DAOED Joesoef yakin, Normalisasi Kehidupan Kampus akan berjalan
lancar. "Pokoknya jalan terus, tidak ada hambatan," kata Menteri
P&K itu Sabtu malam pekan lalu sesaat setelah menutup rapat
kerja para Kepala Kantor Wilayah Departemen P8K di Hotel Sahid,
Jakarta.
Tahap I NKK sudah selesai Desember tahun lalu, sementara tahap
II yaitu pembentukan Badan Koordinasi Kemahasiswaan, berakhir
Juni kemarin. "Dan selanjutnya, tahap III, ialah pengisian
program penalaran mahasiswa," lanjut Daoed.
Menurut Dirjen Perguruan Tinggi, Doddy Tisna Amidjaja, sudah
lama NKK diterima di semua perguruan tingi dan secara umum
sudah dianggap selesai. Tentang BKK, meskipun sudah dibentuk di
semua pcrguruan tinggi, Doddy mengakui "di sana-sini belum
sempurna, dalam arti keikut-sertaan mahasiswa belum seperti
yang kita harapkan."
Bagi Doddy, ikut atau tidak bukan masalah. Bahkan katanya:
"Sebenarnya kita tidak ingin memaksa. Kalau mahasiswa tidak mau
ikut ya sudah. Tapi ini berarti tak ada kegiatan. Dan itu sangat
disayangkan, sebab kesempatan yang ada dan dana yang tersedia
tidak dapat dimanfaatkan."
Apa yang dipikirkan oleh Doddy dilaksanakan di UGM dan Unhas.
BKK di UGM sudah terbentuk Nopember tahun lalu. Bahkan 60% dari
18.000 mahasiswa turun ke lapangan memilih tokoh-tokoh mereka
untuk duduk dalam BKK, Senat Mahasiswa dan BPM. Tapi sampai
akhir pekan lalu, pengurus BKK belum dilantik oleh rektor UGM,
Sukadji Ranuwihardjo.
Bagi Nurhadi, 23 tahun, Sekretaris Umum SM Fakultas Teknik,
meskipun SM dibentuk dalam rangka NKK, tapi masih bisa
dimanfaatkan seperti halnya Kodema (Komisariat Dewan Mahasiswa)
dulu. "Dulu kepekaaan terhadap masyarakat menonjol. Dan kini hal
itu juga akan kita usahakan," katanya.
Cara berfikir seperti itu juga muncul di Unhas, seperti
dikatakan Mahmud Hamundu, "jangan bicara soal struktur, tapi
ide." Mahmud, bekas Ketua Majelis Tinggi Mahasiswa itu, kini
menjadi ketua bidang organisasi BKK Unhas. "Saya lebih condong
ikut arus, menerima konsep NKK, tapi di dalam memasukkan ide
mahasiswa," tambahnya.
Katanya, dalam setiap rapat, ide yang disusupkannya selalu
berhasil, rektor pun tidak menolak. Dan A. Amiruddin rektor
Unhas, tampaknya cukup puas dengan pelaksanaan NKK di kampusnya.
Katanya: "Di seluruh Indonesia, hanya di Unhas saja bidang
organisasi BKK dipegang oleh mahasiswa."
Di ITS, ternyata NKK lancar-lancar saja. Tak terdengar reaksi
menentang di sana. Justru pimpinan mahasiswalah yang mengusulkan
agar ketua-ketua SM bisa duduk dalam BKK. Ketika terbetik berita
ITB menolak BKK, ITS memang pernah agak hangat. Beberapa
pertemuan antar SM dilakukan, tapi gagal menggalang suara.
Bicara rileks
Apa sebenarnya yang terjadi di ITB? Menurut Pj. Rektor ITB,
Doddy Tisna Amidjaja, proses NKK di ITB lancar. Pendekatan yang
dilakukan terhadap mahasiswanya ia lakukan secara informal.
"Lumayanlah, selama beberapa minggu ini sudah banyak kemajuan.
Minimal kami sudah bisa bicara rileks," katanya.
Bagaimana dengan skorsing terhadap ketua DM ITB Ausie Gautama?
Doddy tidak akan mencabutnya. "Hanya memberikan keringanan
saja," jawabnya. Dan memang, Ausie diijinkan tetap kuliah dan
ujian. Tapi Koordinator Kegiatan ITB Wiranto Arismunandar
menyatakdn skorsing tak mungkin dicabut. Dan tampaknya ia tidak
main-main. Tanggal 5 Juli lalu, selembar surat dikirim kepada 3
mahasiswa, minta agar ruang T-17 Student Centre Timur (ruang
kegiatan DM dan MPM ITB) dikosongkan, selambat-lambatnya 12
Juli. Tapi sampai Sabtu kemarin, DM dan MPM ITB masih berkantor
di sana.
Sementara mahasiswa ITB tetap akan menggunakan nama DM dan MPM
sesuai hasil musyawarah kerja KM ITB beberapa bulan lalu,
sebagian besar mahasiswa UI tampaknya juga tetap akan
mempertahankan IKM UI. "Kalau diadakan referendum, mayoritas
mahasiswa akan memilih IKM UI dan menolak BKK," kata Dodi
Suriadireja, bekas Wakil Ketua DM UI.
Bahwa dalam BKK UI yang juga sudah terbentuk ternyata juga ada
wakil mahasiswa, kata Dodi: "Itu hak mereka, saya tidak berhak
melarang atau mengizinkannya." Adanya wakil mahasiswa itu juga
diakui oleh Mahar Mardjono. Cuma rektor UI itu menyayangkan,
tidak semua unit kegiatan mahasiswa terwakili.
Selain itu juga belum semua fakultas punya SM. Bagi Mahar, hal
itu berarti belum berhasilnya sebagian Dekan di lingkungan
lembaga yang dipimpinnya berkomunikasi dengan mahasiswa.
Barangkali itulah sebabnya para staf pengajar di UI, juga di
beberapa perguruan tinggi lainnya ditatar mengenai NKK.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini