Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kontes itu dilangsungkan pekan lalu. Tuan kontesnya, Asosiasi Ilmu Pengetahuan Cina. Pesertanya, boleh siapa saja sepanjang dia anak negeri bangsa Cina. Isi kontes: menulis artikel tentang cara menghemat energi dan penggunaan sumber alam secara berkelanjutan. Artikel itu akan dimuat di media milik pemerintah, macam Harian Pekerja, Harian Pemuda Cina, Harian Perempuan Cina, Harian Tentara Pembebasan Cina, dan tentu saja majalah Berita Ilmiah Populer.
Lomba ini adalah salah satu upaya Asosiasi untuk mempromosikan gaya hidup hemat energi di Cina. Petinggi Partai Komunis Cina sudah biasa menggunakan cara paksa untuk memperoleh kepatuhan rakyatnyatermasuk dalam urusan menghemat energi. Tapi Asosiasi Ilmu Pengetahuan Cina memilih langkah yang lebih kreatif untuk menanggulangi krisis itu. Antara lain, ya, dengan lomba menulis.
Cina, negeri dengan penduduk di atas 1 miliar, sudah menghadapi krisis bahan bakar sejak 2004. Ketika itu produksi batu bara jatuh pada tingkat paling rendah. Cina mengandalkan batu bara untuk menggerakkan sektor industrinya yang melesat dengan pertumbuhan 14,8 persen pada paruh pertama 2004. Permintaan listrik meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya. Repotnya, sektor minyak belum bisa diandalkan.
Walhasil, hampir semua provinsi di Cina disapu kegelapan. Hanya wilayah otonomi di pedalaman Xinjiang Ugyur, tiga provinsi di timur laut Cina, serta Pulau Hainan yang tak terpengaruh. Tarif listrik naik 5 persen karena permintaan meningkat tapi stok terbatas. Pemerintah Beijing lalu mencanangkan skema penghematan listrik. Perintah mengirit bahan bakar selama tiga bulan pertama 2004 dimaklumatkan ke seluruh negeri.
Ada berbagai cara yang ditempuh untuk mengirit listrik, mulai dari pembatasan penggunaan mesin penyejuk ruangan, lift, pemadaman lampu dan komputer yang sedang tak digunakan, mengubah jadwal operasi pabrik dari siang ke malam, hingga mengganti jas Barat dengan pakaian santai. Beijing juga mendorong warganya menggunakan lampu hemat energi.
Perdana Menteri Cina Wen Jiabao menitahkan pejabat pemerintah agar menjadi panutan dengan menyetel temperatur mesin pendingin di atas 26 derajat Celsius. "Pejabat pengawas sering datang tiba-tiba untuk mengecek kepatuhan kami terhadap peraturan baru hemat energi," kata Shi Qiang, seorang pegawai negeri di Beijing.
Yang bertugas mengawasi jalannya "program pengiritan" adalah Komite Reformasi Pembangunan Nasional (selanjutnya disebut Komite). Komite memelototi penggunaan listrik yang melebihi pasokan, meningkatkan tarif saat puncak pemakaian, dan menurunkan tarif malam serta mengubah jadwal kerja pabrik demi menyeimbangkan penggunaan energi pada siang dan malam.
Komite membuat sejumlah peraturan ketat untuk kantor pemerintah, toko, gedung pertunjukan; batas terdingin mesin penyejuk udara adalah 26 derajat Celsius. Hotel, mal, dan ruang publik juga diminta membatasi penggunaan sistem pendingin dan lift karena mesin penyejuk menyedot 40 persen konsumsi setrum. Shanghai menjadi medan tempur melawan air conditioner.
Kebijakan pemadaman listrik memaksa 400 perusahaan di Shanghai mengubah waktu operasi dari siang ke malam. Pemilik pabrik bahkan harus memulangkan buruh jika temperatur mencapai 35 derajat Celsius. Sekitar 2.000 pengusaha bekerja tanpa semburan udara sejuk mesin pendingin ruangan.
Di Ibu Kota Beijing peraturan lebih longgar karena tuan-tuan elite Partai Komunis Cina tentu tak ingin "bersauna" setiap hari. Hotel-hotel di Ibu Kota mematok standar suhu 23 derajat Celsius. Pemerintah Cina membangun reaktor nuklir dan pembangkit tenaga listrik konvensional dengan kapasitas 30 ribu megawatt. Tapi toh Cina masih tekor setrum 20 ribu megawatt. "Kami tak dapat memenuhi kebutuhan hanya dengan meningkatkan produksi listrik," kata Wang Jun, Wakil Direktur Komite. Justru penghematan energi dan tindakan konservasi dapat mengurangi kebutuhan 10 ribu megawat.
Kini bayangan hitam krisis energi mulai menghantui banyak negara ketika harga minyak mentah menumbuk angka US$ 60 (Rp 540 ribu). Penduduk dunia belahan barat bakal menggigil kedinginan pada musim dingin. Penduduk negeri tropis akan banjir keringat karena udara gerah.
Cina bergerak cepat untuk keluar dari musibah energi ini.
Raihul Fadjri (Xinhua, BBC, AP, Asia Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo