Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Beringin Sempal

Golkar terancam pecah lagi. Seberapa serius rencana pendirian Partai Madani?

27 Februari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARTAI Beringin kembali berguncang. Kali ini, angin keras yang menerpa Slipi—markas Golkar—itu diembuskan Marwah Daud Ibrahim, salah seorang ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar. Pekan lalu, Marwah bersama sejumlah pentolan kaukus Iramasuka—faksi di Golkar pendukung Habibie—terang-terangan mengancam akan menyempal dan mendirikan partai baru, Partai Madani.

Apa pasal? Marwah menuding Akbar Tandjung, sang Ketua Umum, dan barisannya di Slipi kerap bersikap otoriter, tak menghargai keberagaman, dan selalu memojokkan kelompoknya. Marwah, yang amat gigih memperjuangkan otonomi daerah, mengaku kesal alang-kepalang ketika, misalnya, diskusi tentang federalisme yang digulirkannya belum apa-apa sudah diharamkan dan negara kesatuan langsung dipatok sebagai harga mati.

Tak tahan lagi, ultimatum pun dikeluarkan. Tiga opsi disodorkan. Pertama, tetap bergabung di Golkar asalkan aspirasi kelompoknya ditampung. Kedua, jika perbedaan pandangan memang sudah sedemikian tajam, dibentuk subfaksi. Ini semacam sayap oposisi di internal partai, yang memang lazim di sejumlah partai modern seperti Christian Democratic Union di Jerman. Kalau itu masih mentok juga, ya, hengkang dan mendirikan Partai Madani itu.

Oleh sebagian kalangan, ancaman ini dinilai lumayan serius. Dalam pemilihan umum lalu, 70 dari 120 kursi Beringin di DPR RI berasal dari basis Iramasuka. Jadi, salah-salah suara runner-up Pemilu 1999 ini bisa makin kempis di ajang coblosan berikutnya—kalau Marwah jadi pergi. Marwah sendiri, meski mengakui Madani baru bergulir sebatas wacana dan belum riil dirakit, meyakini punya banyak pendukung. "Terus terang, Golkar di Sulawesi Selatan itu sudah sangat solid," katanya. Daerah ini, bersama Sulawesi Tenggara, merupakan basis utama Marwah.

Sejumlah petinggi Golkar memandang sinis motivasi wanita kelahiran Soppeng, Sul-Sel, 44 tahun silam itu. Menurut mereka, manuver Marwah tak lebih dari luapan sakit hatinya dan kelompoknya setelah jago mereka, Habibie, tergusur dalam sidang umum Oktober lalu. Bahkan, pakar komunikasi ini juga dituding punya dendam pribadi terhadap Akbar gara-gara namanya dicoret dari daftar kabinet Gus Dur. Semula, kata seorang sumber, namanya secara khusus dititipkan Habibie ke Gus Dur di pos Menteri Informasi.

Keseriusan Marwah membidani Madani pun dipertanyakan. "Saya kira ia cuma menggertak," kata Rully Chairul Azwar, salah seorang ketua. Gelombang pembelotan para pemilih Golkar di daerah Iramasuka pun diragukan. Perlu dicatat, katanya lagi, 70 kursi dari kawasan Indonesia timur itu didulang berkat label Beringin dan tak bakal mudah dibelokkan begitu saja.

Yang menarik, tanggapan minor juga datang dari para pengurus Beringin di Sulawesi, basis utama Iramasuka. "Apa ada pengikutnya? Bagi kami, Golkar ya tetap Golkar," kata H.M. Amin Syam, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Sul-Sel. Nada serupa terdengar dari para pengurus Golkar di Sulawesi Utara, di samping mereka mengaku belum pernah dihubungi soal rencana pembentukan Madani. "Partai ini kan belum tentu laku dijual," kata Wakil Ketua DPD Golkar Sul-Ut, Prof. Bonny F. Sompie, kepada Verrianto Madjowa dari TEMPO.

Daerah pertempuran sesungguhnya rupanya masih akan berada di seputar arena musyawarah nasional (munas). Menuju ke sana, genderang perang sudah mulai ditabuh. Contohnya, kata seorang fungsionaris, adalah perdebatan panas soal penentuan jadwal dan mekanisme munas dalam acara silaturahmi Golkar, Jumat-Sabtu dua pekan lalu, di markas Beringin, Slipi, Jakarta.

Kelompok Akbar menginginkan munas digelar paling cepat Maret 2001. Mereka berpegangan pada anggaran dasar bahwa kongres harus didahului dengan rapat pemilihan pengurus dari komisariat desa sampai DPD I. Jadwal itu diperkirakan memadai untuk merampungkan seluruh tahap konsolidasi di tingkat kelurahan dan kecamatan (6 bulan), kabupaten (3 bulan), dan provinsi (2 bulan).

Hal ini ditentang habis-habisan kubu Iramasuka, yang berniat menggelar munas segera, Oktober tahun ini juga. Rangkaian musyawarah daerah (musda), menurut skenario kelompok ini, dilaksanakan setelah munas usai. Keputusan akhirnya ditunda sampai rapat pimpinan 1-3 Maret.

Kedua kubu rupanya melihat urut-urutan jadwal itu bakal amat menentukan hasil munas. Kalkulasinya, kata sumber itu lagi, komposisi pengurus daerah saat ini masih didominasi barisan Iramasuka. Dan jika peta suara daerah tak berubah—karena itu, munas mesti segera digelar—bukan mustahil Akbar bisa digusur.

Hal sebaliknya akan terjadi jika musda digelar sebelum munas. Kini, sayap Iramasuka—seiring dengan turunnya patron mereka, Habibie—sedang mati angin. Dan jika skenario ini yang jalan, kelompok Akbar, yang kini tengah berkibar di jagat politik Republik, diyakini bakal mendominasi kepengurusan daerah dan keluar sebagai pemenang.

Tapi permainan baru saja dimulai.

Karaniya Dharmasaputra, Wens Manggut, Darmawan Sepriyossa, Tomi Lebang (Makassar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus