiri "pertemuan dari hati ke hati" dengan
Menmud Urusan Pemuda Abdul Gafur. Mendekat jam 10.00, di tengah
lagu Genderang UI yang dinyanyikan seluruh hadirin, sambil
tersenyum Menmud Gafur didampingi Rektor UI memasuki Aula
Fakultas Kedokteran UI, tempat dialog diadakan. Sebagian besar
mahasiswa pagi itu mengenakan jaket kuning UI.
Dengan ucapan "Yang Mulia Bung Gafur", Mahar Mardjono -- yang
pernah mengajar Gafur -- membuka acara dengan menceritakan
maksud kunjungan Menmud. Pertemuan semacam itu, kata Mahar,
sudah lama dilontarkan Menmud. Tapi buatnya keinginan itu
menyulitkan karena dia tahu apa yang di hati mahasiswa dan apa
yang mereka inginkan. "Tapi ternyata Bung Gafur sendiri tidak
keberatan terhadap apa yang akan terjadi walaupun itu
menyinggung pribadinya," ucap Mahar.
Seakan ragu apa yang bakal terjadi, Mahar melanjutkan: "Di hati
saya timbul pertanyaan, dapatkah mahasiswa berdialog secara
obyektif dan tidak diwarnai emosi?"
Seusai Mahar membuka acara, Biner Tobing yang mewakili mahasiswa
naik mimbar. Ajakannya untuk meneriakan "Hidup IKM UI" (Ikatan
Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia) sebanyak 3 kali
disambut kompak para mahasiswa. "Hari ini kita diundang untuk
berdialog dengan Abang Gafur. Rasanya kalau dapat dikatakan
terlambat, inilah yang ingin kami katakan. Sudah terlambat Abang
datang ke kampus ini," ucap Biner yang mendapat gemuruh tepuk
tangan.
Dengan nada tinggi, Biner yang masih dalam status skorsing
meneruskan: "Kalaulah Bang Gafur masih juga ingin datang ke
kampus ini, berarti Abang mengakui IKM UI dan ini berarti pula
Bang Gafur mengakui Dewan Mahasiswa UI. MPM (Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa) UI, SM (Senat Mahasiswa) dan BPM
(Badan Permusyawaratan Mahasiswa)".
Menurut wakil mahasiswa ini, seandainya interpelasi di DPR
tentang NKK tidak ditolak, PP No. 5/1980 belum keluar dan
skorsing mahasiswa tidak terjadi, mungkin "jaket kuning" bisa
menerima kedatangan Gafur. "Saya pikir ini omongan adik dengan
abang. Jadi kalau omongannya agak kasar, wajar Bang," kata Biner
diiringi tepukan riuh kawan-kawannya.
Apa Maksudmu Datang?
Begitu Biner turun mimbar, seorang mahasiswa lain naik dengan
membawa map. Ia membacakan "Surat Terbuka untuk Bung
Gafur/Menmud," dan dilanjutkan dengan pembacaan "Proklamasi
Mahasiswa Indonesia" yang pernah dibacakan di DPR bulan Februari
lalu.
Menmud Gafur kemudian naik ke mimbar. Belum sempat ia berbicara,
para mahasiswa memintanya membaca poster yang mereka bawa.
Sekitar 10 menit poster-poster itu dibentang. Diantaranya ada
yang berbunyi "Tuan apa maksudmu datang?" dan "Kata koran NKK
berjalan di UI, kata kami IKM berjalan di UI".
Kemudian beberapa mahasiswa dengan megafon mengumumkan agar
mereka yang setia pada IKM UI keluar ruangan dengan tertib.
Seraya menyanyikan lagu Maju Tak Gentar para mahasiswa
berduyun-duyun keluar. Tinggal Rektor Mahar dan staf pengajar
yang tampak gelisah. Dan Menmud Gafur di mimbar itu kemudian
cuma berbicara dengan para wartawan.
"Mereka sudah terlempar dari norma-norma masyarakat yang benar,
termasuk norma yang harus dijunjung tinggi dalam masyarakat
ilmiah seperti ini," ucap Gafur. "Coba lihat, hanya diktatur
kecil berbicara tentang demokrasi tapi melarang orang
berdemokrasi. Jadi saya sedih melihatnya," lanjutnya. Poster
para mahasiswa, menurut Gafur membuatnya tertawa karena
"mahasiswa salah informasi."
Waktu Gafur bersama pengiringnya meninggalkan aula, para
mahasiswa memadati jalan keluar. Tidak jelas siapa yang
melakukan, beberapa telur dilemparkan ke arah Gafur. Tak satu
pun yang kena pada sasaran, walau sempat baju Menmud terpercik
pecahan telur yang dilemparkan ke atas dan pecah di
langit-langit. "Itu di luar skenario. Itu hanya spontanitas
mahasiswa," kata Biner Tobing kemudian.
Mahar Mardjono sendiri mengatakan tidak kecewa dengan adanya
aksi mahasiswa Sabtu lalu itu. Yang membuatnya menyesal adalah
para mahasiwa yang mengatasnamakan DM itu telah menyalahgunakan
kepercayaan Mahar. Sebab menurut Rektor UI itu, dalam
pertemuannya dengan para pimpinan mahasiswa, dia telah minta
agar dalam pertemuan dengan Gafur nanti para mahasiswa hendaknya
berbicara yang rasional dan tidak emosional. "Dan mereka bilang
Ya," kata Mahar.
Haram
Dengan adanya kejadian itu, lanjut Mahar, "kepercayaan saya pada
mereka hancur sudah." Dia merasa kecewa mahasiswanya
menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan pada mereka. "Apakah
ada unsur yang dengan sengaja ingin memecahbelah saya dengan
mahasiswa, ataukah itu hanya karena kebodohan mereka saja?"
katanya. Kedatangan Menmud Gafur ke kampus menurut Mahar bisa
digunakan untuk adu argumentasi. Tapi dengan tidak adanya
mahasiswa yang berani berargumentasi, "berarti mahasiswa tidak
mempunyai arumentasi terhadap apa yang mereka tolak," ujar
Mahar pula.
"Sebetulnya saya datang untuk berkomunikasi. Saya mau berbicara
dari hati ke hati. Saya sudah menyediakan diri, apa mau dicaci
maki atau apa saja, silakan dan saya sudah siap. Yang saya tidak
duga samasekali ya lempar-lemparan telur itu. Itu sudah
keterlaluan memang," kata Menmud Gafur Senin lalu di kantornya
pada Nadjib Salim dari TEMPO.
Betulkah kedatangan Gafur ke UI sebagai test case -- melicinkan
jalan untuk kedatangan Daoed Joesoef? Jawab Gafur: "Haram kalau
kedatangan saya ke sana dengan maksud demikian. Saya datang
betul-betul dengan maksud untuk berkomunikasi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini