Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Petugas pelayanan penumpang pada Light Rail Transit atau Lintasan Rel Terpadu (LRT) Jakarta, koridor Pegangsaan II - Velodrome, dibekali kemampuan tambahan berupa bahasa isyarat. Kemampuan ini sangat diperlukan pengguna LRT dari kelompok Tuli. "Kami baru saja mendapatkan pelatihan bahasa isyarat dalam beberapa hari, selama tujuh jam," ujar Arman Saputra, Passenger Service Agent (PSA) LRT Jakarta, saat diwawancara dalam acara Edukasi Budaya Baru Bertransportasi Publik, di Stasiun LRT Jakarta Velodrome, Kamis 2 Mei 2019.
Baca: Mengenal Sindrom Usher Penyebab Tuli dan Buta Secara Bersamaan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahasa isyarat yang banyak diajarkan antara lain kata-kata yang meliputi pelayanan perkerataapian, sapaan, penunjuk arah, penunjuk jadwal, informasi umum tentang penggunaan sarana dan prasarana umum di stasiun LRT Jakarta, dan beberapa peraturan. Para petugas LRT Jakarta juga diajarkan penggunaan huruf dalam bahasa isyarat. "Ya, bahasa isyaratnya memang belum sempurna, kami masih awal, mudah-mudahan dapat lebih baik," ujar petugas LRT Jakarta lainnya, Basofi Sudirman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelatihan bahasa isyarat bagi petugas layanan LRT Jakarta dilakukan oleh Gerakan Aksesibilitas Untuk Nasional (GAUN). Gerakan ini selain mengajarkan penggunaan bahasa isyarat bagi petugas LRT Jakarta juga memberikan pelatihan tentang bagaimana cara berinteraksi dengan pengguna disabilitas. "Misalnya cara menggandeng penumpang tunanetra," ujar Basofi.
Baca: Gangguan Pendengaran Ancam Musisi, Ini Kisah Vokalis Sugar Ray
Selain petugas yang dapat menggunakan bahasa isyarat, ada juga dua tombol darurat di sekitar stasiun. Tombol tersebut ada dua warna, yaitu hijau dan merah. "Tombol hijau untuk berbicara kepada agen layanan pelanggan, sedangkan tombol merah untuk keadaan darurat," ujar Kurniati, Manager Divisi Pelayanan Pelanggan LRT Jakarta.